BINDU KONAWE - MEDIA INFORMASI

SLOGAN BLOG BINDU KONAWE

<<SELAMAT DATANG DI BINDU KONAWESELAMAT DATANG DI BINDU KONAWE >>

Selasa, 12 Mei 2020

“Merasa Tidak Bahagia Karena Lapar...?” Oleh : I Ketut Puspa Adnyana


Gbr. Ilustrasi
Hanuman saat bersama Ibu Dewi Anjani

Om Swastyastu,
Sri Hanuman, yang ditugasi menjaga orang-orang yang membaca Ramayana, sekalipun tidak pernah mengeluh. Siapapun membaca Ramayana memperoleh dua keuntungan: (1) bebas dari segala dosa dan (2) dijaga oleh Sri Hanuman.

Ketika belajar pada gurunya Dewa Surya, Hanuman sambil terbang di depan kereta dan menghadap sang guru serta mendengarkan ajarannya. Bertanyapun Hanuman tidak pernah, semua pelajaran terserap dengan sempurna. Rasa Lapar dan haus ia tahan sampai menjelang senja, setelah matahari terbenam.

Namun demikian, dalam setiap perbincangan Hanuman berbicara tentang lapar. Ketika kecil, ia terbang menuju Matahari mengira matahari terbit adalah buah yang ranum. “Saya lapar Ibu, saya kira matahari adalah buah yang enak dan segar”. Ketika Hanuman membakar Alengka, dan pamit kepada Dewi Sita, : “Ibu Dewi saya belum makan sejak tiba disini, saya lapar berikanlah saya makanan”. Dewi Sita menginjinkan Hanuman makan semua buah di taman Argasoka dalam komplek Istana Trikota.

Perang sudah selesai, Wibisana dinobatkan menjadi Raja Alengka. Mereka Kembali ke Ayodya, namun singgah di Pegunungan Semeru menemui Dewi Anjani, Ibu Hauman. Hanuman terbang sendiri, Sri Rama dan lainnya naik pesawat Wimana Puspaka sehingga hanuman tiba lebih dulu, setelah menyembah dan menyentuh kaki ibunya, :”Ibu saya lapar”, kata Hanuman kepada ibu kandungnya.

Ya, persoalan hidup manusia adalah lapar. Bila lapar manusia tidak Bahagia.

Sri Hanuman menyindir atau mengingatkan kepada kita bahwa hidup ini tidak jauh dari rasa lapar. Hanuman mengajarkan kepada kita bhawa ada hak untuk makan setelah kewajiban diselesaikan dengan baik. Lapar tidak mengenal usia, pendidikan, jenis kelamin, kasta, status sosial dan strata lainnya.

Lapar seorang pemulung sama dengan lapar seorang sarjana kaya raya.

Lapar seorang raja sama dengan seorang rakyat.

Dalam Manawa Dharmasastra sebagai pedoman hidup kita, menjelaskan tentang makan dan makanan. Makan satwika, makanan rajas dan makanan tamas. Hanuman berbicara tentang lapar.

Adanya permusuhan antara manusia, perkelahian antar binatang, perang antara negara karena LAPAR. Lapar telah menjadi sumber segala hal. Karena itu bagaimana cara yang baik memenuhi rasa lapar? Jawaban yang paling kena adalah makan. Makanlah makanan yang suci (sukla) dalam arti baru dan segar.

Makanan harus menjadi prasadam. lungsuran dengan cara dipersembahkan terlebih dahulu kepada Tuhan. Maka makanan itu akan menghilangkan rasa lapar.

Namun demikian, meskipun sudah dipersembahkan, makanan harus diperoleh dengan cara melakukan dharma. Makanan harus didapat dengan pikiran jernih. Makanan harus diperoleh dengan perkataan baik. Makanan harus didapatkan dengan perbuatan yang baik.
Kalau ingin selamat, jangan pernah makan tanpa ijin.
Karena lapar Anda tidak akan pernah bahagia.
Karena lapar seseorang akan berbuat jahat. Karena Lapar seseorang akan lebih waspada. Karena Lapar seseorang akan menjadi bijaksana.
Laparlah menyebabkan seseorang bahagia. Lapar telah menjadi segala sebab kehidupan manusia.
Om Santih, Santih, Santih
(Kendari, 13.05.2020/5:07).

Unaaha, 13 Mei 2020
Post by Bindu Konawe (INS)

Senin, 11 Mei 2020

“Kekuatan Tantra Dan Mantra Gaib Sri Hanuman” Oleh : I Ketut Puspa Adnyana


Gbr. Ilustrasi Kekuatan Tantra &
Mantra Gaib Shri Hanuman

KEKUATAN TANTRA DAN 
MANTRA GAIB SRI HANUMAN
Oleh : I Ketut Puspa Adnyana

Dalam pendakian spiritual banyak orang sampai pada lahirnya kekuatan tantra. Tantra adalah kekuatan gaib kosmik yang tidak terbatas yang selaras dengan konstelasi tata surya. Banyak para pendaki spiritual, tergoda oleh kekuatan ini sehingga pendakiannya tertunda karena kagum atas kekuatan yang meuncul dan menggunakannya untuk kemelekatan. Para pendaki yang memiliki kesadaran, tidak akan tergoda oleh kekuatan ini dan terus melangkah ke atas. Sri Hanuman remaja belajar tantra dari Siwa Raditya, Dewa Matahari. Sementara Dewa Surya belajar dari Tuhan Siwa sendiri. Karena keberhasilannya, Tuhan Siwa menganugrahkan nama “Siwa”, maka Dewa Surya nama suci lainnya Siwa Raditya.

Hanuman merupakan salah satu penekum tantra yang paling berhasil mencapai delapan kekuatan gaib kosmik yang banyak dicari penekun sipiritual. Delapan kekuatan tantra Hanuman, yaitu : 1). Anima - Kemampuan untuk mengurangi ukuran tubuhnya; 2). Mahima - Kemampuan untuk meningkatkan ukuran tubuhnya, 3). Laghima - Kemampuan untuk menjadi tanpa bobot; 4). Garima - Kemampuan untuk menambah berat badan; 5). Prapti - Kemampuan untuk bepergian ke mana saja dan mendapatkan apa pun; 6). Parakamya - Kekuatan keinginan yang tak tertahankan; 7). Vastiva - Penguasaan atas semua makhluk; dan 8). Isitva - Kemampuan untuk menjadi dewa seperti dengan kekuatan untuk menciptakan dan menghancurkan.

Hanuman sebagai salah satu Ciranjiwi (hidup sepanjang masa), lahir pada masa Treta Yuga (2 juta tahun yang lalu), kemudian bertemu dengan Bhima dan Arjuna serta Sri Krishna pada masa Dwaparayuga atau menjelang Kaliyuga, menjelang Bratha Yuda (5000 tahun silam). Pada masa Kali Yuga, abad 16 Tulsidas, menjelaskan pertemuannya dengan Sri Hanuman yang kemudian menulis Sri Hanuman Chalisa (40 Mantra Suci Hanuman). Tulsidas adalah reinkarnasi Bhagawan Walmiki. Sri Ramdas Swami bertemu Sri Hanuman pada abad 17, and Raghavendra Swami pada abad 17 pula.

Pada zaman modern ini NASA merekam gambar Hanuman di Himalaya, pada tahun 1998 serombongan photographer melakukan ekspedisi ke Himalaya menemukan dan memotret Hanmuman di sebuah gua. Semua anggota rombongan dikonfirmasi oleh sebuah otoritas untuk mengetahui kebenarannya.beberapa tahun terakhir yang nampak di Youtube Hanuman terbang dan bermanuver di atas Kota Sanghai dan  Balcuta. Kisah kisah mengenai kegaiban Hanuman di Bali juga banyak diceritakan.

Beberapa mantra suci Hanuman yang dapat dichantingkan oleh para bhakta (penyembah Tuhan), yaitu:
  1. "Om Hanumate Namah”
  2. “Hang Pawan Nandnaay Swaahaa”
  3. “Om Namo Bhagvate Aanjaneyaay Mahaabalaay Swaahaa”
  4. “Aum Aeem Bhreem Hanumate Shree Ram Dootaaya Namaha”
  5. “Om Tatpurushaay Vidmahe ,Mahadevay Dheemahi Tanno Rudrah Prachodayat ”
  6. “Om Yo Rudroangau Yoapsuy Oshadhishu Yo Rudro Vishvabhuvana-Vivesh Tasmai Rudray Namoastu”
  7. “Vayuputraa Kripa Sindho Pahimaam Karunaakaraa”
  8. “Raama Bhaktaa Raama Dhuutaa Raksha Raksha Maha Prabho”
  9. “Shatru Bhaya Vinaashamcha Sarva Mangala Prasaadinam”
  10. “Buddhirbhalam Mano dhairyam Nirbhayatvam Dehi Maam”
  11. “Om Aim Hreem Kleem Dinankampi Dharmatma Premabdhi Ramvallabha Adhaivam Marute Veer Me Bhshtdehi Satvaram Kleem Hreem Aim Om”
  12. “Hang Hanumate Rudraatmakaay Hung Phatt”
  13. “Om Hraung Jung Sah”
  14. “Om Aghorebhyoath Ghorebhyo Ghor Ghoratebhyah Sarvebhyah Sarv Sarvebhyo Namaste Astu Rudra Rupebhyah ”
  15. “Om Jung Sah Mang Paalay-Paalay”
  16. “Om Jung Sah Mang Paalay-Paalay Sah Jung Om”
  17. “Om Hruang Om Jung Sah Bhurbhuvah Swah Trayambakam Yajamahe Sugandhim Pustiwardham Urwarukmivbandhanaan Mrityormuksheey mamritat Bhurbhuvah Swaraung Jung Sah Hraung Om ”
Ramayana dipenuhi dengan kisah-kisah yang menggambarkan penguasaan Hanuman atas masing-masing siddha (kekuatan gaib). Tidak mengherankan, ia dihormati sebagai Mahasiddha (Maha=Hebat). Siapapun membaca kisah Ramayana akan dilindungi oleh Sri Hanuman. Siapapun membaca Ramayana akan dibebaskan dari segala dosanya (Kendari, 10.05.2020/6:35).

Unaaha, 12 Mei 2020
Post by Bindu Konawe (INS)

Selasa, 05 Mei 2020

“Wimana Pushpaka : Pesawat Terbang Masa Tretayuga” Oleh : I Ketut Puspa Adnyana

Gbr. Ilustrasi Perbandingan Wimana Pushpaka
dengan Pesawat Terbang Dewasa ini.


WIMANA PUSHPAKA : PESAWAT TERBANG MASA TRETAYUGA
Oleh : I Ketut Puspa Adnyana

Om Swastyastu,
Pada masa Tretayuga (2 juta tahun silam) pesawat terbang sudah dikenal, bahkan lebih hebat dari pesawat di zaman Kaliyuga ini.

Perang telah berakhir. Wibisana diangkat menjadi raja Alengka. Sri Hanuman telah mempersiapkan dan mengatur tempat duduk Sri Rama, Dewi Sita dan Pangeran Laksamana serta seluruh pejabat penting, termasuk Raja Wibisana bersama permaisurinya untuk bersiap menuju Ayodyapura. Sri Rama, Dewi Sita dan Pengeran Laksmana menempati kokpit. Kemudian tersebar di bebarapa tempat duduk mulai Kapiwara Sugriwa, Senapati Jambawan, Nala dan Nila, Pangeran Hangada, Sri Hanuman, Raja Wibisana dan permaisuri, Mayanda, Gawa serta Gawaksa.

Para penumpang sangat nyaman, tidak menyentak pada saat terbang dan mendarat. Pesawat tidak membutuhkan pilot tetapi dikendalikan oleh pikiran pemimpin penerbangan. Pesawat didekorasi sangat indah dan menenangkan. Kursi yang juga berfungsi sebagai tempat tidur, berbalut sutera dengan hiasan sapir. Berada dalam pesawat terasa sangat nyaman dan damai. Pesawat tidak terhalang oleh situasi panas atau situasi dingin. Tahan terhadap berbagai senjata. Pesawat dapat dikendarai di darat, laut dan udara. Kecepatannya melebihi kecepatan suara. Selain itu Wimana Pushpaka dapat digunakan untuk menuju planet planet lainnya. Wimana Pushpaka bukan saja memiliki kecepatan yang sangat tinggi, tetapi juga dapat diam beberapa saat di udara, dan juga terbang dalam kecepatan yang sangat rendah. Pesawat ini diranacang oleh Arsitek Mayasura pada masa Kerajaan Alengka diperintah oleh Raja Kubera (Dewa Kekayaan), saudara tiri Raja Rahwana. Kemudian pada saat Raja Rahwana memerintah Wimana Pushpaka dirampungkan dan uji terbang. (sumber: Life Story of Sri Hanuman Ji).
Om Santih, Santih, Santih Om. ( Kendari, 05/05/2020).

Unaaha, 05/05/2020
Post by Bindu Konawe

Senin, 04 Mei 2020

“Sisi lain Ramayana dan Mahabarata : Memenuhi Rasa Lapar”. Oleh : I Ketut Puspa Adnyana

Gbr. Ilustrasi
Makanan Satwika dengan cara mempersembahkan
terlebih dahulu Kepada Tuhan.
Sehingga menjadi sebuah Prasadam/Lungsuran

“SISI LAIN RAMAYANA DAN MAHABHARATA : MEMENUHI RASA LAPAR”
Oleh : I Ketut Puspa Adnyana

Om Swastyastu.
“Siapapun yang membaca Ramayana dibebaskan dari segala dosa”. Kalimat ini sangat terkenal. Bagi penekun spiritual dan mempelajari Veda, lengkap dengan Itihasa dan Purana, tidak sulit baginya untuk memahami makna kalimat tersebut. Bukankah setiap orang berharap bebas dari dosa, termasuk para durjana sekalipun ?.

Satu hal yang menarik dari Ramayana, disamping isinya Ajaran Veda, adalah mengenai LAPAR. Kata lapar ini bisa bermakna tandanya badan telah membutuhkan persiapan asupan yang sehat. Rasa lapar ini segera sirna bila seseorang makan. Lapar ini juga dapat dikaitkan dengan seseorang yang giat dan tidak pernah berhenti belajar, seperti orang lapar.

Apa yang dimakan harus menjadi prasadam (lungsuran) karena telah dipersembahkan kepada Tuhan. Dalam Bhagawad Gita (IV.14), ada 4 (empat) jenis makanan, yaitu: (1) makanan yang dipecah dengan gigi, (2) makanan yang diminum, (3) makanan yang hanya dirasa, melalui jilatan, dan (4) makanan yang dimakan dengan menghisap melalui bibir.

Lapar dalam Ramayana, dapat diartikan keinginan yang tidak tertahankan untuk terus mempelajari Ramayana, kisah awatara yang sungguh mempesona. Mempelajari Ramayana seseorang akan memahami dengan baik kehidupan dan hidup ini. Memahami cara hidup yang benar. Teladan dalam Ramayana yang patut diikuti adalah Bhakta Sri Rama Chandra, yaitu Sri Hanuman. Seorang bhakta yang seluruh hidupnya secara totol sebagai abdi yang setia dan patuh.

Pada sisi yang lain Ramayana terkait dengan kata lapar, sungguh sungguh makna lapar yang kita rasakan sehari hari. Untuk mengilankan lapar, seseorang harus makan. Pada awal sekali, kita disuguhkan Hanuman kecil yang minta makan. Beberapa dialog mengenai lapar dalam Ramayana sebagai berikut.
a. Untuk memenuhi rasa lapar Hanuman kecil mengira bahwa matahari terbit yang berwarna kuning adalah buah yang segar, sehingga Hanuman kecil terbang menuju matahari.
b. Ketika terbang di atas pantai Lautan India, Sampati melihat sekelompok Wanara dan berkata : ”Sudah sangat lama saya belum memenuhi rasa lapar”,
c.  Ketika menghadap Ibu Sita dan menyampaikan cincin Sri Rama, Hanuman berkata : “Ibu saya lapar. Saya ingin memenuhi rasa lapar saya dengan memakan buah mangga di taman ini atas seijin Ibu”.
d. Ketika Aswameda Yajna berakhir, seluruh prajurit kembali, Sri Hanuman menemui Ibu Sita, katanya : “Ibu saya lapar:.
e. Ketika rombongan Sri Rama Chandra kembali ke Ayodya menaiki Wamana Puspaka, mereka semua menemui Dewi Anjani ibunda Sri Hanuman. Hanuman yang lebih awal tiba, berkata pada ibunya: “Ibu saya lapar”.
f. Ketika Hanuman masuk Taman Argasoka, prajurit raksasa perempuan, berteriak mengusir Hanuman yang berwujud kera kecil: “Sudah lama aku lapar, siap menyantapmu”.

Mengenai makan, untuk menghilangkan rasa lapar, bukan saja di Ramayana dikisahkan tetapi juga pada kisah Mahabaratha. Pada upacara Aswameda Yajna, yang dilakukan Raja Yudistira, Dewi Drupadi bertanya kepada Sri Krishna, “Paduka mengapa belum adan suara dan gemelan surgawi serta sekar uya dilangit?”. Sri Krishna menjelaskan bahwa pasti ada seseorang diantara pemilik yajna (sang maduwe karye) yang tidak iklas, atau melakukan penghinaan. Lalu Dewi Drupadi menjelaskan bahwa dalam hati ia menghina seorang pandita ketika jamuan makan. Karena pandita itu, cara makannya berbeda yaitu mencampur seluruh lauk dan sayur, baru dimakannya, menjijikkan. Lalu Sri Krishna meminta Dewi Drupadi dan Panca Pandawa mohon maaf kepada Pandita itu, yang tiada lain adalah Bhagawan Walmiki, penulis Ramayana. Baru sampai di pagar pandapa Bhagawan, suara surgawi sudah terdengar.

Ajaran Weda menganjurkan agar setiap orang untuk memenuhi rasa lapar sebaiknya menyantap makanan satwika. Makanan satwika dapat diartikan sebagai makanan yang tidak diperoleh dengan cara membunuh, berati maknaan yang bukan bersal dari tubuh hewan dan bagiannya. Makanan satwika juga berarti makanan yang disantap telah dipersembahkan terlebih dahulu. Doa umum yang dipanjatkan sebelum makan diambil dari Bhagawad IV.24 dan IV.14, sebagai berikut.

Om Brahmaagnau Brahmanaahutham
Brahmaiva Thena Gantayam
Brahma Karma Samaadhinam

Aham Vaisyaanaro Bhootvaa
Praaninaan Deham Ashritaha
Praanapaana Samaayuktah
Pachaamy Annam Chaturvidam

Om Santi Santi Santi Om.

Kemaknaan apa yang dapat kita petik dari narasi mengenai LAPAR ini? Seluruh penyakit diawali dari cara makan seseorang. Makanan haruslah memebuhi dua aspek kesehatan fisik dan kesehatan batin. Makanan satwika memberikan jaminan pada tercapainya tujuan makan. Namun memenuhi rasa LAPAR juga harus mempertimbangkan kesertaan Tuhan. Kesertaan Tuhan dalam pemenuhan rasa lapar mengandung makna bahwa lewat persembahan makanan menjadi suci dan bermakna bagi tubuh. Mengenai makanan dan makan, dijelaskan dalam Manawa Dharma Sastra. Om Santih, Santih, Santih Om. (I Ketut Puspa Adnyana, Kendari, 03.05.2020/10:06).

Unaaha, 05/05/2020
Post By Bindu Konawe (INS)

Sabtu, 02 Mei 2020

VIBRASI PIKIRAN, KERUSAKAN OZON DAN BENCANA ALAM SATU KESATUAN SISTEM KESADARAN KOSMOS : Perspektif Teo-Kosmologis Post Metafisika. Oleh : I Ketut Donder

Gbr. Ilustrasi 
Vibrasi Alam Semesta dan Vibrasi Pikiran Manusia

VIBRASI PIKIRAN, KERUSAKAN OZON DAN 
BENCANA ALAM SATU KESATUAN SISTEM KESADARAN KOSMOS:
Perspektif Teo-Kosmologis Post Metafisika
Oleh:
I Ketut Donder
Program Pascasarjana Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
IHDN Denpasar; E-mail: donderjyothi@gmail.com

ABSTRACT

The Vedas have various concepts and theories about the creation of the universe. Vedic concepts are accepted by revelation, while Vedanta theories are created through contemplative research on macrocosms and microcosms. Creation theories in Vedanta, are: Manah theory or the theory of Virat, this theory states that the universe created from the mind of God. The second is the theory of Sabda, this theory states that the universe is created from the Voice of God, this theory is similar to the Big Bang theory. Other theory is the theory of Apah, this theory states that the universe came from water, and there are also many other theories. These theories seem to be compatible with modern scientific theories. This shows that the Vedic teachings have been an inspiration for scientists.
The Manah theory, sabda theory, Apah theory, and other theories are embedded by Hiranyagarbha theory. This theory states that the human mind, the mind of the cosmos, and the human mind, historically-theo-cosmologically, have a very close relationship. Hiranyagarbha theory that became the foundation of Hindu Cosmology describes that before the universe was created, there was an element of astaprakriti, the eight subtle elements without size (tan matra). The eight supernatural elements are buddhi (intellect), manas (mind), ahamkara (ego), akhasa (ether), vayu (air), teja (fire), apah (water), and pritivi (land), all within the warehouse. The universe is called Hiranyagarbha.
Based on the Hiranyagarbha theory, the creation of the macrocosm begins with the consciousness of God, then moves the mind of God (Manas) connected to the manas that is on Hiranyagarbha. After the macrocosm, humans were created, then the mind of God, the mind of the cosmos, and the human mind have connectivity with each other. Therefore, do not ever think negative about anything.
Key Word: vibration, mind, ozone, disasters, system, consciousness, cosmos, metaphysics


ABSTRAK

Veda memiliki berbagai konsep dan teori tentang penciptaan alam semesta. Konsep-konsep Veda diterima berdasarkan wahyu, sedangkan teori-teori Vedanta diciptakan melalui riset kontemplatik terhadap makrokosmos dan mikrokosmos. Teori-teori penciptaan dalam Vedanta, antara lain: teori Manah atau teori Virat,yaitu teori yang menyatakan bahwa alam semesta tercipta dari Pikiran Tuhan. Kedua adalah teori Sabda, yaitu teori yang menyatakan bahwa bahwa alam semesta tercipta dari Suara Tuhan, teori ini mirip dengan teori Big Bang. Teori lainnya, teori Apah, yaitu teori yang menyatakan bahwa alam semesta berasal dari air, dan masih ada teori-teori lainnya. Teori-teori tersebut tampak memiliki kesesuaian dengan teori-teori sain modern. Hal ini menunjukkan bahwa ajaran Veda telah menjadi inspirasi bagi para ilmuwan.
Teori Manah, teori Sabda, dan teori Apah, dan teori lainnya dipayungi oleh teori Hiranyagarbha. Teori ini menyatakan bahwa pikiran manusia, pikiran kosmos, dan pikiran manusia secara historis-teo-kosmologis memiliki hubungan sangat erat. Teori Hiranyagarbha yang menjadi pondasi Kosmologi Hindu yang menguraikan bahwa sebelum alam semesta ini diciptakan, ia berada sebagai unsur astaprakriti, yaitu delapan unsur mahahalus tanpa ukuran (tanmatra). Delapan unsur mahahalus itu adalah budhi (intelek) manas(pikiran), ahamkara (ego), akhasa (ether), vayu (udara), teja (api), apah (air), dan pritivi (tanah), semuanya berada di dalam Gudang Semesta yang disebut Hiranyagarbha.

Berdasarkan teori Hiranyagarbha, penciptaan makrokosmos diawali oleh kesadaran Tuhan, kemudian menggerakkan pikiran Tuhan (Manas) yang terhubung dengan manas yang ada pada Hiranyagarbha. Setelah makrokosmos, manusia tercipta, maka pikiran Tuhan, pikiran kosmos, dan pikiran manusia memiliki koneksitas antara satu dengan lainnya. Karena itu jangan jangan pernah berpikir negatif kepada apapun.
KataKunci: vibrasi, pikiran, ozon, bencana, system, kesadaran, kosmos, metafisika



I.          PENDAHULUAN

I.1   Veda Pengetahuan Mahaluas Menginspirasi Para Ilmuwan

Veda adalah pengetahuan mahaluas, karena itu Veda menjadi inspirasi para ilmuwan Timur dan Barat untuk menciptakan berbagai macam teori baik teori-teori sain maupun teori-teori sosial dan atau teori-teori humaniora. Terkait dengan teori penciptaan jagadraya atau alam semesta, Veda memiliki berbagai konsep dan teori tentang penciptaan alam semesta tersebut. Konsep-konsepnya diambil dari Veda sebagai wahyu yang diterima secara kontempalik, sedangkan teori-teori penciptaan dalam Vedanta diciptakan melalui riset para jnanin, yogi, maharsi dengan metode komparatif kontemplatik terhadap makrokosmos dan mikrokosmos sebagai objek riset. Ada beberapa teori penciptaan dalam Vedanta yang dapat diuraikan pada artikel yang halamannya dibatasi, di antaranya: teori Manahatau teori Virat, yaitu teori yang menyatakan bahwa alam semesta beserta seluruh isinya tercipta dari Pikiran Tuhan (Manas). Teori kedua, adalah teori Sabda, yaitu teori yang menyatakan bahwa alam semesta tercipta dari Suara Tuhan (SabdaOm), teori ini mirip dengan teori Big Bang atau teori Ledakan Maha Dahsyat. Teori lainnya, adalah teori Apah, yaitu teori yang menyatakan bahwa alam semesta berasal dari Air Semesta (Apah) yang berada di dalam Hiranyagarbha, suatu Gudang Semesta Yang Mahabesar yang ada di dalam diri Tuhan Yang Mahaluas; Hiranyagarbha ini jugakerap dianalogikakan sebagai Kandungan Tuhan. Masih ada teori-teori lainyang tidak mungkin dapat diuraikan dalam tulisan ini yang dibatasi oleh jumlah halaman. Teori-teori tersebut tampak memiliki kesesuaian dengan teori-teori sain modern yang diciptakan oleh para saintis Barat. Hal tersebut menunjukkan bahwa ajaran Veda telah memberi inspirasi bagi para ilmuwan sehingga mereka ingin membuktikan kebenaran-kebenaran Veda.Para pakar Veda baik Barat ataupun Timur menyatakan bahwa semakin saintifik para saintis atau ilmuwan, maka pemikiran dan hasil-hasil risetnya akan semakin mendekati teori-teori Vedanta. Seorang kosmolog dan astronom yang sangat terkenal di dunia, yaitu Carl Sagan sebagaimana dikutip Donder (2007:10-12) dalam Kosmologi Hindu, menyatakan:

Profesor Carl Sagan, Professor of Astronomy and Space Sciences dari David Duncan dan Director Laboratory for Planetary Studies di Cornell University, mengatakan bahwa; “Agama Hindu adalah satu-satunya agama besar dunia yang membaktikan dirinya pada gagasan bahwa kosmos sendiri mengalami sejumlah besar peristiwa kelahiran dan kemati-an, tak terhitung jumlahnya. Ini merupakan satu-satunya agama di mana skala waktu di dalamnya sesuai dengan skala waktu kosmologi modern, dan itu tentunya tidak disengaja. Siklusnya bergerak dari sehari semalam seperti yang dialami sehari-hari sampai sehari semalam Brahma, yang panjangnya 8,64 miliar tahun, lebih panjang dari umur bumi atau matahari dan kira-kira setengah dari waktu sejak Dentuman Besar. Selain itu masih ada skala waktu yang lebih panjang lagi. Ada suatu dugaan mendalam dan menarik yang mengatakan bahwa alam semesta hanyalah impian dewa yang telah seratus tahun Brahma larut ke dalam tidur tanpa mimpi. Alam semesta larut dengan diri-Nya sampai setelah satu abad Brahma berikutnya ia bergerak, dan memulai lagi impian kosmik agung-Nya. Sementara itu, di tempat lain ada banyak alam semesta lain yang jumlahnya tak terhingga, masing-masing dengan dewa yang memimpikan impian kosmik agung-Nya. Gagasan-gagasan besar itu disaingi dengan gagasan-gagasan lain, mungkin lebih besar lagi. Dikatakan bahwa mungkin manusia bukan impian para dewa, tetapi dewalah impian umat manusia.

Ada banyak dewa di India, dan masing-masing dewa memiliki penjelmaan sendiri. Patung-patung perunggu Chola, yang dibuat sejak abad kesebelas, menampilkan beberapa macam penjelmaan dewa Shiwa. Dari semua ini, yang paling indah dan agung adalah gambaran penciptaan alam semesta yang berlangsung di setiap awal siklus kosmik, suatu tema yang dikenal dengan nama tarian kosmik Shiwa. Dewa ini yang dikenal dalam penjelmaan-Nya sebagai Nataraja atau Raja Penari yang memiliki empat buah lengan. Lengan atas kanan memegang tambur yang suaranya adalah suara penciptaan. Lengan atas kiri memegang lidah api, suatu peringatan bahwa alam semesta yang baru diciptakan ini, milyaran tahun lagi akan dihancurkan. Dalam lagenda-lagenda ini terdapat benih-benih gagasan astronomi modern. --- jika materi yang ada lebih banyak dari yang kita lihat, tersembunyi di dalam lubang hitam atau di dalam gas panas tetapi tak kelihatan di antara galaksi-galaksi, maka alam semesta akan menghentikan sendiri pengembangannya dan mengikuti siklus berulang-ulang seperti yang berlangsung dalam kepercayaan di India. Terjadilah pengembangan diikuti dengan pengkerut-an alam semesta demi alam semesta, suatu kosmos tanpa akhir. Jika kita hidup di dalam kosmos yang seperti ini, maka Dentuman Besar bukan penciptaan kosmos, tetapi hanyalah akhir dari siklus sebelumnya, penghancuran pen-jelmaan terakhir kosmos. Alam semesta berosilasi, kosmos tidak memiliki awal atau akhir (bhs Hindu menyatakan sebagai anadi ananta, pen.) kita berada di tengah-tengah siklus kematian dan kelahiran kembali berlangsung terus-menerus (Sagan, 1997: 337-339).

Berdasarkan uraian Carl Sagan, seorang kosmolog merangkap sebagai astronom Barat yang sangat terkenal di dunia, sebagaimana uraian di atas, maka hal itu membuktikan bahwa di dalam Veda tersedia berbagai ilmu pengetahuan yang belum banyak diungkap oleh para ilmuwan. Ketidakmampuan intelektual Hindu (khususnya para intelektual Hindu Indonesia) disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor pertama, para intelektual Hindu Indonesia terlalu tergantung dan mengikuti sepenuhnya definisi agama menurut definisi yang ditetapkan oleh para teolog Agama Smitis dan filosuf Barat. Para teolog dan filsuf Barat mendefinisikan bahwa ajaran atau pernyataan agama yang telah diyakini tidak boleh salah. Oleh karena itu agama tidak boleh salah, sedangkan kebenaran sain itu dapat tumbang. Untuk menjaga agar kebenaran agama tidak tumbang, maka para teolog menciptakan dua ilmu yang dapat membela keyakinan agama, kedua ilmu itu adalah domatika dan apologetika.

Para penganut paham definisi ini, maka ajaran selalu benar dan tidak boleh salah atau disalahkan oleh siapa saja.  

Hal ini mirip dengan aprorisme Brahma Sutra I.1.3 yang menyatakan sastrayonittvatartinya “pustaka suci adalah alat paling benar untuk sarana memahami Tuhan”. Sutra ini dapat disebut sebagai sumber ilmu pengetahuan tentang Tuhan yang disebut “teologi”. 

Tipologi pengetahuan ini tidak membenarkan menggunakan pikiran kritis atau pikiran radikal yang bersifat spekulasi filosofi. Bertolak belakang dengan tipologi teologi Brahma Sutra, Maharsi Vasistha sebagaimana dikutif oleh Prof. Radhakrishnan (2010:133) dalam bukunya sangat terkenal di seluruh dunia berjudul The Principlak Upanisads menyatakan: