Om Swastyastu,
Sri
Hanuman, yang ditugasi menjaga orang-orang yang membaca Ramayana, sekalipun
tidak pernah mengeluh. Siapapun membaca Ramayana memperoleh dua keuntungan: (1)
bebas dari segala dosa dan (2) dijaga oleh Sri Hanuman.
Ketika
belajar pada gurunya Dewa Surya, Hanuman sambil terbang di depan kereta dan
menghadap sang guru serta mendengarkan ajarannya. Bertanyapun Hanuman tidak
pernah, semua pelajaran terserap dengan sempurna. Rasa Lapar dan haus ia tahan
sampai menjelang senja, setelah matahari terbenam.
Namun
demikian, dalam setiap perbincangan Hanuman berbicara tentang lapar.
Ketika kecil, ia terbang menuju Matahari mengira matahari terbit adalah buah
yang ranum. “Saya lapar Ibu, saya kira matahari adalah buah yang enak dan
segar”. Ketika Hanuman membakar Alengka, dan pamit kepada Dewi Sita, : “Ibu
Dewi saya belum makan sejak tiba disini, saya lapar berikanlah saya makanan”.
Dewi Sita menginjinkan Hanuman makan semua buah di taman Argasoka dalam komplek
Istana Trikota.
Perang
sudah selesai, Wibisana dinobatkan menjadi Raja Alengka. Mereka Kembali ke
Ayodya, namun singgah di Pegunungan Semeru menemui Dewi Anjani, Ibu Hauman.
Hanuman terbang sendiri, Sri Rama dan lainnya naik pesawat Wimana Puspaka
sehingga hanuman tiba lebih dulu, setelah menyembah dan menyentuh kaki ibunya,
:”Ibu saya lapar”, kata Hanuman kepada ibu kandungnya.
Ya,
persoalan hidup manusia adalah lapar. Bila lapar manusia tidak
Bahagia.
Sri
Hanuman menyindir atau mengingatkan kepada kita bahwa hidup ini tidak jauh dari
rasa lapar. Hanuman mengajarkan kepada kita bhawa ada hak untuk makan setelah
kewajiban diselesaikan dengan baik. Lapar tidak mengenal usia, pendidikan,
jenis kelamin, kasta, status sosial dan strata lainnya.
Lapar
seorang pemulung sama dengan lapar seorang sarjana kaya raya.
Lapar
seorang raja sama dengan seorang rakyat.
Dalam
Manawa Dharmasastra sebagai pedoman hidup kita, menjelaskan tentang makan dan
makanan. Makan satwika, makanan rajas dan makanan tamas. Hanuman berbicara tentang lapar.
Adanya
permusuhan antara manusia, perkelahian antar binatang, perang antara negara
karena LAPAR. Lapar telah menjadi sumber segala hal. Karena itu bagaimana cara
yang baik memenuhi rasa lapar? Jawaban yang paling kena adalah makan.
Makanlah makanan yang suci (sukla)
dalam arti baru dan segar.
Makanan
harus menjadi prasadam. lungsuran dengan cara dipersembahkan
terlebih dahulu kepada Tuhan. Maka makanan itu akan menghilangkan rasa lapar.
Namun
demikian, meskipun sudah dipersembahkan, makanan harus diperoleh dengan cara
melakukan dharma. Makanan harus didapat dengan pikiran jernih. Makanan harus
diperoleh dengan perkataan baik. Makanan harus didapatkan dengan perbuatan yang
baik.
Kalau
ingin selamat, jangan pernah makan tanpa ijin.
Karena
lapar
Anda tidak akan pernah bahagia.
Karena
lapar seseorang akan berbuat jahat. Karena Lapar seseorang akan lebih waspada.
Karena Lapar seseorang akan menjadi
bijaksana.
Laparlah
menyebabkan seseorang bahagia. Lapar telah
menjadi segala sebab kehidupan manusia.
Om Santih, Santih,
Santih
(Kendari,
13.05.2020/5:07).
Unaaha, 13 Mei 2020
Post by Bindu Konawe (INS)