BINDU KONAWE - MEDIA INFORMASI

SLOGAN BLOG BINDU KONAWE

<<SELAMAT DATANG DI BINDU KONAWESELAMAT DATANG DI BINDU KONAWE >>

Rabu, 22 Januari 2020

Sekuntum Bunga Rampai Maha Ratri


Sekuntum Bunga Rampai Maha Ratri *)
Oleh : I Nengah Sumendra *)
 
Om Nama Siwaya
Om Nang Mang Sing Wang Yang
Om Swastyastu, 
Setiap setahun sekali Umat Hindu di Nusantara melaksanakan Tapa, Yajna, Kirtti dan Yoga yang berkaitan dengan momentum Maha Ratri, sebagai upaya untuk melakukan penyucian, penebusan, penyelamatan, pemuliaan, penyatuan dan pembebasan kelahirannya dari penderitaan (samsara).

Uraian singkat, yang diberi judul “Sekuntum Bunga Rampai Maha Ratri”, tidak menguraikan secara komprehensif tentang purana atau cerita Lubdaka yang secara Tattwa, Susila dan Acara begitu mensucikan keberadaan dari Maha Ratri (Maha Siwa Ratri). Hal ini, selain karena keterbatasan pengetahuan, juga sebagai batasan uraian sesuai dengan judul yang diangkat, serta dengan semangat keinginan yang masih tersembunyi, yaitu agar sama-sama dapat menggali sumber-sumber yang telah ada, sehingga pengetahuan, pemahaman, pengamalan, penghayatan dan pendalaman serta sraddha bhakti kita berkaitan dengan Hari Suci Maha Siwa Ratri terus semakin baik dan benar, sebagai Dharma Agama terhadap Ajaran Agama Hindu yang bersumber dari Pustaka Suci Weda yang kita anut.


Mengapa Maha Ratri disucikan sebagai ‘Hari Suci Siwa Ratri’…?       
Berdasarkan Kitab Suci Weda, pada kelompok kitab Smerti, dijumpai dasar dari pelaksanaan Siwa Ratri yaitu pada kitab Siwa Purana. Menurut kitab Siwa Purana, dalam setiap bulannya terdapat Padmaja Ratri atau Siwa Ratri, yaitu pada malam ke-13/hari ke-14. Siwa Ratri secara harfiah berarti Malam Agung-Nya Siwa. Mantra Suci Panca Aksara sebagai Bhakti Kirthanam dan Nama Smaranam kepada Brahman (Tuhan) ‘OM NAMA SIWAYA. Nawa Wida Bhakti didedikasikan kepada Tuhan ‘SIWA’ bagi para bhakta-Nya.

Sedangkan di Nusantara, berdasarkan Siwaratri Kalpa karya Mpu Tanakung yang diperkirakan di tulis pada masa akhir Majapahit. Setiap setahun sekali merayakan hari Siwa Ratri, dimana hari tersebut selalu dihubungkan dengan sebuah cerita Lubdaka. Siwa Purana dan Siwa Ratri Kalpa mengandung Tattwa yang sama yaitu pemujaan kepada Ke Agungan dan Kemahakuasaan Tuhan Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam manifestasi-Nya sebagai Siwa dan Sakti-Nya Parwati Dewi.

Mengapa Siwa Ratri diyakini sebagai Maha Ratri (Malam) atau Malam yang paling Gelap…?
Menurut kitab Siwa Purana, dalam setiap bulannya terdapat Padmaja Ratri atau Siwa Ratri, Hal ini juga sesuai dengan perhitungan Subhadewasa dalam Kalender Hindu bagi Umat Hindu di Nusantara atau di Bali yang menggunakan Wariga Dewasa, dimana dalam setiap ‘bulan’ (sasih) terdapat perhitungan ‘Alam Terang’ dan ‘Alam Gelap’ dalam satu putaran disetiap bulannya, yaitu pergerakan ‘Penanggal/Alam Terang’ dan pergerakan Panglong/Alam Gelap, terus berputar silih berganti. Pergerakan Penanggal 1 sampai ke 14 adalah pergerakan dari ‘alam terang’ menuju ‘alam gelap’, Penanggal 14 yang dalam Kalender Hindu di Bali adalah titik koordinat atau batas dari puncak ‘Alam Terang’ kemudian dihitungan ke 15 adalah ‘Bulan Purnama’. Saat pergerakan ‘Bulan Purnama’ mulai condong pada arah barat, maka alam sudah menuju pada pergerakan ke Alam Gelap, yaitu kembali menuju titik koordinat atau batas dari puncak ‘Alam Terang’ dengan ‘Alam Gelap’(Panglong).

Selanjutnya, pada Panglong/Alam Gelap ke 1 sampai pada Panglong ke 13 atau 14 adalah pergerakan ‘Alam Gelap’, puncak atau batas titik koordinat dari pergerakan ‘Alam Gelap’ yaitu pada Panglong ke 14, kemudian hitungan ke 15 adalah ‘Bulan Tilem’. Saat pergerakan ‘Bulan Tilem’ mulai condong pada arah barat, maka alam sudah menuju pada pergerakan ke ‘Alam Terang’ kembali, kalau dalam istilah balinya disebut dengan ‘Nemu Gelang’ bertemunya dua titik koordinat antara ‘Alam Terang’ (Penanggal) dengan ‘Alam Gelap’ (Panglong). Selanjutnya, secara terus menerus silih berganti berputar dalam setiap bulan (sasih) seiring dengan berputarnya ‘Sang Waktu’.

Om Nama Siwaya

Mengapa dari 12 Siwa Ratri dalam setiap tahunnya , tetapi ada 1 Malam (Ratri) yang dipilih sebagai Maha Ratri atau Maha Siwa Ratri…?

Menurut beberapa sumber yang terdokumentasikan dalam teks tertulis, dari dua belas Siwa Ratri, ada satu malam yang paling disukai Dewa Siwa, yaitu disebut sebagai Maha Siwa Ratri, yang dilaksanakan pada bulan Maga (Januari-Februari) pada malam ke-13/hari ke-14 di bulan Magha dalam penanggalan Hindu. Diyakini sebagai malam ter-Agung untuk pemujaan Siwa, yaitu Nama Tuhan dalam mazab Siwaisme. Maha Siva Ratri dikaitkan dengan penyatuan spiritual Dewa Siwa dengan Sakti atau Dewi Parvati (Dua azas badani yaitu Purusa dan Prakerti dalam Bhuana Agung dan Bhuana Alit). Menurut tradisi Hindu bahwa hari ini adalah hari yang paling disenangi Dewa Siwa (Mahadewa). Maha Siva Ratri juga sebagai momentum Lila ketika Dewa Siwa melakukan 'Tandava', tarian kosmik pada Maha Malam (Ratri). Sumber yang lainnya ada juga yang menyebutkan bahwa Siwa Ratri berkaitan dengan pemutaran Gunung Mandara (Pemuteran Mandara Giri) dalam pengadukan lautan susu. Siwa  menyelamatkan dunia dari dampak buruk racun yang muncul akibat dari pengadukan Samudra (Samudramantana), beliau menyelamatkan para dewa dan semua mahkluk dengan meminum seluruh racun itu. Para dewa bersuka cita atas pertolongan Mahadewa, dewanya dewa. Para mahkluk sorgawi memuliakan Mahadewa pada Malam Agung dan penuh anugrah, yaitu Maha Siwa Ratri.

Uraian di atas juga ternyata belum cukup untuk memperkuat sraddha bhakti bagi Umat Hindu dalam pencarian makna terhadap hari-hari Suci Keagamaan yang di anutnya, termasuk perayaan Hari Suci Siwa Ratri, masih banyak menyisakan pertanyaan-pertanyaan untuk memperkuat sraddha bhakti-nya, yaitu salah satunya, kenapa dari 12 Ratri yang ada dalam satu Tahun yang jatuh pada Bulan Maga (Januari-Februari) pada malam ke-13/hari ke-14 di Bulan Magha dalam penanggalan Hindu ditetapkan atau diyakini sebagai Ratri (Malam) yang paling disukai oleh Siwa, sehingga disebut sebagai Maha Siwa Ratri…?. Untuk menambah ulasan tentang pertanyaan tersebut di atas, maka Umat Hindu harus bertanya kepada yang ahli dalam perhitungan Subhadewasa/Wariga Dewasa, yaitu perhitungan Bulan sesuai dengan Penanggalan Kalender Hindu (Tahun Saka) yang diberlakukan di India dan Hindu dibelahan dunia yang lainnya, termasuk Kalender Hindu yang digunakan oleh Umat Hindu di Nusantara umumnya dan khususnya Kalender Hindu di Bali. Maha Siwa Ratri yang datang setahun sekali yaitu pada hari 14 paruh gelap malam  Mahapalguna (Januari-Februari), sehari sebelum Tilem Kapitu. Maha Siwa Ratri jatuh setahun sekali pada Purwaning Tilem Ke Pitu (Panglong Ping 14 Sasih Kepitu). Menurut Astronomi dan Kitab Jyotisa malam tersebut merupakan malam yang paling gelap dalam satu tahun (Malam dengan Kegelapan Paling Puncak seperti uraian sebelumnya yang sudah ‘nemu gelang’ dalam perputaran Alam Gelap dalam setiap Tahun-nya), pada bulan ini pula menurut Wariga Dewasa memiliki 16 ‘Kala’ Kekuatan Duniawi dalam simbolik angka 1+6=7, yaitu Sapta Timira. Maka demikianlah di Bhuana Agung dan di Bhuana Alit terdapat malam yang paling gelap. Kegelapan di Bhuana Alit dikenal dengan nama Peteng Pitu atau Sapta Timira. Kegelapan inilah terjadi karena goncangan pergerakan/perputaran dalam struktur alam pikiran. Kegoncangan dalam Bhuana Alit ini terjadi karena pengaruh Dasendriya, baik yang disebabkan oleh faktor Bhuana Agung dalam fase perputaran puncak Alam Gelap, maupun karena pengaruh pergerakan Dasendriya dalam tubuh manusia yang menyebabkan manusia berada pada titik puncak kegelapan.  Berdasarkan uraian singkat tersebut, maka diyakini sangat baik untuk melakukan kontemplasi atau Perenungan (Mulat Sarira) yang bertujuan menempatkan kembali kondisi jasmani dan rohani manusia pada titik koordinat Kesucian, Keheningan, Ketenangan dan Kedamaian, karena pada kondisi seperti ini manusia dalam pergerakan dengan kekuatan yang stabil, tenang dan harmonis yang dapat mengantarkannya pada Eling guna peningkatan kualitas kelahiran sesuai dengan Tujuan Kelahiran Manusia menurut Ajaran Agama Hindu yaitu Pencapaian ‘Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma’.

Semoga uraian singkat ini, dapat memberikan jawaban terhadap pencarian makna Maha Ratri, khususnya yang berkaitan dengan beberapa pertanyaan-pertanyaan yang menjadi sub-sub uraian di atas. Wasana kata, Selamat dalam bersadhana Tapa, Yajna, Kirtti dan Yoga dalam momentum Hari Suci Maha Ratri. semoga bermanfaat dan matur suksma.

Om Nama Siwaya
Om Santih, Santih, Santih Om.  

Unaaha, 23/01/2020
Post By Bindu Konawe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar