Sekuntum
Bunga Rampai Maha Ratri *)
Oleh :
I Nengah Sumendra *)
Om Swastyastu,
Setiap
setahun sekali Umat Hindu di Nusantara melaksanakan Tapa, Yajna, Kirtti dan Yoga
yang berkaitan dengan momentum Maha Ratri,
sebagai upaya untuk melakukan penyucian, penebusan, penyelamatan, pemuliaan,
penyatuan dan pembebasan kelahirannya dari penderitaan (samsara).
Uraian singkat, yang diberi
judul “Sekuntum Bunga Rampai Maha Ratri”,
tidak menguraikan secara komprehensif tentang purana atau cerita Lubdaka yang
secara Tattwa, Susila dan Acara begitu mensucikan keberadaan dari Maha Ratri (Maha Siwa Ratri). Hal ini, selain karena keterbatasan pengetahuan,
juga sebagai batasan uraian sesuai dengan judul yang diangkat, serta dengan
semangat keinginan yang masih tersembunyi, yaitu agar sama-sama dapat menggali
sumber-sumber yang telah ada, sehingga pengetahuan, pemahaman, pengamalan,
penghayatan dan pendalaman serta sraddha
bhakti kita berkaitan dengan Hari Suci Maha Siwa Ratri terus semakin baik
dan benar, sebagai Dharma Agama terhadap Ajaran Agama Hindu yang bersumber dari
Pustaka Suci Weda yang kita anut.
Mengapa Maha Ratri disucikan sebagai ‘Hari Suci Siwa
Ratri’…?
Berdasarkan Kitab Suci Weda, pada kelompok kitab Smerti, dijumpai dasar dari pelaksanaan Siwa Ratri yaitu pada kitab Siwa Purana. Menurut kitab Siwa Purana, dalam setiap bulannya
terdapat Padmaja Ratri atau Siwa Ratri, yaitu pada malam
ke-13/hari ke-14. Siwa Ratri secara
harfiah berarti Malam Agung-Nya Siwa. Mantra Suci Panca Aksara sebagai Bhakti
Kirthanam dan Nama Smaranam
kepada Brahman (Tuhan) ‘OM NAMA SIWAYA.
Nawa Wida Bhakti didedikasikan kepada
Tuhan ‘SIWA’ bagi para bhakta-Nya.
Sedangkan di Nusantara, berdasarkan Siwaratri Kalpa karya Mpu Tanakung yang diperkirakan di tulis
pada masa akhir Majapahit. Setiap setahun sekali merayakan hari Siwa Ratri, dimana hari tersebut selalu
dihubungkan dengan sebuah cerita Lubdaka. Siwa
Purana dan Siwa Ratri Kalpa
mengandung Tattwa yang sama yaitu pemujaan
kepada Ke Agungan dan Kemahakuasaan Tuhan Ida
Sanghyang Widhi Wasa dalam manifestasi-Nya sebagai Siwa dan Sakti-Nya Parwati Dewi.
Mengapa Siwa Ratri diyakini
sebagai Maha Ratri (Malam) atau Malam yang paling Gelap…?
Menurut kitab Siwa
Purana, dalam setiap bulannya terdapat Padmaja
Ratri atau Siwa Ratri, Hal ini
juga sesuai dengan perhitungan Subhadewasa
dalam Kalender Hindu bagi Umat Hindu di Nusantara atau di Bali yang
menggunakan Wariga Dewasa, dimana
dalam setiap ‘bulan’ (sasih) terdapat
perhitungan ‘Alam Terang’ dan ‘Alam Gelap’ dalam satu putaran disetiap
bulannya, yaitu pergerakan ‘Penanggal/Alam
Terang’ dan pergerakan Panglong/Alam
Gelap, terus berputar silih berganti. Pergerakan Penanggal 1 sampai ke 14 adalah pergerakan dari ‘alam terang’ menuju ‘alam gelap’, Penanggal 14 yang dalam Kalender Hindu di Bali adalah titik
koordinat atau batas dari puncak ‘Alam
Terang’ kemudian dihitungan ke 15 adalah ‘Bulan Purnama’. Saat pergerakan ‘Bulan
Purnama’ mulai condong pada arah barat, maka alam sudah menuju pada
pergerakan ke Alam Gelap, yaitu kembali
menuju titik koordinat atau batas dari puncak ‘Alam Terang’ dengan ‘Alam
Gelap’(Panglong).
Selanjutnya, pada Panglong/Alam Gelap ke 1 sampai pada Panglong ke 13 atau 14 adalah pergerakan ‘Alam Gelap’, puncak atau batas titik koordinat dari pergerakan ‘Alam Gelap’ yaitu pada Panglong ke 14, kemudian hitungan ke 15
adalah ‘Bulan Tilem’. Saat pergerakan
‘Bulan Tilem’ mulai condong pada arah
barat, maka alam sudah menuju pada pergerakan ke ‘Alam Terang’ kembali, kalau dalam istilah balinya disebut dengan ‘Nemu Gelang’ bertemunya dua titik
koordinat antara ‘Alam Terang’ (Penanggal) dengan ‘Alam Gelap’ (Panglong). Selanjutnya,
secara terus menerus silih berganti berputar dalam setiap bulan (sasih) seiring dengan berputarnya ‘Sang Waktu’.
Mengapa dari 12 Siwa Ratri
dalam setiap tahunnya , tetapi ada 1 Malam (Ratri)
yang dipilih sebagai Maha Ratri atau Maha Siwa Ratri…?
Menurut beberapa sumber yang terdokumentasikan
dalam teks tertulis, dari dua belas Siwa
Ratri, ada satu malam yang paling disukai Dewa Siwa, yaitu disebut sebagai Maha Siwa Ratri, yang dilaksanakan pada bulan Maga (Januari-Februari) pada malam ke-13/hari ke-14 di bulan Magha dalam penanggalan Hindu. Diyakini
sebagai malam ter-Agung untuk pemujaan Siwa,
yaitu Nama Tuhan dalam mazab Siwaisme.
Maha Siva Ratri dikaitkan dengan penyatuan
spiritual Dewa Siwa dengan Sakti atau Dewi Parvati (Dua azas badani
yaitu Purusa dan Prakerti dalam Bhuana Agung dan Bhuana Alit). Menurut
tradisi Hindu bahwa hari ini adalah hari yang paling disenangi Dewa Siwa (Mahadewa). Maha Siva Ratri
juga sebagai momentum Lila ketika Dewa Siwa melakukan 'Tandava', tarian kosmik pada Maha
Malam (Ratri). Sumber yang lainnya ada juga yang menyebutkan bahwa Siwa Ratri berkaitan dengan pemutaran Gunung Mandara (Pemuteran Mandara Giri) dalam pengadukan lautan susu. Siwa
menyelamatkan dunia dari dampak buruk racun yang muncul akibat dari
pengadukan Samudra (Samudramantana), beliau menyelamatkan
para dewa dan semua mahkluk dengan meminum seluruh racun itu. Para dewa bersuka
cita atas pertolongan Mahadewa,
dewanya dewa. Para mahkluk sorgawi memuliakan Mahadewa pada Malam Agung dan penuh anugrah, yaitu Maha Siwa Ratri.
Uraian di atas juga ternyata belum cukup untuk
memperkuat sraddha bhakti bagi Umat
Hindu dalam pencarian makna terhadap hari-hari Suci Keagamaan yang di anutnya,
termasuk perayaan Hari Suci Siwa Ratri, masih banyak menyisakan
pertanyaan-pertanyaan untuk memperkuat sraddha bhakti-nya, yaitu salah satunya, kenapa dari 12
Ratri yang ada dalam satu Tahun yang jatuh pada Bulan Maga (Januari-Februari) pada malam ke-13/hari ke-14 di Bulan Magha dalam penanggalan Hindu
ditetapkan atau diyakini sebagai Ratri
(Malam) yang paling disukai oleh Siwa, sehingga disebut sebagai Maha
Siwa Ratri…?. Untuk menambah ulasan tentang pertanyaan tersebut di
atas, maka Umat Hindu harus bertanya kepada yang ahli dalam perhitungan Subhadewasa/Wariga
Dewasa, yaitu perhitungan Bulan sesuai dengan Penanggalan Kalender
Hindu (Tahun Saka) yang diberlakukan di India dan Hindu dibelahan
dunia yang lainnya, termasuk Kalender Hindu yang digunakan oleh Umat Hindu di
Nusantara umumnya dan khususnya Kalender Hindu di Bali. Maha Siwa Ratri yang
datang setahun sekali yaitu pada hari 14 paruh gelap malam Mahapalguna (Januari-Februari),
sehari sebelum Tilem Kapitu. Maha Siwa Ratri jatuh setahun sekali
pada Purwaning
Tilem Ke Pitu (Panglong Ping 14 Sasih Kepitu).
Menurut Astronomi dan Kitab Jyotisa malam tersebut merupakan malam yang
paling gelap dalam satu tahun (Malam dengan Kegelapan Paling Puncak seperti
uraian sebelumnya yang sudah ‘nemu gelang’ dalam perputaran Alam
Gelap dalam setiap Tahun-nya), pada bulan ini pula menurut Wariga Dewasa memiliki 16 ‘Kala’
Kekuatan Duniawi dalam simbolik angka 1+6=7, yaitu Sapta Timira. Maka demikianlah
di Bhuana
Agung dan di Bhuana Alit terdapat malam yang
paling gelap. Kegelapan di Bhuana Alit dikenal dengan nama Peteng
Pitu atau Sapta Timira. Kegelapan inilah terjadi karena goncangan pergerakan/perputaran
dalam struktur alam pikiran. Kegoncangan dalam Bhuana Alit ini terjadi
karena pengaruh Dasendriya, baik yang disebabkan oleh faktor Bhuana
Agung dalam fase perputaran puncak Alam Gelap, maupun karena pengaruh
pergerakan Dasendriya dalam tubuh manusia yang menyebabkan manusia berada
pada titik puncak kegelapan. Berdasarkan
uraian singkat tersebut, maka diyakini sangat baik untuk melakukan kontemplasi
atau Perenungan (Mulat Sarira) yang bertujuan menempatkan kembali kondisi
jasmani dan rohani manusia pada titik koordinat Kesucian, Keheningan, Ketenangan
dan Kedamaian, karena pada kondisi seperti ini manusia dalam pergerakan dengan
kekuatan yang stabil, tenang dan harmonis yang dapat mengantarkannya pada Eling
guna peningkatan kualitas kelahiran sesuai dengan Tujuan Kelahiran Manusia menurut
Ajaran Agama Hindu yaitu Pencapaian ‘Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma’.
Semoga uraian singkat ini, dapat memberikan jawaban
terhadap pencarian makna Maha Ratri,
khususnya yang berkaitan dengan beberapa pertanyaan-pertanyaan yang menjadi
sub-sub uraian di atas. Wasana kata, Selamat dalam bersadhana Tapa, Yajna, Kirtti dan Yoga dalam momentum Hari Suci Maha Ratri. semoga bermanfaat dan matur
suksma.
Om Santih, Santih, Santih Om.
Unaaha,
23/01/2020
Post
By Bindu Konawe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar