BINDU KONAWE - MEDIA INFORMASI

SLOGAN BLOG BINDU KONAWE

<<SELAMAT DATANG DI BINDU KONAWESELAMAT DATANG DI BINDU KONAWE >>

Selasa, 28 Januari 2020

"Pelayanan Sebagai Rohaniawan Hindu" - Di Kantor Pertanahan Kabupaten Konawe

Gbr. Photo; Saat Penandatanganan Berita Acara
Pelantikan dan Pengambilan Sumpah
Panitia Ajudikasi, Satuan Tugas Fisik, dan Satuan Tugas Yuridis
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)
di Aula Kantor Pertanahan Kabupaten Konawe

Unaaha, Penyelenggara Hindu(Bindu Konawe)---Penyelenggara Hindu Kantor Kemenag Kab. Konawe I Nengah Sumendra, S.Ag., M.Fil.H melaksanakan tugas sebagai Rohaniawan Hindu dalam Acara Pelantikan dan Pengambilan Sumpah Panitia Ajudikasi, Satuan Tugas Fisik, dan Satuan Tugas Yuridis Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) bagi yang beragama Hindu. Para Panitia yang dimaksud dilantik dan diambil sumpahnya oleh Kepala Kantor Kementerian ATR / Pertanahan Kab. Konawe & Perwakilan Kantor Pertanahan Kab. Konawe Kepulauan, di Aula Kantor Pertanahan Kab. Konawe, Rabu, 29/01/2020.

Gbr. Photo; 
Saat Pelantikan dan Pengambilan Sumpah 
Panitia Ajudikasi, Satuan Tugas Fisik, 
dan Satuan Tugas Yuridis
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)
di Aula Kantor Pertanahan Kabupaten Konawe
Putu Suardana (Baju Hitam-Kiri)

Berikut Dokumentasi saat Penandatanganan Berita Acara Pelantikan dan Pengambilan Sumpah di Aula Kantor Pertanahan Kab. Konawe.

Gbr. Photo; 
Momen Sesaat sebelum Acara Dimulai
di Halaman Kantor Pertanahan Kab. Konawe
Bersama Rohaniawan Islam 


Post By Bindu Konawe

Senin, 27 Januari 2020

Pengukuhan/Pelantikan dan Pengambilan Sumpah Jabatan dan Penandatanganaan Fakta Integritas Pejabat Pengawas di Lingkup Kantor Kemenag Kab. Konawe



Gbr. Photo
H.Ahmad Lita R., S.Ag., M.Pd. (Tengah)
Kepala Kantor Kemenag Kab. Konawe
I Wayan Sumatra, S.Ag ( Kiri) Rohaniawan Hindu


Om Swastyastu,
Om Sidhiarastu Tad Astu Swaha,

Unaaha, Penyelenggara Hindu (Bindu Konawe)---Kepala Kantor Kemenag Kab. Konawe H. Ahmad Lita R., S.Ag., M.Pd. mengukuhkan/melantik dan pengambilan sumpah jabatan-Pejabat Pengawas (Eselon IV.A & IV.B) serta Penandatanganan Fakta Integritas Pejabat Pengawas Lingkup Kantor Kemenag Kab. Konawe di Aula Kantor Kemenag Kab. Konawe, Selasa (28/01/2020).
 
Gbr. Photo
H.Ahmad Lita R., S.Ag., M.Pd. (Tengah)
Kepala Kantor Kemenag Kab. Konawe
Saat Melantik dan Mengambil Sumpah Jabatan
Kepada Para Pejabat Pengawas Eselon IV.A & IV.B
Pada Kesempatan yang sama H. Ahmad Lita menyapaikan arahannya kepada para pejabat yang telah dilantik agar lebih semangat, kerja ikhlas dan mencintai tugas-tugas yang menjadi tanggungjawab-nya sesuai dengan Lima Budaya Kerja Kementerian Agama.

Gbr. Photo
Penandatanganan Fakta Integritas
Pejabat Pengawas Lingkup Kantor Kemenag
Kabupaten Konawe

H. Ahmad Lita menyampaikan pula bahwa pengukuhan/pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan ini sesuai dengan PMA Nomor 19 Tahun 2019. Hamrudin, S.Sos.I Pelaksana Kepegawaian yang bertindak sebagai pembaca SK pada pengukukan/pelantikan kali ini. Kepala Subbag TU, Kasi/Penyelenggara adalah Pejabat Pengawas yang dikukuhkan/lantik dan diambil sumpah jabatan-nya oleh Kepala Kantor Kemenag Kab. Konawe. I Nengah Sumendra, S.Ag., M.Fil.H yang sebelumnya menjabat sebagai Penyelenggara Hindu Kantor Kementerian Agama Kabupaten Konawe kembali dikukuhkan/dilantik dan diambil sumpahnya dengan jabatan yang sama. Bertindak sebagai rohaniawan Hindu I Wayan Sumatra, S.Ag. Guru Pendidikan Agama Hindu pada satuan pendidikan SDN 3 Sendang Mulya Sari. Berikut dokumentasi Pengukuhan/Pelantikan dan Pengambilan Sumpah Jabatan di Aula Kantor Kemenag Kab. Konawe.(INS,28/01/2020)

Gbr. Photo
Pejabat Pengawas Lingkup Kantor Kemenag
Kabupaten Konawe yang dikukuhkan/dilantik



Om Santih, Santih, Santih Om.
Post By Bindu Konawe



Minggu, 26 Januari 2020

“Mewarnai Generasi dan Informasi Hindu Berarti Turut Mewarnai Peradaban Hindu”. Giat Dharma Pangasraman di Pasraman Jaya Kusuma, Desa Puasana-Ulubenua Kec. Amonggedo Kab. Konawe, Prov. Sulawesi Tenggara


Om Swastyastu, 
Om Awignam Astu Nama Sidham,
 
Gbr. Photo Saat Pembelajaran di Pasraman Jaya Kusuma

Unaaha, Penyuluh Agama Hindu-Pembina Pasraman (Bindu Konawe)---Ruang Dharma ada dimana-mana dan sama mulya-nya, begitulah beberapa giat Dharma Pangasraman yang dilakukan oleh Penyuluh Agama Hindu Non PNS dan Tenaga Pembina/Guru Pasraman di Wilayah Binaan Kab. Konawe, tak terkecuali di ‘Pasraman Jaya Kusuma’, Desa Puasana-Ulubenua, Kecamatan Amonggedo Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara.

Siswa-siswi Hindu Usia Tingkat SD, SMP dan SMA di Desa Puasana-Ulubenua nampak begitu semangat dan serius dalam mengikuti pembelajaran dan saat kegiatan Agama dan Keagamaan Hindu yang dipandu oleh Penyuluh Agama Hindu Non PNS I Wayan Rajeg bersama dengan Nyoman Warsana, S.Pd.H dan Bapak/Ibu Guru Tenaga Pembina Pasraman yang lainnya saat melaksanakan kegiatan Dharma Pangasraman di ‘Pasraman Jaya Kusuma’ dan saat melaksanakan perayaan Siwaratri di Pura Kahyangan Desa Pakraman Puasana-Ulubenua.
 
Gbr. Photo Saat Pembelajaran di Pasraman Jaya Kusuma
Penyuluhan dan Pendidikan Agama dan Keagamaan Hindu sebagai wadah pembentukan karakter anak-anak dan remaja Hindu yang berlangsung di pasraman ataupun di tempat ibadah pura, Penyelenggara Bimas Hindu Kantor Kementerian Agama Kab. Konawe I Nengah Sumendra, S.Ag., M.Fil.H, menyampaikan bahwa sampai saat ini penyuluhan dan pendidikan di bidang Agama dan Keagamaan Hindu, sebagaian besar masih dilaksanakan secara swadaya oleh seluruh elemen masyarakat Hindu di lingkungannya masing-masing, walaupun juga telah mendapatkan perhatian atau bantuan dari intansi atau pemerintah terkait, dalam hal ini yaitu bantuan dari Kementerian Agama’.
 
Gbr. Photo Saat Pembelajaran di Pasraman Jaya Kusuma
Tenaga penyuluh dan tenaga pembina/guru pasraman yang turut mengambil bagian dalam Sewaka Dharma Penyuluhan dan dharma pangasraman di setiap pasraman baik yang sudah ASN atau masih honorer tentu sangat sangat membantu terhadap perkembangan nilai-nilai Penididikan Agama Hindu dan Budi Pekerti bagi anak-anak dan remaja Hindu, dimasa kini dan masa yang akan datang. “Mewarnai Generasi dan Informasi Hindu Berarti Turut Mewarnai Peradaban Hindu”, demikian disampaikan oleh I Nengah Sumendra, dalam setiap momen bersama dengan rekan-rekan Guru PAH dan Penyuluh Agama Hindu pada Lingkup Kantor Kemenag Kab. Konawe di Group WA Bindu Konawe. (Bindu Konawe adalah Media Informasi Penyelenggara Bimas Hindu Kantor Kemenag Kab. Konawe).
 
Gbr. Photo Saat Siswa-Siswi Pasraman Jaya Kusuma
Merayakan Siwaratri di Pura Kahyangan Gunung Mertha
Desa Pakraman Puasana-Ulubenua
Lebih lanjut I Nengah Sumendra menjelaskan, ‘Guna memberikan pelayanan dalam bidang Agama dan Keagamaan Hindu kepada umat Hindu tidaklah mudah, mengingat untuk menjadi pelayan yang baik diperlukan pemahaman dan kebijaksanaan dalam berpikir, berkata dan berbuat, hal ini karena umat yang dihadapai mempunyai banyak keinginan dan karakter yang berbeda-beda, maka dalam memberikan pelayan keumatan bagi Penyuluh Agama Hindu dan Guru Pendidikan Agama Hindu harus berjiwa sabar dan peka terhadap keadaan ditengah-tengah masyarakat dalam perkembangan medsos dan IT saat ini, walaupun masih minimnya tenaga pembina, sarana-prasarana, dan media pembelajaran yang ada, ujarnya.

Gbr. Photo Saat Siswa-Siswi Menerima Hadiah
dalam Kegiatan Pasraman Jaya Kusuma

Merayakan Siwaratri di Pura Kahyangan Gunung Mertha 
Desa Pakraman Puasana-Ulubenua

Pasraman yang ada di Kabupaten Konawe, sebagai sebuah Lembaga Pendidikan Agama dan Keagamaan Hindu, baik itu yang non formal ataupun sekolah mingguan, sampai saat ini tetap diharapkan mampu menaungi permasalahan peserta didik atau siswa-siswi Hindu dalam pembelajaran Pendidikan Agama Hindu khususnya, dan umumnya sraddha bhakti terhadap ajaran agama Hindu kepada anak-anak dan remaja, serta umat Hindu pada umum-nya. Selama ini pasraman sudah memberikan sumbangsihnya untuk kegiatan Agama dan Keagamaan Hindu, dan kedepannya diharapkan pasraman dengan pengelolaan yang baik dapat menjadi Pasraman Non Formal maupun Pasraman Formal, yang tentunya sangat diharapkan dapat berkontribusi terhadap perbaikan karakter dan budi pekerti kepada anak-anak dan remaja Hindu di Kabupaten Konawe khususnya. Berikut dokumentasi ‘Giat Dharma Pangasraman di ‘Pasraman Jaya Kusuma’, Desa Puasana-Ulubenua Kec. Amonggedo Kab. Konawe, Prov. Sulawesi Tenggara. 
Gbr. Photo Saat I Wayan Rajeg
dalam Giat Pembelajaran di Pasraman Jaya Kusuma


Om Subhamastu,
Om Santih, Santih, Santih Om.

Post By Bindu Konawe
Sumber Photo : I Wayan Rajeg
Penulis : I Nengah Sumendra, S.Ag., M.Fil.H

Sabtu, 25 Januari 2020

Apresiasi I Made Asmaya, S.Pd. Anggota DPRD Konawe Dalam Giat Dharma “PC KMHDI KONAWE MENGAJAR”

Gbr. Photo:
I Made Asmaya, S.Pd bersama Ibu
(Tengah Baju Batik Merah Maron),
dengan PC KMHDI Konawe, Ketua Adat, dan
Jro Mangku Dalem I Made Pugra/Jr.M. Istri


Unaaha, Penyelenggara Bimas Hindu (Bindu Konawe)---PC KMHDI Konawe menggelar Kegiatan ‘KMHDI MENGAJAR’ dengan Tema "Mencerdaskan Generasi Muda Hindu Sejak Dini Melalui KMHDI Mengajar" kepada anak-anak Hindu Usia Tingkat SD dan SMP di Desa Ulumeraka Kecamatan Onembute Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara, Sabtu,25/01/2020.

Kegiatan ini di hadiri oleh I Made Asmaya, S.Pd. Anggota DPRD Konawe, yang juga sebagai Tokoh Masyarakat Hindu di Desa Ulumeraka dan di Kabupaten Konawe. Beberapa Pengurus Lembaga Agama dan Keagamaan Hindu Desa Ulumeraka, seperti Ketua PHDI Desa Ulumeraka, Ketua Adat/Desa Pakraman Ulumeraka dan Pamangku Kahyangan Dalem Desa Ulumeraka juga hadir dan menjadi garda terdepan untuk mengawal kegiatan ini.

I Made Asmaya, saat memberikan sambutan dan membuka kegiatan ‘PC KMHDI Konawe Mengajar’ menyampaikan beberapa hal berkaitan dengan kegiatan tersebut. I Made Asmaya secara pribadi sangat mengapresiasi giat dharma yang digelar oleh PC KMHDI Konawe baik secara Organisasi Kemahasiswaan Hindu maupun secara pribadi sebagai Mahasiswa Hindu.


Gbr. Photo:
I Made Asmaya, S.Pd bersama Ibu
 (Tengah Baju Batik Merah Maron),
I Nengah Sumendra, S.Ag., M.Fil.H
dengan PC KMHDI Konawe dan
 Jro Mangku Dalem I Made Pugra/Jr.M. Istri

I Made Asmaya, menyampaikan bahwa, sebagai Anggota DPRD Konawe yang memulai karir politiknya di Dapil 4 (empat),  Kecamatan Uepai, Lambuya, Onembute dan sekitarnya menjadi bagian dari perhatian saya juga sebagai Anggota DPRD  Konawe dari Dapil 4, Saya mengucapkan terimakasih kepada PC KMHDI Konawe yang telah memprakarsai kegiatan ‘KMHDI Mengajar’ dan menempatkan Desa Pakraman Ulumeraka sebagai awal memulai kegiatannya. Desa Adat/Pakraman Ulumeraka adalah salah satu Desa dimana komunitas umat Hindu hidup bersama-sama dalam wadah lembaga agama dan keagamaan Hindu yang disebut Desa Adat/Pakraman yang ada di Kecamatan Uepai dan Onembute, ucap-nya.

Gbr. Photo: 
Anak-anak dan Remaja Hindu di Desa Pakraman Ulumeraka
Saat Photo Bersama dengan I Made Asmaya, S.Pd ,

I Nengah Sumendra, S.Ag., M.Fil.H 
dengan PC KMHDI Konawe dan Jro Mangku Dalem I Made Pugra

I Made Asmaya, sebagai wujud perhatiannya terhadap giat-giat dharma yang dilaksanakan secara kelembagaan atau organisasi Hindu, pada kesempatan yang sama juga tidak lupa untuk memberikan koreksi sebagai bahan masukan guna perbaikan kegiatan sesuai dengan yang telah diprogramkan oleh PC KMHDI Konawe, dengan menyampaikan beberapa catatan, diantarnya; PC KMHDI Konawe terlebih Panitia Pelaksana Kegiatan (PanPel) sebelum acara dimulai mestinya koordinasi kepada pihak terkait atau nara sumber terkait yang terlibat langsung dalam sambutan, dan umat sedarma dilingkungan sekitar di libatkan juga, agar semua umat Hindu dimana tempat kegiatan dilaksanakan juga dapat manfaat dari kegiatan tersebut, terlebih melibatkan anak-anak di usia dini, karena pembinaan non formal dan informal seperti ini adalah menjadi tanggung-jawab kita bersama, tegasnya.

I Made Asmaya, di akhir sambutannya juga berpesan kepada Mahasiswa Hindu, khususnya yang menyatukan semangat dalam PC KMHDI Konawe bisa terus memacu prestasinya, karena tahun 2020 Pemerintah Daerah akan memberikan Beasiswa kepada Mahasiswa yang berprestasi, sehinga Mahasiswa Hindu di Kabupaten Konawe dapat menjadi bagian yang berprestasi itu, dan perlu diingat bahwa Beasiswa tentu akan dapat meringankan beban orang tua kita.

Sadhana Sandhya Maha Siwaratri Umat Hindu di Desa Pakraman Dwi Tunggal Bhuana, Kel.Mekarsari/SM. Sari Kec. Tongauna Kab. Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara


Gbr. Photo;
Saat Umat Hindu dalam Sadana Sandhya di Utama Mandala
Kahyangan Dalem Desa Pakraman Dwi Tunggal Bhuna

Unaaha, Penyelenggara Bimas Hindu Konawe (Bindu Konawe)---Pada hari Prawani-Telem, Kamis, 23 Januari 2020 Umat Hindu di Desa Pakraman Dwi Tunggal Bhuana, Kelurahan Mekasari/Sendang Mulya Sari, Kec. Tongauna, Kabupaten Konawe, melaksanakan sadhana agama dan keagamaan Hindu pada pelaksanaan Hari Suci Siwaratri di Pura Parahyangan Dalem-nya.

Angayubagia, umat Hindu di Desa Pakraman Dwi Tunggal Bhuana semakin mensakralkan hari-hari Suci Keagamaan Hindu yang dianutnya. Hal ini ditandai dengan kehadiran umat Hindu saat Siwaratri memenuhi sebagian halaman utama mandala parahyangan Dalem-nya, mulai dari anak-anak, remaja dan orang tua ber-sadhana sandhya sebagai wujud sraddha bhakti terhadap kesucian, keagungan dari Siwaratri.
Gbr. Photo; 
Saat Umat Hindu dalam Sadana Sandhya di Utama Mandala 
Kahyangan Dalem Desa Pakraman Dwi Tunggal Bhuna

Bagaimana umat Hindu di Dwi Tunggal Bhuana dalam mengapresiasi dan mensakralkan hari-hari Suci Keagamaan Hindu yang di anutnya patut dicontoh oleh umat Hindu di desa-desa adat/pakraman lainnya yang ada di kabupaten konawe, mengingat masih banyak fenomena beberapa momentum hari-hari suci keagamaan Hindu itu hanya dimeriahkan oleh kalangan anak dan remaja. Antosiasme pun kesemarakan umat Hindu terhadap hari-hari suci agama dan keagamaan Hindu, khususnya berkaitan dengan masalah hadir/datang ke pura untuk menghaturkan sembah bhakti (pedek tangkil ngaturang bhakti) di Pura Kahyangan yang ada di Desa Pakraman-nya patut direnungkan kembali, yaitu fenomena kesemarakan ataupun antosiasme umat Hindu untuk datang ke pura saat momen upacara Piodalan dengan momen hari-hari suci Agama dan Keagamaan Hindu itu jelas nampak sekali berbeda. Umat Hindu disetiap Desa Pakraman lebih banyak hadir atau dalam bahasa Bali-nya ‘Peketog umate tangkil’ ke pura dengan style banten gebogan-nya masing-masing bilamana saat upacara Piodalan  di Pura Tri Kayangan Desa-nya, sedangkan saat momen hari-hari suci Agama dan Keagamaan Hindu yang lainnya, mislanya seperti Purnama Tilem, Saraswati, Siwaratri, Pagerwesi, Galungan, Kuningan, dll, perlakuanya tidak sama seperti saat Piodalan, sehingga terkesan, hari-hari suci agama Hindu hanya dikhususkan bagi anak-anak dan remaja ataupun para pemuda, para orang tua dapat dihitung dengan jari yang datang ke pura. Tentu fenomena seperti itu hal yang kurang baik untuk dicontoh dan dibiasakan di Desa Pakraman untuk generasinya kelak. Umat Hindu patut menyadari bahwa dalam mengapresiasi dan mensakralkan hari-hari Suci Keagamaan Hindu sepatutnya harus sama semangatnya.

"SANISCARA KELIWON WUKU WARIGA" Rahajeng Tumpek Panuduh/Pengarah


"SANISCARA KELIWON WUKU WARIGA"
Rahajeng Tumpek Panuduh/Pengarah
Sabtu, 25/01/2020
Om Swastyastu,
Om Awignam Astu Nama Sidham.

Dua puluh lima hari sebelum hari suci Galungan dan Kuningan atau dalam bahasa Bali-nya dikenal dengan sebutan ‘Malih Selae Dina Sedurung Galungan’, umat Hindu khususnya di Bali atau umat Hindu etnis Bali yang ada diseluruh Nusantara ini merayakan Tumpek Wariga atau Tumpek Pengatag. Tumpek Wariga ini juga bisa dusebut dengan Tumpek Uduh, Tumpek Bubuh, Tumpek Panuduh, Tumpek Pengarah, atau Tumpek Pengatag. Dirayakan setiap enam bulan sekali yaitu pada Saniscara Kliwon wuku Wariga. Perayaan Tumpek Wariga ini merupakan hari suci dalam Teologi Ista Dewata pemusatan sraddha bhakti atau pemujaan kepada Dewa Sangkara atau Dewa Penguasa Kesuburan Semua Pepohonan dan Tumbuhan. Dalam Lontar Sundarigama disebutkan sebagai berikut.

“Wariga, saniscara kliwon, ngaran tumpek panuduh, puja kreti ring sang hyang sangkara, apan sira amredyaken sarwa tumuwuh, kayu-kayu kunang”.

Terjemahannya:
Pada wuku Wariga, Sabtu Kliwon disebut Tumpek Panguduh, merupakan hari suci pemujaan Sang Hyang Sangkara, karena beliau adalah dewa penguasa kesuburan semua tumbuhan dan pepohonan.

Berkaitan dengan perayaan Tumpek Panuduh/Pengarah pada hari ini, Sabtu, 25/01/2020 Prof. I Nengah Duija, yang pernah menjabat sebagai Rektor IHDN Denpasar, dalam wall akun medsos Fb-nya mengapresiasi pula tentang sadhana sandhya dari ritus Tumpek Pengarah ini. Prof. I Nengah Duija menyampaikan bahwa Saniscara Keliwon Wuku Wariga dikenal dengan Tumpek Bubuh, atau Tumpek Pengatag, adalah sebuah implementasi tata nilai Tri Hita Karana sebagai sebuah ritus semesta. Lokal genius ini berdialektika menuju satu epistemologi sosial religus ekologis. Epistemologi barat berkiblat pada pemanfaatan satu species pohon dengan dalil empiristik, sedangkan dunia timur berkiblat pada eksistensi dan esesnsi tumbuhan untuk semesta’. Pada kesempatan yang sama  pula Prof. I Nengah Duija juga mengucapkan selamat Tumpek Pengatag kepada semua publik dalam pertemanannya diakun Fb-nya, serta menyampaikan sebuah harapan semoga ritus Tumpek Pengatag ini dapat menjadi momentum untuk menumbuhkan kesadaran jiwa manusia akan keberadaan tumbuhan di semesta ini’.

Guna memenuhi unsur Tattwa, Susila dan Acara uraian singkat tentang perayaan Tumpek Panuduh/Pengarah ini, berikut disajikan seacara singkat tentang Acara Agama Hindu (Sesajen/Banten) berkaitan dengan pelaksanaan dari ritus ini, dalam Lontar Sundarigama disebutkan sebagai berikut :  Widhi widananya, pras, tulung sasayut, tumpeng, bubur, mwah tumpeng agung 1, iwak guling bawi, itik wenang, saha raka, panyeneng, tatebus, kalinganya, anguduh ikang sarwa ning taru asekar, awoh, agodong, dadi amreta ning urip. Rikang wwang, sasayut nyakra gni 1, maka pangadang ati, anuwuhaken ajnana sandhi.

Terjemahannya :
Adapun sesajen yang dihaturkan berupa peras, tulung sasayut, tumpeng, bubur, tumpeng agung 1, babi guling atau boleh juga guling itik, disertai jajan, panyeneng, tatebus. 



Berdasarkan kutipan Lontar Sundarigama  tersebut diatas, dapat dimaknai bahwa ritus dari Tumpek Pengatag bermakna untuk memohon keselamatan tanaman agar dapat berbunga, berbuah, dan sesajen berupa sesayut cakragni 1 sebagai simbol penguatan hati dan pikiran untuk menumbuhkan kekuatan batin. Selain itu dalam pelaksanaannya ada mantra/puja/Saha yang diucapkan yaitu: “Kaki kaki, i dadong dija? Dadong jumah gelem kebus dingin ngetor. Ngetor nged, nged, nged, nged, buin selae lemeng Galungan, mebuah apang nged”. Pada sumber yang lain disebutkan pula bahwa ritus Tumpek Pengatag bermakna sebagai ungkapan rasa syukur atas anugrah amertha yang dilimpahkan oleh Tuhan kepada umat Manusia dalam Ista Dewata sebagai Dewa Sangkara berupa tumbuhan yang subur sekaligus sebagai pengharapan semoga tumbuhan yang berbuah akan berbuah lebat yang akan dipakai sesajen saat Galungan dan Kuningan nanti.

Post By Bindu Konawe
Sumber Gambar : 
Pohon Jeruk dari Akunt Fb. Bpk Prof. I Nengah Duija 
Nawa Dewata Desain Bindu Konawe
Penulis : I Nengah Sumendra

Rabu, 22 Januari 2020

Sekuntum Bunga Rampai Maha Ratri


Sekuntum Bunga Rampai Maha Ratri *)
Oleh : I Nengah Sumendra *)
 
Om Nama Siwaya
Om Nang Mang Sing Wang Yang
Om Swastyastu, 
Setiap setahun sekali Umat Hindu di Nusantara melaksanakan Tapa, Yajna, Kirtti dan Yoga yang berkaitan dengan momentum Maha Ratri, sebagai upaya untuk melakukan penyucian, penebusan, penyelamatan, pemuliaan, penyatuan dan pembebasan kelahirannya dari penderitaan (samsara).

Uraian singkat, yang diberi judul “Sekuntum Bunga Rampai Maha Ratri”, tidak menguraikan secara komprehensif tentang purana atau cerita Lubdaka yang secara Tattwa, Susila dan Acara begitu mensucikan keberadaan dari Maha Ratri (Maha Siwa Ratri). Hal ini, selain karena keterbatasan pengetahuan, juga sebagai batasan uraian sesuai dengan judul yang diangkat, serta dengan semangat keinginan yang masih tersembunyi, yaitu agar sama-sama dapat menggali sumber-sumber yang telah ada, sehingga pengetahuan, pemahaman, pengamalan, penghayatan dan pendalaman serta sraddha bhakti kita berkaitan dengan Hari Suci Maha Siwa Ratri terus semakin baik dan benar, sebagai Dharma Agama terhadap Ajaran Agama Hindu yang bersumber dari Pustaka Suci Weda yang kita anut.


Mengapa Maha Ratri disucikan sebagai ‘Hari Suci Siwa Ratri’…?       
Berdasarkan Kitab Suci Weda, pada kelompok kitab Smerti, dijumpai dasar dari pelaksanaan Siwa Ratri yaitu pada kitab Siwa Purana. Menurut kitab Siwa Purana, dalam setiap bulannya terdapat Padmaja Ratri atau Siwa Ratri, yaitu pada malam ke-13/hari ke-14. Siwa Ratri secara harfiah berarti Malam Agung-Nya Siwa. Mantra Suci Panca Aksara sebagai Bhakti Kirthanam dan Nama Smaranam kepada Brahman (Tuhan) ‘OM NAMA SIWAYA. Nawa Wida Bhakti didedikasikan kepada Tuhan ‘SIWA’ bagi para bhakta-Nya.

Sedangkan di Nusantara, berdasarkan Siwaratri Kalpa karya Mpu Tanakung yang diperkirakan di tulis pada masa akhir Majapahit. Setiap setahun sekali merayakan hari Siwa Ratri, dimana hari tersebut selalu dihubungkan dengan sebuah cerita Lubdaka. Siwa Purana dan Siwa Ratri Kalpa mengandung Tattwa yang sama yaitu pemujaan kepada Ke Agungan dan Kemahakuasaan Tuhan Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam manifestasi-Nya sebagai Siwa dan Sakti-Nya Parwati Dewi.

Mengapa Siwa Ratri diyakini sebagai Maha Ratri (Malam) atau Malam yang paling Gelap…?
Menurut kitab Siwa Purana, dalam setiap bulannya terdapat Padmaja Ratri atau Siwa Ratri, Hal ini juga sesuai dengan perhitungan Subhadewasa dalam Kalender Hindu bagi Umat Hindu di Nusantara atau di Bali yang menggunakan Wariga Dewasa, dimana dalam setiap ‘bulan’ (sasih) terdapat perhitungan ‘Alam Terang’ dan ‘Alam Gelap’ dalam satu putaran disetiap bulannya, yaitu pergerakan ‘Penanggal/Alam Terang’ dan pergerakan Panglong/Alam Gelap, terus berputar silih berganti. Pergerakan Penanggal 1 sampai ke 14 adalah pergerakan dari ‘alam terang’ menuju ‘alam gelap’, Penanggal 14 yang dalam Kalender Hindu di Bali adalah titik koordinat atau batas dari puncak ‘Alam Terang’ kemudian dihitungan ke 15 adalah ‘Bulan Purnama’. Saat pergerakan ‘Bulan Purnama’ mulai condong pada arah barat, maka alam sudah menuju pada pergerakan ke Alam Gelap, yaitu kembali menuju titik koordinat atau batas dari puncak ‘Alam Terang’ dengan ‘Alam Gelap’(Panglong).

Selanjutnya, pada Panglong/Alam Gelap ke 1 sampai pada Panglong ke 13 atau 14 adalah pergerakan ‘Alam Gelap’, puncak atau batas titik koordinat dari pergerakan ‘Alam Gelap’ yaitu pada Panglong ke 14, kemudian hitungan ke 15 adalah ‘Bulan Tilem’. Saat pergerakan ‘Bulan Tilem’ mulai condong pada arah barat, maka alam sudah menuju pada pergerakan ke ‘Alam Terang’ kembali, kalau dalam istilah balinya disebut dengan ‘Nemu Gelang’ bertemunya dua titik koordinat antara ‘Alam Terang’ (Penanggal) dengan ‘Alam Gelap’ (Panglong). Selanjutnya, secara terus menerus silih berganti berputar dalam setiap bulan (sasih) seiring dengan berputarnya ‘Sang Waktu’.

Om Nama Siwaya

Minggu, 12 Januari 2020

“Berlatih dan Membiasakan Doa Sehari-Hari Umat Hindu atau Dhainika Upasana Kepada Siswa-Siswi Pasraman”. Giat Dharma Pangasraman di Pasraman Dharma Bhakti, Desa Langgomea, Kec. Uepai, Kab. Konawe


“Berlatih dan Membiasakan Doa Sehari-Hari Umat Hindu atau Dhainika Upasana Kepada Siswa-Siswi Pasraman”. Giat Dharma Pangasraman di Pasraman Dharma Bhakti, Desa Langgomea, Kec. Uepai, Kab. Konawe
Gbr. Photo : I Ketut Mudiana, S.Ag.
Saat Melatih Siswa-Siswi Pasraman Dharma Bhakti
Menghafalkan dan Mengucapkan
Doa Sehari-Hari Umat Hindu

Om Swastyastu,
Om Awignam Astu Nama Sidham,

Uepai,Pasraman Dharma Bhakti (Bindu Konawe)---“Membiasakan Berodoa Sehari-Hari Umat Hindu atau Dhainika Upasana Kepada  Siswa-Siswi Pasraman”, begitulah giat Dharma Pangasraman yang dilakukan oleh I Ketut Mudiana, S.Ag. bersama Siswa-Siswi Pasraman di Pasraman Dharma Bhakti yang bertempat di Lingkungan Pura Desa-Puseh, Desa Langgomea, Kecamatan Uepai, Kabupaten Konawe, Minggu, 12 Januari 2020.

Setiap agama yang ada yang di dunia, tentu saja mempunyai doa-doa yang berbeda sesuai dengan keyakinan dari Agama yang dianutnya masing-masing, tak terkecuali pula bagi Umat yang beragama Hindu mempunyai doa sehari hari dalam Agama Hindu. Pengetahuan dan wawasan dalam doa sehari-sehari bagi Umat Hindu bisa dikatakan belum cukup merata diketahui pada setiap kalangan. Baik itu kalangan anak-anak, remaja, muda ataupun dikalangan umat secara umum yang sudah berumur. Atas dasar dari beberapa alasan terebut, I Ketut Mudiana dalam giat Dharma Pangasramannya di Pasraman Dharma Bhakti melaksanakan Pembelajaran di Pasraman dengan; menghafal, melatih, dan membiasakan Doa Sehari-hari Umat Hindu kepada Siswa-Siswi Pasraman Dharma Bhakti yang dibinanya.
 
Gbr. Photo : I Ketut Mudiana, S.Ag.
Saat Melatih Siswa-Siswi Pasraman Dharma Bhakti
Menghafalkan dan Mengucapkan 
Doa Sehari-Hari Umat Hindu
I Ketut Mudiana, yang juga aktif sebagai Penyuluh Agama Hindu Non PNS Pada Lingkup Kantor Kementerian Agama Kabupaten Konawe dengan Wilayah Tugas Penyuluhannya juga di Desa Langgomea, mengajak anak-anak Pasraman Dharma Bhakti untuk lebih aktif menghafal, berlatih dan membiasakan diri dalam kehidupan sehari-hari untuk mengucapkan Doa sehari-hari Umat Hindu yang disesuaikan dengan aktivitas sehari-hari yang dilakukan, Buku Doa Sehari Bagi Umat Hindu telah banyak dicetak oleh beberapa penerbit buku-buku Hindu, silahkan pelajari dan pedomani untuk terus berlatih, ucapnya kepada Siswa-Siswinya.

Lebih lanjut juga dijelaskan oleh  I Ketut Mudiana bahwa, “Apapun tujuan atau wujud doa yang disampaikan, berdoa sebenarnya upaya kita memperbaiki serta memperkokoh hubungan batin kita sebagai pemuja(bhakti) dengan Tuhan. Berdoa juga dijadikan sebagai suatu kewajiban utama dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari”. Apa yang didapatkan usai berdoa ?, begitu I Ketut Mudiana melemparkan pertanyaan kepada Siswa-Siswi Pasraman yang dibinanya, yang kemudian dijawabnya sendiri, yaitu :  “Yang didapat bila kita beroda kepada Tuhan dengan hati yang tulus ikhlas dan suci adalah suatu kedamaian atau ketenangan hati yang tak dapat dibayar atau dibeli dengan uang. Kedamaian atau ketenangan hati yang kita dapatkan setelah berdoa tidak akan hilang atau lenyap begitu saja. Sebaliknya, ia menetap dan bersemayam di lubuk hati paling dalam. Bila diibaratkan dengan menanam pohon, berapa kali kita berdoa setiap hari berarti telah tertanam sekian banyak pohon. Dan waktu ke waktu, jumlahnya semakin banyak dan akhirnya mampu menjadi pohon peneduh kedamaian dan ketenangan batin bagi diri kita, tuturnya.

Kehidupan  adalah sebuah anugerah yang diberikan  oleh Tuhan kepada manusia sebagai salah satu ciptaan-Nya. Sebagai makhluk ciptaan-Nya tentu setiap manusia mempunyai pegangan (keyakinan) dalam menjalani kehidupan. Pentingkah doa dalam aktifitas sehari-hari ?.Tentu saja, karena dengan berdoa akan selalu mengingatkan kita akan keberadaan Tuhan dan memohon perlindungan-Nya, serta mengingatkan kita akan syukur dari segala aspek atas kehidupan, cobaan, dan nikmat kebahagiaan yang Tuhan selalu berikan kepada kita sebagai makhluk ciptaan-Nya.

Jumat, 10 Januari 2020

“Melatih Hidup Bersih Sejak Dini Kepada Siswa-Siswi Pasraman” Giat Dharma Pangasraman di Pasraman Amerthasari, Desa Ambuulanu, Kec. Pondidaha, Kab. Konawe.


“Melatih Hidup Bersih Sejak Dini Kepada Siswa-Siswi Pasraman”
Giat Dharma Pangasraman di Pasraman Amerthasari, Desa Ambuulanu, Kec. Pondidaha, Kab. Konawe
Gbr. Photo : Desa Ayu Ruasti, S.Ag.
Bersama Siswa-Siswi Pasraman Amerthasari
Bale Paruman Pura Desa Puseh Giri Nata
Desa Pakraman Amerthasari, Desa Ambuulanu
Pondidaha,Pasraman Amerthasari (Bindu Konawe)---“Melatih Hidup Bersih Sejak Dini Kepada Siswa-Siswi Pasraman”, begitulah giat Dharma Pangasraman yang dilakukan oleh Arya Rai Dharmika, S.Ag. bersama Desak Ayu Ruasti, S.Ag. di Pasraman Amerthasari yang bertempat di Lingkungan Pura Desa-Puseh Giri Nata, Desa Ambuulanu, Kec. Pondidaha, Kab. Konawe, Kamis, 9 Januari 2020.
 
Gbr. Photo : Arya Rai Dharmika, S.Ag.
Bersama Siswa-Siswi Pasraman Amerthasari
Bale Paruman Pura Desa Puseh Giri Nata
Desa Pakraman Amerthasari, Desa Ambuulanu

Mengajarkan hidup bersih sejak dini sangatlah penting terutama dalam menjaga kebersihan tempat suci atau Pura yang digunakan sebagai tempat memuja Sang Hyang Widhi Wasa – Tuhan Yang Maha Esa. Kesadaran akan hal tersebut diimplementasikan oleh Tenaga Pembina Pasraman dan Siswa-Siswi Pasraman Amerthasari. Kegiatan rutin bersih-bersih atau mareresik (Bhs. Bali) di Lingkungan Areal Pura yang dilakukan oleh anak-anak Pasraman Amerthasari bersama-sama guru pembinanya secara rutin dilaksanakan pada saat jadwal kegiatan pembelajaran di Pasraman ataupun menjelang menyambut Hari-hari Suci Agama Hindu.  

Kamis, 09 Januari 2020

Giat Dharma Penyuluh Agama Hindu “Menyemai Benih Bunga Rampai” Pada Siswa-Siswi Hindu di SLTP Negeri 1 Uepai, Kec. Uepai, Kab. Konawe.


Giat Dharma Penyuluh Agama Hindu “Menyemai Benih Bunga Rampai”
Pada Siswa-Siswi Hindu di SLTP Negeri 1 Uepai, Kec. Uepai, Kab. Konawe
Gbr. Photo : Saat Agus Ariadi, SH., MH.
Memberikan Materi Pembinaan/Penyuluhan
Kepada Siswa-Siswi Hindu di SLTP Negeri 1 Uepai 

Uepai, Penyuluh Agama Hindu(Bindu Konawe)---Penyuluh Agama Hindu Non PNS Pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Konawe Rayon Kecamatan Uepai Agus Ariadi, SH., MH. dan I Ketut Mudiana, S.Ag. melaksanakan Tugas Penyuluhan pada Kelompok Binaan Siswa-Siswi Hindu SLTP Negeri 1 Uepai, Jumat 10 Januari 2020, di Lingkungan SLTP Negeri 1 Uepai.

Memasuki Minggu kedua bulan  Januari 2020, Sih Hyang Widhi Wasa giat dharma bagi Penyuluh Agama Hindu Rayon Uepai kali ini tidak ubahnya seperti Menyemai Benih Bunga Rampai. Menurut Agus Ariadi dan I Ketut Mudiana, ini adalah bagian dari melaksanakan tugas dan kewajiban rutin penyuluhan/pembinaan kepada Kelompok Binaan Siswa-Siswi Agama Hindu di SLTP Negeri 1 Uepai sebagai bagian dari upaya untuk menanamkan Iman dan Taqwa (Sradha dan Bakti ) Kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa.

Gbr. Photo : Saat Agus Ariadi, SH., MH. (Jas Warna Kuning)
 & I Ketut Mudiana, S.Ag. (Baju Hijau Muda)

Memberikan Materi Pembinaan/Penyuluhan
Kepada Siswa-Siswi Hindu di SLTP Negeri 1 Uepai

Pada Pembinaan kali ini, Agus Ariadi bersama I Ketut Mudiana yang juga aktif sebagai Tenaga Pembina di Pasraman, mengangkat topik atau tema” Nilai-Nilai Budi Pekerti dan Pendidikan dalam Kitab Suci Bhagavadgita dan  yang terkandung dalam Cerita Maha Barata”.

Pada kesempatan yang sama juga disampaikan bahwa Ajaran Agama Hindu yang terkandung dalam kitab-kitab Smerti yang dihimpun dalam kesusastraan atau buku-buku Hindu penuh dengan pesan-pesan moralitas yang mengandung tiga unsur Tri Kerangka Dasar Agama Hindu yaitu Tattwa, Susila dan Acara.

Selasa, 07 Januari 2020

Penyelenggara Bimas Hindu - "Sebagai Rohaniawan Hindu Pada Gelar Upacara Pelantikan dan Sumpah Jabatan di POLRES Konawe"



Penyelenggara Bimas Hindu - "Sebagai Rohaniawan Hindu Pada Gelar Upacara Pelantikan dan Sumpah Jabatan di POLRES Konawe"

Unaaha, Penyelenggara Bimas Hindu (Bindu Konawe)---Selasa, 07 Januari 2020, Penyelenggara Bimas Hindu I Nengah Sumendra, S.Ag., M.Fil.H melaksanakan tugas sebagai Rohaniawan Hindu di POLRES Konawe dalam Gelar Upacara Pelantikan dan Sumpah Jabatan Ipda. Kadek Sujayana sebagai KAPOLSEK Kecamatan Tongauna. 

Gbr. Photo : IPDA. Kadek Sujayana (Kanan)
I Nengah Sumendra, S.Ag., M.Fil.H/
Rohaniawan Hindu (Tengah)


"Selamat Kami Ucapkan Atas Jabatan dan Tugas Barunya Sebagai KAPOLSEK Kec. Tongauna Kepada Bapak Ipda. Kadek Sujayana".

Kadek Sujayana yang kesehariannya murah senyum ini, secara pribadi adalah kader terbaik yang dimiliki oleh Umat Hindu di Kabupaten Konawe. Disela-sela tugas dinasnya, Kadek Sujayana sangat peduli dan sering mensuport kegiatan-kegiatan Agama dan Keagamaan Hindu yang diselenggarakan oleh Umat Hindu di Tingkat Kabupaten Konawe. 

Gbr. Photo : IPDA. Kadek Sujayana bersama Ibu (Kanan)
I Nengah Sumendra, S.Ag., M.Fil.H/
Rohaniawan Hindu (Kiri)

I Nengah Sumendra yang saat ini masih aktif sebagai Ketua PHDI Kabupaten Konawe Masa Bakti Periode 2015-2020, menyampaikan saya sebagai Penyelenggara Bimas Hindu Pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Konawe tentu sangat bersyukur dengan semakin banyaknya Tokoh-Tokoh Masyarakat Hindu di Kabupaten Konawe yang berkualitas seperti beliau, ucapnya. Angayubagia, Semoga Labdakarya Sidhiartha dalam Tugas Dharma Negara dan Dharma Agama.

Gbr. Photo :Para Rohaniawan;
Islam (Kanan), Kristen (Tengah), Hindu (Kiri)

Post By Bindu Konawe



Senin, 06 Januari 2020

Monografi Pura Kahyangan Tiga Desa Pakraman Dwi Tunggal Bhuana, Kelurahan Mekarsari Kecamatan Tongauna, Kabupaten Konawe

Monografi Pura Kahyangan Tiga Desa Pakraman Dwi Tunggal Bhuana, Kelurahan Mekarsari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe

Gbr. Photo : Candi Pintu Masuk 
di Nista Mandala Pura Desa-Puseh
Desa Pakraman Dwi Tunggal Bhuana

A.      Deskripsi Umum
Pura Adalah Sebagai Tempat Pemujaan Atau ibadat bagi agama Hindu atau tempat Suci agama Hindu di Indonesia. Tempat suci menurut Hindu mempunyai 2 (Dua) Pengertian yaitu tempat suci karena kondisi alam seperti Puncak gunung dan Sumber mata air, dan tempat suci karna disucikan atau dibangun seperti Candi, Pura, Merajan dan Lain-lain.
Pura sebagai tempat suci agama Hindu di Indonesia merupakan tempat pemujaan Nyang Widhi Wasa dalam prabawa-Nya (ManifestasiNya) dan Atma Sidha Dewata (Roh Sici Leluhur) dengan sarana upacara Yadnya.
Dalam Sistem Upakara dan upacara yadnya dalam pura dilaksanakan oleh adat dimana dalam suatu desa adat akan di tunjuk seorang ketua adat atau dalam sitem adat bali disebut dengan Bendesa adat. Bendesa Adat memiliki peran central dalam kegiatan ke umatan dan Upakara dan Upacara Yadnya di Suatu Desa Adat.
Desa Adat Dwi Tunggal Buana Adalah salah satu desa adat yang keberadaanya di wilayah transmigrasi di Kelurahan Mekar Sari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara. Meski terbilang Jauh dari Bali, Desa Adat Dwi Tunggal Buana Masih Tetap memegang teguh Adat dan Tradisi sebagai Hindu Bali Nusantara. Desa Adat ini dipimping oleh seorang Bendesa Adat  dan di bantu oleh kepengurusan Desa Adat. Di  Desa Adat Dwi Tunggal Buana terdapat Pura Khayangan Tiga (Tri Khayangan) di antaranya Pura Desa dan Pura Puseh Yang Terletak dalam Satu Area, Pura Dalem yang berdampingan dengan Pura Prajapati dan Ada Pula Pura Ulun Carik (Pura Subak).


B.       Pura Desa Puseh Desa Adat Dwi Tunggal Buana
Pura Desa dan Puseh  Desa Adat Dwi Tunggal Buana terletak dalam satu lokasi. Pura Desa dan Puseh ini merupakan Pura khayangan Tiga yang disungsung oleh krama desa Adat Dwi Tunggal Buana Sebagai tempat Pemujaan Ida Sang Hyang Widhi dalam Prabawanya Sebagai Dewa Brahma Sang Pencipta (Utpati) dan Dewa Wisnu Sang Pemelihara (Sthiti). 

Gbr. Photo : Kori Agung Pura Desa-Puseh
Desa Pakraman Dwi Tunggal Bhuana

Pura Desa Dan Puseh Desa Adat Dwi Tunggal Buana beralamat di Blok C  kelurahan Mekar Sari, Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara, dengan luas area 5000 m2. Status kepemilikan tanah dari pura Desa Puseh ini sementara proses balik nama ke Desa Adat Dwi Tunggal Buana.  Pura ini hanya berjarak sekitar 2 Km dari pusat Kota Unaaha.  Letaknya yang begitu strategis dan dekat dengan kota unaaha pura ini menjadi salah satu tujuan dari warga kota unaaha untuk datang menikmati pemandangan pura  dan berfoto selfi. Pura ini juga sering dijadikan tempat kegiatan dari organisasi Hindu yang berada di kabupaten Konawe.



Gbr. Photo : Gedong Desa
Pura Desa-Puseh
Desa Pakraman Dwi Tunggal Bhuana

Gbr. Photo : Gedong Puseh
Pura Desa-Puseh
Desa Pakraman Dwi Tunggal Bhuana

 Pura Desa Puseh Desa Adat Dwi Tunggal Buana Ini di didirikan pada tahun 1975.  Anggaran Pendirianya dari hasil Suadaya masyarakat desa Adat Dwi Tunggal Buana. kemudian pada tahun 2005 Pura ini direnovasi total mulai dari Gedong, Padmasana, Pelingih, Balai Kulkul  dan Pagar Pura. Pada Tahun 2016 Pura Ini Mendapat bantuan Satu Unit Balai Agung Dari Pemerintah Daerah kabupaten Konawe.

Gbr. Photo : Piyasan di Utama Mandala
Pura Desa-Puseh
Desa Pakraman Dwi Tunggal Bhuana

Pada Pendataan tahun 2019 pura Desa dan  Puseh Dwi Tunggal Buana di pimpin Bendesa adat yang bernama Wayan Sara dan  PHDI desa yang bernama I Wayan Sumatra, S.Ag. Wayan Sunata Sebagai Pemangku Yang Memimpin upakara dan upacara Yadnya di Pura Desa dan Ketut Warta sebagai Pemangku pemimpin yadnya di Pura Puseh.  Jumlah Pengempon Pura Desa dan Puseh 367 Kepala Keluarga.
Pujawali atau Odalan Pura Desa Dan Puse Desa Adat Dwi Tunggal Buana dilaksanakan setahun sekali yaitu jatuh pada wuku Menail Sasih Kapat ( Purnama Kapat). Aktivitas Persembahyangan juga dilakukan pada saat hari raya keagamaan, hari yang dianggap hari suci dan pada saat organisasi atau lembaga keagamaan Hindu melakukan kegiatan di Pura ini. Pada hari Purnama Krama Umat melakukan persembahyangan rutin setiap bulanya.
Dalam perawatan dan kebersihan pura, desa Adat menyerahkan sepenuhnya kepada Komisariat Peradah Desa Adat Dwi Tunggal Buana sebagai penanggung jawab kebersihan pura. Sehinggah Peradah Desa Adat Dwi Tunggal Buana Menetapkan Jadwal Pembersihan Rutin Setiap bulanya yaitu 2 hari sebelum Purnama. Selain itu kegiatan pembersihan oleh Peradah juga dilakukan setiap ada kegiatan keagamaan di area pura.