BINDU KONAWE - MEDIA INFORMASI

SLOGAN BLOG BINDU KONAWE

<<SELAMAT DATANG DI BINDU KONAWESELAMAT DATANG DI BINDU KONAWE >>

Sabtu, 25 Januari 2020

Sadhana Sandhya Maha Siwaratri Umat Hindu di Desa Pakraman Dwi Tunggal Bhuana, Kel.Mekarsari/SM. Sari Kec. Tongauna Kab. Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara


Gbr. Photo;
Saat Umat Hindu dalam Sadana Sandhya di Utama Mandala
Kahyangan Dalem Desa Pakraman Dwi Tunggal Bhuna

Unaaha, Penyelenggara Bimas Hindu Konawe (Bindu Konawe)---Pada hari Prawani-Telem, Kamis, 23 Januari 2020 Umat Hindu di Desa Pakraman Dwi Tunggal Bhuana, Kelurahan Mekasari/Sendang Mulya Sari, Kec. Tongauna, Kabupaten Konawe, melaksanakan sadhana agama dan keagamaan Hindu pada pelaksanaan Hari Suci Siwaratri di Pura Parahyangan Dalem-nya.

Angayubagia, umat Hindu di Desa Pakraman Dwi Tunggal Bhuana semakin mensakralkan hari-hari Suci Keagamaan Hindu yang dianutnya. Hal ini ditandai dengan kehadiran umat Hindu saat Siwaratri memenuhi sebagian halaman utama mandala parahyangan Dalem-nya, mulai dari anak-anak, remaja dan orang tua ber-sadhana sandhya sebagai wujud sraddha bhakti terhadap kesucian, keagungan dari Siwaratri.
Gbr. Photo; 
Saat Umat Hindu dalam Sadana Sandhya di Utama Mandala 
Kahyangan Dalem Desa Pakraman Dwi Tunggal Bhuna

Bagaimana umat Hindu di Dwi Tunggal Bhuana dalam mengapresiasi dan mensakralkan hari-hari Suci Keagamaan Hindu yang di anutnya patut dicontoh oleh umat Hindu di desa-desa adat/pakraman lainnya yang ada di kabupaten konawe, mengingat masih banyak fenomena beberapa momentum hari-hari suci keagamaan Hindu itu hanya dimeriahkan oleh kalangan anak dan remaja. Antosiasme pun kesemarakan umat Hindu terhadap hari-hari suci agama dan keagamaan Hindu, khususnya berkaitan dengan masalah hadir/datang ke pura untuk menghaturkan sembah bhakti (pedek tangkil ngaturang bhakti) di Pura Kahyangan yang ada di Desa Pakraman-nya patut direnungkan kembali, yaitu fenomena kesemarakan ataupun antosiasme umat Hindu untuk datang ke pura saat momen upacara Piodalan dengan momen hari-hari suci Agama dan Keagamaan Hindu itu jelas nampak sekali berbeda. Umat Hindu disetiap Desa Pakraman lebih banyak hadir atau dalam bahasa Bali-nya ‘Peketog umate tangkil’ ke pura dengan style banten gebogan-nya masing-masing bilamana saat upacara Piodalan  di Pura Tri Kayangan Desa-nya, sedangkan saat momen hari-hari suci Agama dan Keagamaan Hindu yang lainnya, mislanya seperti Purnama Tilem, Saraswati, Siwaratri, Pagerwesi, Galungan, Kuningan, dll, perlakuanya tidak sama seperti saat Piodalan, sehingga terkesan, hari-hari suci agama Hindu hanya dikhususkan bagi anak-anak dan remaja ataupun para pemuda, para orang tua dapat dihitung dengan jari yang datang ke pura. Tentu fenomena seperti itu hal yang kurang baik untuk dicontoh dan dibiasakan di Desa Pakraman untuk generasinya kelak. Umat Hindu patut menyadari bahwa dalam mengapresiasi dan mensakralkan hari-hari Suci Keagamaan Hindu sepatutnya harus sama semangatnya.


Perayaan hari Siwaratri  di Pura Kahyangan Dalem - Desa Pakraman Dwi Tunggal Bhuana, dipandu oleh para manggala yang ada didesa pakramannya, mulai dari para mangku kahyangan Desa-Puseh dan Dalem, tak terkecuali pula para pamangku dan sutri yang lainnya. Pengurus Lembaga Agama dan Keagamaan Hindu Desa seperti Ketua PHDI, Ketua Adat/Desa Pakraman dan dan jajaran pengurus lainnya juga hadir dan menjadi garda terdepan dalam memberikan pelayanan untuk mengawal perayaan Siwaratri  yang dilakukan secara bersama-sama di Kahyangan Dalem-nya.
 
Gbr. Photo; 
Saat Penyelenggara Bimas Hindu Konawe
( I Nengah Sumendra, S.Ag., M.Fil.H )
Membawakan Dharma Wacana
di Utama Mandala 
Kahyangan Dalem
Desa Pakraman Dwi Tunggal Bhuna

Pada kesempatan yang sama, Penyelenggara Bimas Hindu Kantor Kementerian Agama Kabupaten Konawe I Nengah Sumendra, S.Ag., M.Fil.H yang saat ini juga masih aktif sebagai Ketua PHDI Kab. Konawe masa bakti 2015-2020, dalam Dharma Wacananya menyapaikan bahwa ‘Hari Suci Siwaratri merupakan payogan Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasi dan murti-Nya sebagai Tuhan Siwa. Setiap setahun sekali Umat Hindu melaksanakan Tapa, Yajna, Kirtti dan Yoga yang berkaitan dengan momentum Maha Ratri, sebagai upaya untuk melakukan penyucian, penebusan, penyelamatan, pemuliaan, penyatuan dan pembebasan kelahirannya dari penderitan (samsara).  Tema Dharma Wacana yang dibawakan yaitu  “Sekuntum Bunga Rampai Maha Ratri”. I Nengah Sumendra mengajak semua umat Hindu agar sama-sama dapat menggali sumber-sumber yang telah ada yang berkaitan dengan pelaksanaan Agama dan Keagamaan Hindu, tak terkecuali tentang Siwaratri yang di rayakan saat ini, sehingga pengetahuan, pemahaman, pengamalan, penghayatan dan pendalaman serta sraddha bhakti kita berkaitan dengan Hari Suci Maha Siwa Ratri terus semakin baik dan benar, sebagai Dharma Agama terhadap Ajaran Agama Hindu yang bersumber dari Pustaka Suci Weda yang kita anut, pungkas-nya.
Gbr. Photo; 
Saat Umat Hindu dalam Sadana Sandhya di Utama Mandala 
Kahyangan Dalem Desa Pakraman Dwi Tunggal Bhuna
Puncak sadhana sandhya umat hindu saat itu, yaitu tepat saat waktu ratri  menunjukkan waktu/jam 00.00 wita, umat Hindu melantunkan puja mantra "Om Nama Siwa" yang dipimpin oleh Jro Mangku Kahyangan Dalem. Renungan Siwaratri berlangsung selama ± 5 Menit.

Gbr. Photo; 
Saat Ketua PHDI Desa Pakraman Dwi Tunggal Bhuana
I Wayan Sumatra, S.Ag. (Kiri), I Nengah Sumendra, S.Ag., M.Fil.H ( Tengah)
dan Gusti Aji Ngurah Wahyu ( Kanan) dan bersama Manggala yang lainnya
di Piyasan Parahyangan Dalem

Post By Bindu Konawe
Kontributor Photo : Ketua PHDI Desa ( I Wayan Sumatra, S.Ag)
Penulis : INS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar