BENCANA ALAM SATU KESATUAN SISTEM KESADARAN KOSMOS:
Perspektif Teo-Kosmologis Post Metafisika
Oleh:
I Ketut Donder
Program Pascasarjana Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
IHDN Denpasar; E-mail: donderjyothi@gmail.com
The Vedas have various concepts and theories about the creation of the universe. Vedic concepts are accepted by revelation, while Vedanta theories are created through contemplative research on macrocosms and microcosms. Creation theories in Vedanta, are: Manah theory or the theory of Virat, this theory states that the universe created from the mind of God. The second is the theory of Sabda, this theory states that the universe is created from the Voice of God, this theory is similar to the Big Bang theory. Other theory is the theory of Apah, this theory states that the universe came from water, and there are also many other theories. These theories seem to be compatible with modern scientific theories. This shows that the Vedic teachings have been an inspiration for scientists.
The Manah theory, sabda theory, Apah theory, and other theories are embedded by Hiranyagarbha theory. This theory states that the human mind, the mind of the cosmos, and the human mind, historically-theo-cosmologically, have a very close relationship. Hiranyagarbha theory that became the foundation of Hindu Cosmology describes that before the universe was created, there was an element of astaprakriti, the eight subtle elements without size (tan matra). The eight supernatural elements are buddhi (intellect), manas (mind), ahamkara (ego), akhasa (ether), vayu (air), teja (fire), apah (water), and pritivi (land), all within the warehouse. The universe is called Hiranyagarbha.
Based on the Hiranyagarbha theory, the creation of the macrocosm begins with the consciousness of God, then moves the mind of God (Manas) connected to the manas that is on Hiranyagarbha. After the macrocosm, humans were created, then the mind of God, the mind of the cosmos, and the human mind have connectivity with each other. Therefore, do not ever think negative about anything.
Key Word: vibration, mind, ozone, disasters, system, consciousness, cosmos, metaphysicsBased on the Hiranyagarbha theory, the creation of the macrocosm begins with the consciousness of God, then moves the mind of God (Manas) connected to the manas that is on Hiranyagarbha. After the macrocosm, humans were created, then the mind of God, the mind of the cosmos, and the human mind have connectivity with each other. Therefore, do not ever think negative about anything.
ABSTRAK
Veda memiliki berbagai konsep dan teori tentang penciptaan alam semesta.
Konsep-konsep Veda diterima berdasarkan wahyu, sedangkan
teori-teori Vedanta diciptakan
melalui riset kontemplatik terhadap makrokosmos dan mikrokosmos. Teori-teori
penciptaan dalam Vedanta, antara
lain: teori Manah atau teori Virat,yaitu teori yang menyatakan bahwa
alam semesta tercipta dari Pikiran Tuhan. Kedua adalah teori Sabda, yaitu teori yang menyatakan bahwa
bahwa alam semesta tercipta dari Suara Tuhan, teori ini mirip dengan teori Big Bang. Teori lainnya, teori Apah, yaitu teori yang menyatakan bahwa
alam semesta berasal dari air, dan masih ada teori-teori lainnya. Teori-teori
tersebut tampak memiliki kesesuaian dengan teori-teori sain modern. Hal ini
menunjukkan bahwa ajaran Veda telah
menjadi inspirasi bagi para ilmuwan.
Teori Manah, teori Sabda, dan
teori Apah, dan teori lainnya
dipayungi oleh teori Hiranyagarbha.
Teori ini menyatakan bahwa pikiran manusia, pikiran kosmos, dan pikiran manusia
secara historis-teo-kosmologis memiliki
hubungan sangat erat. Teori Hiranyagarbha
yang menjadi pondasi Kosmologi Hindu yang
menguraikan bahwa sebelum alam semesta ini diciptakan, ia berada sebagai unsur astaprakriti, yaitu delapan unsur
mahahalus tanpa ukuran (tanmatra).
Delapan unsur mahahalus itu adalah budhi
(intelek) manas(pikiran), ahamkara (ego), akhasa (ether), vayu
(udara), teja (api), apah (air), dan pritivi (tanah), semuanya berada di dalam Gudang Semesta yang
disebut Hiranyagarbha.
Berdasarkan teori Hiranyagarbha,
penciptaan makrokosmos diawali oleh kesadaran Tuhan, kemudian menggerakkan
pikiran Tuhan (Manas) yang terhubung
dengan manas yang ada pada Hiranyagarbha. Setelah makrokosmos,
manusia tercipta, maka pikiran Tuhan, pikiran kosmos, dan pikiran manusia
memiliki koneksitas antara satu dengan lainnya. Karena itu jangan jangan pernah
berpikir negatif kepada apapun.
KataKunci: vibrasi, pikiran, ozon, bencana,
system, kesadaran, kosmos, metafisika
I.
PENDAHULUAN
I.1 Veda
Pengetahuan Mahaluas Menginspirasi Para Ilmuwan
Veda adalah pengetahuan mahaluas, karena
itu Veda menjadi inspirasi para
ilmuwan Timur dan Barat untuk menciptakan berbagai macam teori baik teori-teori
sain maupun teori-teori sosial dan atau teori-teori humaniora. Terkait dengan
teori penciptaan jagadraya atau alam
semesta, Veda memiliki berbagai
konsep dan teori tentang penciptaan
alam semesta tersebut. Konsep-konsepnya diambil dari Veda sebagai wahyu yang diterima secara kontempalik, sedangkan
teori-teori penciptaan dalam Vedanta
diciptakan melalui riset para jnanin,
yogi, maharsi dengan metode komparatif kontemplatik terhadap makrokosmos
dan mikrokosmos sebagai objek riset. Ada beberapa teori penciptaan dalam Vedanta yang dapat diuraikan pada
artikel yang halamannya dibatasi, di antaranya: teori Manahatau teori Virat,
yaitu teori yang menyatakan bahwa alam semesta beserta seluruh isinya tercipta
dari Pikiran Tuhan (Manas). Teori
kedua, adalah teori Sabda, yaitu
teori yang menyatakan bahwa alam semesta tercipta dari Suara Tuhan (SabdaOm), teori ini mirip dengan teori Big Bang atau teori Ledakan Maha Dahsyat.
Teori lainnya, adalah teori Apah, yaitu teori yang menyatakan bahwa alam
semesta berasal dari Air Semesta (Apah)
yang berada di dalam Hiranyagarbha, suatu Gudang Semesta Yang Mahabesar yang ada di dalam diri Tuhan Yang Mahaluas; Hiranyagarbha
ini jugakerap dianalogikakan sebagai Kandungan Tuhan. Masih ada teori-teori
lainyang tidak mungkin dapat diuraikan dalam tulisan ini yang dibatasi oleh
jumlah halaman. Teori-teori tersebut tampak memiliki kesesuaian dengan
teori-teori sain modern yang diciptakan oleh para saintis Barat. Hal tersebut
menunjukkan bahwa ajaran Veda telah
memberi inspirasi bagi para ilmuwan sehingga mereka ingin membuktikan
kebenaran-kebenaran Veda.Para pakar Veda baik Barat ataupun Timur menyatakan bahwa semakin saintifik para
saintis atau ilmuwan, maka pemikiran dan hasil-hasil risetnya akan semakin
mendekati teori-teori Vedanta.
Seorang kosmolog dan astronom yang sangat terkenal di dunia, yaitu Carl Sagan
sebagaimana dikutip Donder (2007:10-12) dalam Kosmologi Hindu, menyatakan:
Profesor Carl Sagan, Professor of Astronomy and
Space Sciences dari David Duncan dan
Director Laboratory for Planetary Studies di Cornell University, mengatakan
bahwa; “Agama Hindu adalah
satu-satunya agama besar dunia yang membaktikan dirinya pada gagasan bahwa
kosmos sendiri mengalami sejumlah besar peristiwa kelahiran dan kemati-an, tak
terhitung jumlahnya. Ini merupakan satu-satunya agama di mana skala waktu di dalamnya sesuai
dengan skala waktu kosmologi modern, dan itu tentunya tidak disengaja.
Siklusnya bergerak dari sehari semalam seperti yang dialami sehari-hari sampai
sehari semalam Brahma, yang
panjangnya 8,64 miliar tahun, lebih panjang dari umur bumi atau matahari dan
kira-kira setengah dari waktu sejak Dentuman Besar. Selain itu masih ada skala
waktu yang lebih panjang lagi. Ada suatu dugaan mendalam dan menarik yang
mengatakan bahwa alam semesta hanyalah impian dewa yang telah seratus tahun Brahma larut ke dalam tidur tanpa mimpi.
Alam semesta larut dengan diri-Nya sampai setelah satu abad Brahma berikutnya ia bergerak, dan
memulai lagi impian kosmik agung-Nya. Sementara itu, di tempat lain ada banyak
alam semesta lain yang jumlahnya tak terhingga, masing-masing dengan dewa yang
memimpikan impian kosmik agung-Nya. Gagasan-gagasan besar itu disaingi dengan
gagasan-gagasan lain, mungkin lebih besar lagi. Dikatakan bahwa mungkin manusia
bukan impian para dewa, tetapi dewalah impian umat manusia.
Ada banyak dewa di India, dan masing-masing dewa
memiliki penjelmaan sendiri. Patung-patung perunggu Chola, yang dibuat sejak abad kesebelas, menampilkan beberapa macam
penjelmaan dewa Shiwa. Dari semua
ini, yang paling indah dan agung adalah gambaran penciptaan alam semesta yang
berlangsung di setiap awal siklus kosmik, suatu tema yang dikenal dengan nama
tarian kosmik Shiwa. Dewa ini yang
dikenal dalam penjelmaan-Nya sebagai Nataraja
atau Raja Penari yang memiliki empat buah lengan. Lengan atas kanan memegang
tambur yang suaranya adalah suara penciptaan. Lengan atas kiri memegang lidah
api, suatu peringatan bahwa alam semesta yang baru diciptakan ini, milyaran
tahun lagi akan dihancurkan. Dalam lagenda-lagenda ini terdapat benih-benih
gagasan astronomi modern. --- jika materi yang ada lebih banyak dari yang kita
lihat, tersembunyi di dalam lubang hitam atau di dalam gas panas tetapi tak kelihatan
di antara galaksi-galaksi, maka alam semesta akan menghentikan sendiri
pengembangannya dan mengikuti siklus berulang-ulang seperti yang berlangsung
dalam kepercayaan di India. Terjadilah pengembangan diikuti dengan pengkerut-an
alam semesta demi alam semesta, suatu kosmos tanpa akhir. Jika kita hidup di
dalam kosmos yang seperti ini, maka Dentuman Besar bukan penciptaan kosmos,
tetapi hanyalah akhir dari siklus sebelumnya, penghancuran pen-jelmaan terakhir
kosmos. Alam semesta berosilasi, kosmos tidak memiliki awal atau akhir (bhs
Hindu menyatakan sebagai anadi ananta,
pen.) kita berada di tengah-tengah siklus kematian dan kelahiran kembali berlangsung
terus-menerus (Sagan, 1997: 337-339).
Berdasarkan uraian Carl Sagan, seorang kosmolog
merangkap sebagai astronom Barat yang sangat terkenal di dunia, sebagaimana
uraian di atas, maka hal itu membuktikan bahwa di dalam Veda tersedia berbagai ilmu pengetahuan yang belum banyak diungkap
oleh para ilmuwan. Ketidakmampuan intelektual Hindu (khususnya para intelektual
Hindu Indonesia) disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor pertama, para intelektual Hindu Indonesia terlalu tergantung dan
mengikuti sepenuhnya definisi agama menurut definisi yang ditetapkan oleh para teolog Agama
Smitis dan filosuf Barat. Para teolog dan filsuf Barat mendefinisikan bahwa ajaran atau pernyataan agama yang telah diyakini tidak boleh salah. Oleh
karena itu agama tidak boleh salah, sedangkan kebenaran sain itu dapat tumbang.
Untuk menjaga agar kebenaran agama tidak tumbang, maka para teolog menciptakan
dua ilmu yang dapat membela keyakinan agama, kedua ilmu itu adalah domatika dan
apologetika.
Para penganut paham definisi ini,
maka ajaran selalu benar dan tidak boleh salah atau disalahkan oleh siapa saja.
Hal
ini mirip dengan aprorisme Brahma Sutra I.1.3
yang menyatakan sastrayonittvatartinya
“pustaka suci adalah alat paling benar
untuk sarana memahami Tuhan”. Sutra ini dapat disebut sebagai sumber ilmu
pengetahuan tentang Tuhan yang disebut “teologi”.
Tipologi pengetahuan ini tidak membenarkan menggunakan pikiran kritis atau pikiran radikal yang bersifat
spekulasi filosofi. Bertolak belakang dengan tipologi teologi Brahma Sutra, Maharsi Vasistha sebagaimana dikutif oleh Prof. Radhakrishnan
(2010:133) dalam bukunya sangat terkenal di seluruh dunia berjudul The Principlak Upanisads menyatakan:
Yukti-yuktam
upādeyam vacanaṁ balakād api anyat tṛṇam iva tvājyam apy uktam padma janmanā
‘The word
even of child, if it is reasonable, should be accepted.
All else
should be rejected even if it be said by the Creator ‘
(Walaupun kata-kata itu berasal dari mulut seorang
bocah kecil, jika kata-katanya itu masuk akal, harus diterima, semua yang
lainnya harus ditolak walaupun hal itu dinyatakan oleh Sang Pencipta).
Faktor kedua,
para intelektual Hindu Indonesia dan ilmuwan Timur pada umumnya seperti
dinyatakan oleh Penerbit Jala Sutra dalam Kata Pengatar buku karya Yasraf Amir
Piliang yang berjudul Hiper Semiotika,
menyatakan bahwa para ilmuwan Timur hanya sebagai pemahmah consumer teori-teori
Barat dan tidak ada yang memproduksi teori. Kata pengantar ini mengandung
maksud bahwa para ilmuwan Timur tidak memiliki nyali atau keberanian untuk
berpapasan atau bertentangan dengan pendapat para pakar Barat. Ketidak-beranian
ini muncul di dalam pikiran para intelektual Hindu disebabkan kurangnya mereka
mendalami cara membangun ilmu melalui frameepistemology
(bingkai tata kerja ilmu yang berkenaan denga nasal-usul, sifat, dan
batas-batas pengetahuan.
Inilah dua faktor utama sebagai sumber
ketidakberanian para intelektual Hindu untuk membangun atau menggali serta
menggunakan teori-teori Hindu. Selain itu, faktor lainnya adalah bahwa para
intelektual Hindu Indonesia atau ilmuwan Timur sangat jarang membaca membaca buku-buku karya para pakar sain India. Akibatnya, ilmu-ilmu Hindu
seakan-akan tidak memberi kontribusi kepada dunia ilmu pengetahuan. Padahal
menurut Datta dan Singh (2004) dalam bukunya berjudul History of Mathematics menyatakan bahwa Hindu (India) memiliki
andil besar dalam membangun ilmu matematika. Matematika Veda diangkut oleh para penjajah India, yaitu Yunai, Arab,
bangsa-bangsa lainnya serta yang terakhir adalah Inggris. Baik pada penjajahan
Yunani, Arab, dan Inggris berbagai ilmu pengetahuan Hindu dibawa ke negeri
penjajah. Bahkan pada era pemerintahan Inggris, sejarah Agama Hindu dimutilasi
dengan tujuan untuk mengkonversi umat Hindu di India (Saraswati, 2007, The True History and The Religion of India; Donder, 2014 Kebenaran Sejarah Agama Hindu). Belajar dari catatan tersebut, maka para intelektual Hindu sudah pantas mandiri
seperti istilah Bung Karno untuk membangun ilmu-ilmu Hindu.
I.2 Teori Vedanta tentang Penciptaan
Sesungguhnya sangat banyak teori-teori Hindu yang
sangat popular digunakan di India dan juga di Barat. Namun karena para
intelektual Hindu sangat jarang atau hamper tidak ada yang membaca teori-teori
tersebut, maka para intelektual akademis Hindu atau para akademisi Hindu di
Indonesia menganggap tidak ada teori dalam Hindu. Teori Manah, teori Sabda, dan
teori Apah, dan teori lainnya
dipayungi oleh teori Hiranyagarbha.
Teori ini menyatakan bahwa pikiran
manusia, pikiran kosmos, dan pikiran manusia secara historis-teo-kosmologismemiliki hubungan sangat erat. Teori Hiranyagarbha yang menjadi pondasi
Kosmologi Hindu yang menguraikan bahwa sebelum alam semesta ini diciptakan, ia
berada sebagai unsur astaprakriti,
yaitu delapan unsur mahahalus tanpa ukuran (tanmatra).
Delapan unsur mahahalus itu adalah budhi (intelek) manas(pikiran), ahamkara (ego), akhasa (ether), vayu (udara), teja (api), apah (air), dan pritivi
(tanah), semuanya berada di dalam Gudang Semesta yang disebut Hiranyagarbha.
Berdasarkan teori Hiranyagarbha, pencip-taan makrokosmos diawali oleh kesadaran
Tuhan, kemudian menggerakkan pikiran Tuhan (Manas)
yang terhubung dengan manas yang ada
pada Hiranyagarbha. Setelah
makrokosmos, manusia tercipta, maka
pikiran Tuhan, pikiran kosmos, dan pikiran manusia memiliki koneksitas antara
satu dengan lainnya. Karena itu jangan jangan pernah berpikir negatif kepada
apapun.
Oleh sebab itu, aporisme Vedanta menyatakan sarva
bhutam namaskaram keshavam pratigachchati; sarva bhuta tiraskaram keshavam
pratigachchati artinya ‘apapun yang kita hormati, maka penghormatan itu akan sampai kepada Tuhan’; sebaliknya ‘apapun
yang kita hina, maka penghinaan itu akan sampai kepada Tuhan. Oleh sebab itu,
seyogyanya manusia tidak memancarkan gelombang pikiran negatif ke angkasa,
karena pikiran negatif akan menjadi ozon spiritual negatif yang turut merusak
lapisan ozon pada atmosfir bumi sebagai pelindung kehidupan di bumi ini.
II. PEMBAHASAN
II.1 Teori Penciptaan Jagadraya sebagai
Sebuah Sistem Semesta
Seperti telah diuraikan di atas, bahwa sesungguhnya
ada beberapa teori Vedanta yang
membahas tentang penciptaan jadagraya. Pada artikel ini secara khusus membahas
tentang teori Mahat atau teori Pikiran Semesta yang telah digunakan
untuk mengkostruk Viratvidyāsebagaimana diuraikan dalam Kosmologi
Hindu karya Donder (2007). Teori
Mahat atau teori Pikiran Semesta, piiran menjadi salah satu unsur astaprakriti
dan merupakan asas ketiga dalam astaprakriti
tersebut yang mendorong Ego (Kehendak Kuat) Tuhan untuk menciptakan seluruh
partikel semesta dalam Hiranyagarbha.
Karena itu, pikiran manusia secara historis-teo-kosmologiVedadinyatakan memiliki hubungan yang sangat erat dengan Mahat atau Pikiran Semesta (Pikiran
Tuhan). Sebab, secara historis kronologis bahwa pikiran manusia diresapi oleh
Pikiran Tuhan atau Pikiran Semesta (Mahat)
yang di Barat disebut Cosmic
Consciousness. Timur maupun Barat mengakui bahwa ada Mahakesadaran yang menjaga setiap atom alam semesta, termasuk atom-atom sel otak manusia. Oleh karena itu kesadaran
yang mengendalikan pikiran makrokosmos (cosmic
mind) dan mikrokosmos (human mind)
adalah sama yaitu God Consciousness (Kesadaran
Tuhan), karena itu dalam teori
penciptaan Veda, dinyatakan bahwa
manusia (mikrokosmos) merupakan satu sistem rangkaian penciptaan makrokosmos.
Kosmologi Hindu menguraikan bahwa sebelum alam semesta ini ada, ia berada
sebagai unsur astaprakriti, yaitu
delapan unsur mahahalus tanpa ukuran (tanmatra)
yang berada di dalam Hiranyagarbha.
Delapan unsur mahahalus itu adalah budhi
(intelek) manas(pikiran), ahamkara (ego), akhasa (ether), vayu (udara), teja (api), apah (air), dan pritivi (tanah),
semuanya berada dalam Gudang Semesta yang disebut Hiranyagarbha itu. Penciptaan alam semesta digerakan oleh pikiran
Tuhan (Mahat) yang berhubungan dengan
manas yang berada di dalam Hiranyagarbha.
Setelah makrokosmos tercipta, maka Tuhan
menciptakan manusia dengan unsur yang sama dengan makrokosmos, sebagai manusia
adalah miniature makrokosmosmos, sehingga manusia juga disebut mikrokosmos.
Sehingga, di alam semesta ini menurut Veda ada tiga pikiran yang bersinergi,
yaitu pikiran Tuhan, pikiran makrokosmos, dan pikiran manusia sebagai
mikrokosmos. Tiga serangkai pikiran itu merupakan saling berhubungan, sehingga
pikiran manusia memiliki efek kosmis, karena pikiran manusia terhubungan dengan
pikiran Tuhan dan sekaligus juga terhubungan dengan pikiran makrokosmos. Karena
itu, di Barat dikenal istilah corgitoergosum
‘saya berpikir maka saya ada’, dalam
Hindu dikenal istilah yad bhavam tad bhavati ‘apa yang diinginkan
(dipikirkan), itulah jadinya’.
Uraian di atas menegaskan bahwa pikiran manusia
memiliki pengaruh terhadap system kosmos, mengetahui hal itu maka seseorang
mestinya tidak memvibrasikan pikiran negative terhadap apa saja. Sebab seluruh
keberadaan di dunia ini merupakan satu jaringan sistem semesta yang saling
mempengaruhi. Segala fenomena alam, bencana alam di dunia ini sebagai refleksi atas pikiran dan perbuata manusia sebagai sub-sistem kosmos.
II.2 Fisika-Metafisika, Sakala-Niskala, Kesadaran Kosmos dan Fisika Spiritual
Terkait dengan pembahasan sub-bagian
fisika-metafisika, sakala-niskala, kosmos dan kesadaran kosmos,
dipandang sangat penting mengambil bagian-bagian penting dari buku karya
Sirsikar (1996) berjudul Cosmic Laws As seen by (Physics – Metaphysisc).
Karena sangat esensialnya buku ini
untuk menambah pengetahuan umat manusia, sehinggaS. Vasant dari Paris juga
memberikan catatan atau komentar penting terhadap buku ini. Vasant menguraikan:
“Cosmic Laws insist that modern physicists will have to transcend the physical
dimension to understand the behavior of an Atom, to measure the mental energy
which is lighter and faster than Einstein’s light and time. Cosmic Laws throw
light on metaphysical laws in refrence to modern laws of physic, and other
cosmological science”.
Poin-poin penting tulisan Sirsikar (1996) terkait
dengan artikel ini tidak diterjemahkan untuk menghindari para pengutip
berikutnya hanya menggunakan terjemahannya saja. Hal-hal penting tentang uraian
Sirsikar (1996) yang dibutuhkan terkait dengan adalah sbb:
Our uviverse with million thousand galaxies and
billion thousand stars and trillion thousand planets us but a finite universe.
All that is finite has a beginning and end. Mega universe of which our oniverse
is by a part is beginningless endless. Many universes are being born and many
are dying, many are in their infancy, many are young…. Smooth, continuous
replacement is
going on. As such this mega universe game can be called eternal.When
metaphysics approves of the big bang then we owe and answer to Russians. That
answer is, our universe is like a unit of planet in the mega universe system
galaxies which are not moving directly from each other and their having side
way velocity may be under extra-universal gravitational forces. Thus, this
argument need not cancel big bang at the time of our universe.
Scripture, esoteric record, and my master Sri Ramachandraji Maharah of
Shaha-jahapur
– the great yogi of unprecedental heights calls it i.e. a big bang as
kshobha/great upheaval/a stir. Now this big bang has not taken the way
physicsts imagine. They imagine the sudent explosion of energies. Yes, that
thud also has taken place but when the physical process manifested on the plane
of fire element.Metaphysically even the physical process starts with
paraperceptional stage (from out today’s perceptions). It starts with Akhashic
manifestation; then vayu emerged from akhashya, then out of air the fire was
born. So, it is quite likely that 2.5 thousand million years before the firy
explosion might have taken place. In many ways e.g., human evolution,
star/planets birth process, metaphysics differs from the physicists or
scientists but here we are together. Timings agree with each other should I
congratulated Stephan? Or metaphysics? (Stephens big bang takes place 10 to 20
thousand million years before. Metaphysically outer limit is 25 thousand million.
The difference is not much).
It would be interesting to see what metaphy-sics
speaks if the big Crunch. Metaphysical versions are for the initiates, yet they
are direct, simple, poetic, and full of higher truths. Secrete Doctirine
reveals, “Fohat-i.e. the creative power-Brahma exhales and universe exapands:
Brahma inhales and universe contracts.”From metaphysical angel the physical
universe has transformed itself into Astral Univers. When galaxies were
retracing towards the centre their movements where cyclelic, spiral. Apparent
cause of this collision may be local, inter-planetary, or inter stellar but the
result is same, the physical pancha Mahabhutas
get meged into Akashya, and in due
couse of time Akashya gets merge into
its parent Guna – tamoguna. Tamoguna is at astral level now.In metaphysics Sigularity has
different connotation. Itis a micro cell, or a micro egg inwhich all th
experiennce of earlier life-span are stored n essence, in seed form. Here the
essence is stored in form of impressions/ experiences/ dormant memory …with the
help of three gunas, which fall into
a state of equilibrium … causing passivity like space.
Metaphysical singularity is a
state of passivity whih is percivable only by the Divine cosmic creative
intelligece. To have a clear concept of this issue it is better to know the
story of creation which is higly meaningful. The story says that Brahma entered into the egg, and egg
came to life with radiating golden colour. Actually, Brahma with his thought force made the centre core of the egg tunned up eith mega universe centre from which the
OM current / energy was radiating.
With the entery of OM.OmkaraBrahma egg came to life. Om is the perfect three-fold eternal
creative power, it is called in Vedas,
Omkar is the infinite three-fold
frequency band. Brahma is the carrter
frequency, Vishnu is the information
/ infinite wisdom, Mahesha is the
time, the modulating device. This is a metaphysical clue why at a particular
time a particular event i.e., information is released at a particular place.
To be brief, on vibration entred the passive cell.
Impressions in the cell got polarized. Thus, three Gunas’ equilibrium is disturbed. Polarization gave birth on
duality. Positive end come to be known as sat
or intelligent purusha.Negative end
is known as Prakriti. Inter-action of
these two is RajoGuna. With
polarization the universe is born in
foetus. Life span of the universe, according to metaphysics consists of
pre-natal stages and also post death stages. These stages are broadly seven,
they are clled rounds, first three – primordial, ethereal, astral rounds are
prenatal (Srisikar, 1996:8-14).
Selanjutnya, bagian penting lainnya dari tulisan
Srisikar (1996) ini adalah pada bagian uraian tentang Anu: And Three Dimensions, Srisikar menguraikan:
Today Physical Science have done wonderfull
progress, yet scientists are realizing more than ever, the inadequacy of
physical laws of explain the behavior of energy in coherent way. Just few years
before transmutation of an Atom was considered possible only through tremendous
nuclear energy. Today know that in the presence of bio-chemical energy
potassium with ion of Hydrogen can be transmuted into calcium. Very soon all
physical sciences would
accept metaphysical expalanations, because in search of truth they will
have to transcend physical dimension. They would understand that metaphysic is
the only way to look at life in integral wholesomeness.
Anu is different in constitution, behavior than physicist’s Atom. Modern physics has taught us to look at the
world from organic, inorganic angles. Inorganic substances consist of elements
like gold, silver, lead, carbon, oxygen, hydrogen etc. Atom has neoutron,
proton, electron with sub-atomic particles like quarks, photons etc.
Metaphysics looks at the whole issue in different fashion, with totally
different concept. In metaphysics there is no element in modern sence. There
exists one essence/one energy/at the root of all manifestation. The energy has
two faces or sides. At unmanifested end we call this energy as absolute. Nobody
can comment on it. Metaphysics does not touch it. It seems infinite, all
pervarding, eternal. Seers could not describe it what they said about it is,
not this… not this (not known). At manifestation level this energy is three-fold.
All three-fold are inseperable. If one is seen then the other two have to be
there. The folds are abstract … space, time and motion are the name metaphysics
has give to them. Each fold is associated with its essence. Essences are known
as gunas, space is associated with Satva guna. Motion with Rajo gunaand time with Tamo guna.
Again, these gunas are inseperable,
if one is there then other two ought
to be present. When we call Satva guna,
as “Satva” it means it is
premordinantly present in a given frame of refresence, while other two are
dormant.
Anu is the smallest unit of this energy,
therefore it must have (1) immutable spark of Divinity and, (2) Satva,
Rajo, Tamo guna in its constitution. Thus, Anu is the differentiated smallest
unit having both the facets of root/ Absolute/all pervading/Primordial Energy.
The two facets/constituents of Anu have seven sub-divisions, these
sub-divisions are known as Principle of Anu.
1.
Divine spark, i.e.,
(differentiated spark of that immutable energy of which metaphysics knows
nothing, it is soul).
3.
Mind (the facukty of feel will, know)
4.
Kama (inbuilt desire to create/pro-create)
5.
Prana (vital energy, Bio-energy.
It is a carrier of desire)
6.
Lingga body (the etheric
counterpart of the physical body)
7.
Physical body (it is made up of
five physical elements namely; a. akashya
(ether), b. vayu (air), c. agni/teja (fire), d. apah (water), and e. prthivi (earth).
Metaphysics does not speak about
the first principle-soul, except that it is there in Anu. For the rest of the six principles it says, ego and mind are Satva guna products. Kama and prana are predominantly Rajo gunaproducts.
Lingga and physical body are Tamo guna products. Thus, we see that
soul and three gunas are constituents
of Anu. Thus, we see that except for
the absolute, there is no element in
metaphysics. All are compounds. Anu is
smallest unit of that energy three-fold energy.
Each Anu is unique, in weight
density, texture combination so each Anu
is “Isotope”. According to gold Anu
it can describe that all gold Anus are
unique but difference is so negligible from
our perspective that they are classed as gold Anus of gold metal. Concept of isotopes (in refernce to physicst’s
Atom) is not applicable to metaphysical concept of Anu. This answer the Random Theory in physics. Metaphysics says
those water molecules which have Rajo
guna more react first. Molucules having Tamo
guna react last. Whatever exists must be made of Anus. All planes are made
of Anus, then the question arises, how are the laws different on different
dimensions? If evolution of Anu is known the the answer is known. Let us start
from physical plane (Srisikar, 1996:23-25).
Mineral of Anus are seeming – inert, devoid of intelligence or consciousness,
mobility.
Mineral of Anu has all seven principles from soul, mind to physical body, then why and how this Anu is inert? The answer is, all upper five principles,
namely soul ego, mind, kama, prana, are fully dormant. Only Lingga body i.e., etheric counterpart, and
physical body in mineral form are fully manifested. Evolution of Anu means unfolding of pranic faculty in
it. How does it unfold? When? Strain, stress, shocks, heat, cold, pressure have
varied effect on varied kingdoms, namely mineral, vegetable, animal, human
kingdoms. Evolution on any dimension or in any kingdom needs Tapa. Tapa is a Sanskrit word which means penance, heat. In mineral kingdom
for evolving further mineral Anu
needs physical heat or bio-chemical heat, when in excited state Anu can not pass out its energy, then it
splits. This transit is very
important mile stone in its evolution. In this transit Anu’s physical body is split-dropped, and the pranic faculty
unfolds. At this juncture Anu is a pranic entity without physical body. This
pranic entity needs body from mineral kingdom. As a simple cell this entity
starts its life in any of the three kingdoms namely vegetable, animal, and
human.
A simple cell is an organic body having pranic
entity and mineral body. As a living entity on physical plane the cell breaths.
It moves, it feels/it reacts, the pranic
entity incarnates many a times developing its capacity of feeling/ reacting/adjusting.
When the lessons are learnt adequately, it is upgraded into vegetable kingdom
as an entity presiding over – first simpler and then complex vegetable spicies.
Here the entity no longer presides over a simple cell, but on complex of varied
different cells of a bush or a creeper or a fern or a tree. Thus Anu – entity is in vegetable kingdom. Kama, mind, ego faculties are dormant in
vegetable kingdom. Yet it has a touch of instinctive lower kama faculty. It has periods of sleep and awakening. It does not
will but it reacts to good/bad feeling. It moves partially, it procreates a –
sexually. Even in vegetable kingdom each entity can be classified as sattvic,
rajasic, or tamasic. They are best organic energies for distant communication.
Just as iota or bio-chemical energy can bring abound transmutation of an
element, similarly small but unhurt plants/grains can be used for long-distance
tele communication. In India seers knew this secret many years ago. Tulsi
leaves/flower bunch can transmit sattvic message /information to astral as well as causal plane beings. Durva can
transmit rajoguna predominant
information to other planes. While Bel leaves are perfect antenas to transmit
tamo guna information to these etheric regions, which are parts of existence in
neat vicinity of the earth.
Any how to come back to evolution of an Anu,
metaphysics says: After staying in vegetable kingdom for years the pranic
entity is upgraded as animal entity. In animal kingdom the kama faculty gets
unfolded. Kama means lower mind, it feels, knows, wills instinctively, Satvic
pranic entities are attracted to sattvic species like cow, dolphins. Rajo guna
pranic entities are attracted to Rajasi species like dog, horse, etc. Tamo guna
pranic entities are attracted to tamo guna species like lions, tigers, bears.
Often the perceptional range of animals is far more than human range e.g., dog
listens as silent whistle; dog, cats, cows, horses etc., can see astral plane
beings, many of them telepathic. Crocodile can sense a danger to her eggs on
the shore from miles away. It because of this extra perceptional faculty, that
the ancients could read from their reactions the good or bad times in near
future. In physical strength, in perceptional range animal can surpass
humanbeings but still human kingdom is on the higher evolutionary grade because
in human kingdom higher mind is unfolded. Higher mind means the capacity to
feel, will, think logically about abstract ideas/concepts, with individual
awareness.
In human kingdom the higher mind mind i.e., mind
faculty gets unfolded. Man is the species which can conceive mind in its full
essence. Ego is the in between passage. Sould i.e., differentiated Divine spark
appears ego only due the touch of mind. At present human as a race has not
developed his mental faculties in full. Clairvoyance, telepathy, and
psychometry are few of basic mental faculties. Gods i.e., higher
extra-terristral intelligence have full awakend mind. Thus, they have the power
which lie within the domain of universal mind/ universal essence. These, so
called Gods need not be called spiritual beings. Difference between the highly
developed mental and spiritual beings is elusive but not uncertain.
Higher mental beings have a tendency to do all that
is positive, beneficial, according to cosmic laws. Due to these tendencies they
grow, they prosper, they know all the cosmic laws. But they lack one thing –
total surrender to that immute Divine will. Hence, they can not transcend existence,
which is product of positive and negative forces. This is the reason why
genuine masters are higher in evolution than gods. Masters alone are spiritual
beings, in real sense. Rest of the team … e.i., Munis, Rishi, Angles, are
executives doing the allotted cosmic work. Metaphysics says that when entity
transenden mental faculty i.e., awareness of Ego it merges into Divine
Spiritual root essence or energy (Srisikar, 1996:26-29).
Berdasarkan urian di atas dapat diketahui tingkat
kesadaran bhuta (mahluk) bahkan
kesadaran material. Manusia memiliki puncak kesadaran yang dapat mngetahui
dirinya sebagai sesuatu yang tunggal dengan Pencipta dan dapat menyesuaikan
dengan level kesadaran mahluk lainnya. Manusia memiliki kemampuan atau
kesanggupan (stuff) yang melebihi
dari kemampuan mahluk lainnya. Ketika manusia sampai pada pencapaian
pengetahuan Raja Yoga, yaitu raja dari segala raja pengetahuan, ketika
seseorang telah mencapai kesadaran yogi,
ia akan mampu lebur dalam kesadaran kosmis dan mampu berkomunikasi dengan unsur
panca tanmatra yang diresapi oleh
kesadaran Tuhan. Itulah sebabnya panca
tanmatra mampu diperintah untuk menjadi apapun oleh kehendak sang yogi, itulah yang disebut sebagai
manusia kosmis. Srisikar menguraikan sebagai berikut:
That stuff is Astral. It is made up of pranaand kama(desire). It is made up of “Tanmatras”.
Sound, touch, sight, taste, and smell
are called tanmatras. When we wake
up, that stuff vanishes. Where has it gone? It has not gone any where, it is
very much there, the only difference is our astral faculties became dormant
when we woke up. The Astral plane is penetrating the physical. It is not
etheric, which can be seen by Kirlian techniques. Ether i.e., Akasha is one of
the pancha mahabhutas. Astral frequency is much higher than Akasha or ether.
All of us have heard of electro-magnetic spectrum marked in terms of hertzs. Human
being sees hears or perceives through senses in limited range, he is not aware
of existence which lies below or above these frequency range. On electro
magnetic spectrum we may see that this Astral frequency range is beyond
physical perception range, but actually it is penetrating the physical range,
it is interacting with physical range. Due to vital (prana) energy bio chemical process in out body is possible. Due to prana energy our sensations are
transmitted to brain, and in consequence our body reacts. Prana in our body is carrier of sensations which appears as desires
(why and how sensations become desires is an interesting process which we can
not deal with here). Prana has
accupied each and every cell of our body. Prana
is carrier of kama/desires; thus,kama or Astral body resembales physical
body, through it is seperable (Srisikar, 1996:30-31).
Membaca ringkasan poin-poin penting uraian Srisikar
(1996) di atas dapat membuka wawasan pengetahuan kita tentang hubungan dunia
material dan dunia spiritual. Walaupun demikian Srisikar masih ragu-ragu untuk
menyatakan bahwa alam semesta beserta seluruh system galaksinya adalah badan
material (1/4 wujud material) dari Tuhan sebagaimana dinyatakan dalam Upanisad; Ᾱtmā vā idam eka evāgra āsit artinya:
‘jiwa sajalah sesungguhnya yang ada
pada permulaannya’ (Aitarea Upanisad
I.1.1); sarva khalv idam Brahman artinya: ‘segalanya adalah
manifestasi dari Tuhan’ (Chandogya Upanisad III.14.2); idam Brahman idam sarvam artinya:
semuanya adalah perwujudan Tuhan’ (Brhadaranyaka Upanisad II.5.14); esa ta
atma sarvatarahartinya: ‘jiwa
yang satu itu yang meresapi segalanya’ (Brhadaranyaka
Upanisad III.4.1); sa eva saumya,
idam agra āsīd ekam evādityam artinya:
‘pada permulaannya, hanya ada satu
wujud yang Esa ini (Chandogya Upanisad
VI.2.1); Ᾱtmaivedam agra āsit purusavedhah artinya: ‘pada
permulaannya dunia ini adalah Ᾱtman atau Roh’ (Brhadarnyaka Upanisad I.4.1).
Pernyataan-pernyataan Upanisad di
atas selaras dengan pernyataan GeguritanSucitapupuh
Sinom pada Jilid I Bab I Pupuh 31
berbunyi: Ne sakala lan niskala, atepang
mangden mamesik, reh jati palinggan tunggal, Hyang Wisesa ngaraganin, da
malasang di hati, tingkahe nimbakang unduk, kayane patut jalanang,kaniskala
mangden pasti, mudra iku, tikasing parek ring Hyang.‘Yang nyata dan yang tidak
nyata, disatukan agar menjadi satu, sebab sesungguhnya merupakan (tempat,
sesuatu) yang tunggal, Yang Maha Kuasa yang menjiwai (meresapi), jangan sampai
memisahkan (walaupun hanya) dalam hati, perilaku membahas masalah, perilaku
yang baik (hendaknya) dilaksanakan, yang gaib agar diyakini secara pasti,
itulah, perilaku seorang abdi Tuhan’ KESIMPULANNYA: bahwa sesungguhnya alam semesta
beserta seluruh isinya adalah satu system semesta yang didasari oleh kesadaran
Tuhan. Tuhan masuk meresapi seluruh atom alam semesta hingga ke inti atom alam
semesta menjadi pengendali alam semesta dan mewujud menjadi Rtam (Hukum Alam).
II.3 Ozon Gas Beracun Pelindung
Kehidupan di Bumi dan Dosa Manusia atas Bumi
Orang sering mendenar kata ozon, ozon, dan ozon,
tetapi tidak banyak yang tahu, apa sesungguhnya ozon itu. Oleh sebab itu,
manusia semestinya sangat penting mengetahui sebab konon jika lapisan ozon itu
rusak maka bumi bisa kiamat, karena kerusakan ozon itu akan menyebabkan tidak
adanya lagi yang menyaring radiasi matahari. Itu artinya bahwa rusaknya lapisan
ozon akan membiarkan radiasi panas matahari akan langsung menerpa permukaan
bumi, hal itu akan menyebabkan bumi makin panas, semua air di samudera akan
menguap, selanjutnya bumi hangus terbakar. Itulah efek jika lapisan ozon rusak,
rusaknya lapisan ozon disebabkan oleh gas-gas pulutan (pencemaran) yang
disebabkan oleh pabrik-pabrik atau industri yang menggunakan listri dan
terutama gas-gas hasil mesin pembakaran bahan bakar minyak. Jiwa mahluk hidup
sangat tergantung pada ozon, karena itu sehingga ozon menjadi sesuatu yang amat
sangat penting bagi kehidupan di bumi. Sumber website yang dapat percaya, yaitu: https:// id.wikipedia.org/wiki/Lapisan_ozon,
diakses 25-01-2018 menguraikan secara gambelang tentang apa itu ozon. Oleh sebab
itu, dalam artikel ini sangat penting menyajikan uraian tentang ozon itu secara
utuh. Sumber website menguraikan:
Lapisan ozon adalah lapisan di atmosfer pada
ketinggian 20−35 km di atas permukaan Bumi yang mengandung molekul-molekul
ozon. Konsentrasi ozon di lapisan ini mencapai 10 ppm dan terbentuk akibat
pengaruh sinar ultraviolet Matahari terhadap molekul-molekul oksigen.
Lapisanozon adalah lapisan di atmofer pada ketinggian 20−35 km di atas
permukaan Bumi yang mengandung molekul-molekul ozon. Konsentrasi ozon di lapisan
ini mencapai 10 ppm dan terbentuk akibat pengaruh sinar utraviolet Matahari
terhadap molekul-molekul oksigen. Peristiwa ini telah terjadi sejak
berjuta-juta tahun yang lalu, tetapi campuran molekul-molekul nitrogen yang
muncul di atmosfer menjaga konsentrasi ozon relatif stabil.
Lapisan ozon ditemukan pada tahun 1913 oleh
fisikawan Prancis Charles Fabry dan Henri Buisson. Pengukuran sinar matahari
menunjukkan bahwa radiasi yang dikirim keluar dari permukaannya dan mencapai
tanah di Bumi biasanya sesuai dengan spektrum benda hitam dengan suhu di
kisaran 5,500-6.000 K (5,277 sampai 5,727 °C), kecuali bahwa tidak ada radiasi
di bawah panjang gelombang sekitar 310 nm pada akhir spektrum ultraviolet.
Disimpulkan bahwa radiasi yang hilang diserap oleh sesuatu di atmosfer.
Akhirnya spektrum radiasi yang hilang hanya cocok untuk satu kimiawi, ozon.
Sifat-sifatnya dieksplorasi secara rinci oleh ahli meteorologi Inggris G. M. B.
Dobson, yang mengembangkan spektrofotometer sederhana (yang dapat digunakan
untuk mengukur ozon stratosfer dari tanah. Antara 1928 dan 1958, Dobson
mendirikan jaringan stasiun pemantauan ozon di seluruh dunia, yang terus
beroperasi sampai hari ini. “Satuan Dobson”, ukuran yang mudah digunakan dari
bagian teratas ozon, dinamai untuk menghormatinya.
Lapisan ozon menyerap 97 sampai 99 persen frekuensi
menengah sinar ultraviolet Matahari (panjang gelombang dari sekitar 200 nm
hingga 315 nm), yang sebaliknya berpotensi merusak kehidupan yang terpapar di dekat permukaan. Majelis Umum Perserikatan
Bangsa-Bangsa telah menunjuk 16 September sebagai Hari Internasional untuk
Pelestarian Lapisan Ozon.
Ozon adalah gas beracun sehingga bila berada dekat
permukaan tanah akan berbahaya bila terhisap dan dapat merusak paru-paru.
Sebaliknya, lapisan ozon di atmosfer melindungi kehidupan di Bumi karena ia
melindunginya dari radiasi sinar ultraviolet yang dapat menyebabkan kanker.
Oleh karena itu, para ilmuwan sangat khawatir ketika mereka menemukan bahwa
bahan kimia klorofluorokarbon (CFC) yang biasa digunakan sebagai media
pendingin dan gas pendorong spray aerosol, memberikan ancaman terhadap lapisan
ini. Bila dilepas ke atmosfer, zat yang mengandung klorin ini akan dipecah oleh
sinar Matahari yang menyebabkan klorin dapat bereaksi dan menghancurkan molekul-molekul
ozon. Setiap satu molekul CFC mampu menghancurkan hingga 100.000 molekul ozon.
Oleh karena itu, penggunaan CFC dalam aerosol dilarang di Amerika Serikat dan
negara-negara lain di dunia. Bahan-bahan kimia lain seperti bromin halokarbon,
dan juga nitrogenoksida dari pupuk, juga dapat menyerang lapisan ozon.
Menipisnya lapisan ozon dalam atmosfer bagian atas
diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya penyakit kanker kulit dan katarak
pada manusia, merusak tanaman pangan tertentu, memengaruhi plankton yang akan
berakibat pada rantai makanan di laut, dan meningkatnya karbon dioksida akibat
berkurangnya tanaman dan plankton. Sebaliknya, terlalu banyak ozon di bagian
bawah atmosfer membantu terjadinya kabut campur asap, yang berkaitan dengan
iritasi saluran pernapasan dan penyakit pernapasan akut bagi mereka yang
menderita masalah kardiopulmoner.
Pada awal tahun 1980-an, para peneliti yang bekerja
di Antartika mendeteksi hilangnya ozon secara periodik di atas benua tersebut.
Keadaan yang dinamakan lubang ozon (suatu area ozon tipis pada lapisan ozon)
ini, terbentuk saat musim semi di Antartika dan berlanjut selama beberapa bulan
sebelum menebal kembali. Studi-studi yang dilakukan dengan balon pada
ketinggian tinggi dan satelit-satelit cuaca menunjukkan bahwa persentase ozon secara
keseluruhan di Antartika sebenarnya terus menurun. Penerbangan-penerbangan yang
dilakukan untuk meneliti hal ini juga memberikan hasil yang sama.
Pada tahun 1987, ditandatangani Protokol Montreal,
suatu perjanjian untuk perlindungan terhadap lapisan ozon. Protokol ini
kemudian diratifikasi oleh 36 negara termasuk Amerika Serikat. Pelarangan total
terhadap penggunaan CFC sejak 1990 diusulkan oleh Komunitas Eropa (sekarang Uni
Eropa) pada tahun 1989, yang juga disetujui oleh Presiden AS Geogre Bush. Pada
Desember 1995, lebih dari 100 negara setuju untuk secara bertahap menghentikan
produksi pestisida metil bromida di negara-negara maju. Bahan ini diperkirakan
dapat menyebabkan pengurangan lapisan ozon hingga 15 persen pada tahun 2000.
CFC tidak diproduksi lagi di negara maju pada akhir tahun 1995 dan dihentikan
secara bertahap di negara berkembang hingga tahun 2010. Hidroklorofluorokarbon
atau HCFC, yang lebih sedikit menyebabkan kerusakan lapisan ozon bila
dibandingkan CFC, digunakan sementara sebagai pengganti CFC, hingga 2020 pada
negara maju dan 2016 di negara berkembang.
Untuk memonitor berkurangnya ozon secara global,
pada tahun 1991, National Aeronautics
and Space Administration(NASA)
meluncurkan Satelit Peneliti
Atmosfer. Satelit dengan berat 7 ton ini mengorbit pada ketinggian 600 km (372
mil) untuk mengukur variasi ozon pada berbagai ketinggian dan menyediakan
gambaran jelas pertama tentang kimiawi atmosfer di atas(https:// id.wikipedia.org/wiki/Lapisan_ozon,
akses 25-01-2018).
Penjelasan tentang ozon secara komprehensih,
seperti uraian di atassangat perlu dipahami oleh seluruh umat manusia, sebab,
ozon ternyata menjadi kunci kehidupan di bumi ini. Kerusakan ozon menyebabkan lapisan
ozon akan robek atau berlubang sehingga radiasi matahari akan langsung
menerobos bumi dan berakibat suhu bumi naik semakin panas dan menyebabkan es
kutub utara mencair semakin banyak hal itu menyebabkan permukaan air laut semakin naik, hal ini menyebabkan daratan akan semakin banyak terendam
atau tenggelam oleh air laut. Jika ozon rusak berarti kehidupan juga akan
rusak; hilangnya ozon berarti sama dengan hilangnya kehidupan; hilangnya
kehidupan lain katanya adalah kematian. Oleh karena itu ozon identik dengan
nyawa bumi. Para ilmuwan sudah mengetahui bahwa kerusakan ozon disebabkan oleh
perilaku umat manusia.
Setiap umat manusia memiliki kontribusi dosa atas
kerusakan ozon sesuai dengan tingkat kesejahteraannya. Donder dan Wisarja
(2011:93-126)
dalam Teologi Sosial: Persoalan
Agama dan Kemanusiaan Perspektif Hindu terdapat sub-bab yang membahas tentang
kerusakan ozon akibat ulah manusia. Dalam buku ini terdapat contoh perhitungan
untuk mengetahui berapa besar dosa yang dilakukan oleh setiap orang terhadap
bumi. Melalui perhitungan yang dilakukan dapat diketahui bahwa semakin
sejahtera atau kaya orang, maka makin besar dosanya yang dilakukan pada bumi.
Mengapa demikian? Karena penggunaan fasilitas rumah mewah seperti; AC, mesin
pemanas kamar mandi, kedaraan mewah dengan jumlah perjalanan dengan menggunakan
kendaraan mewah, dsb., semua aktivitas penggunaan sarana mewah (energi dan gas
yang dihasilkan) ternyata mengotori atmosfir yang akhirnya menyebabkan
kerusakan ozon. Sehingga orang-orang kaya dengan fasilitas serba canggih dan
gaya hidup mewah memiliki andil dosa jauh lebis besar daripada orang miskin.
Karena itu adalah logis jika pemerintah harus mendapatkan pajak lebih besar
dari orang-orang kaya; melalui hasil penerimaan pajak itu pemerintah memiliki biaya
untuk melakukan perbaikan lingkungan dengan menyelenggarakan proyek penanaman
pohon. Sehingga pohon-pohon hijau itu dapat mereduksi produksi gas polutan yang
mencemari udara.
II.4 Energi Gelombang Pikiran dan Efeknya terhadap Ozon Sakala dan Niskala
Para ilmuwan eksakta Barat masih enggan untuk
melakukan penelitian tentang pikiran dan jiwa sebab mereka memandang bahwa
objek studi tersebut belum memiliki pendekatan saintifik yang valid. Mereka menganggap
bahwa studi tentang pikiran dan jiwa mengandung spekulasi yang terlalu besar,
sehingga mereka menganggap bahwa studi pikiran dan jiwa merupakan studi di luar
dari bingkai penelitian ilmiah yang hasilnya dapat dilakukan uji klinis.
Sebaliknya, para bijak Hindu ribuan tahun yang lalu melalui riset kontemplatik
pada makrokosmos dan mikrokosmos telah berhasil membuat berbagai formulasi
tentang pikiran dan jiwa. Kesimpulan para yogi, maharsi bijak menyatakan bahwa
jiwa adalah realitas akhir yang mesti dicari dan direalisasikan oleh setiap
orang. Melalui sadhana atau disiplin
yang tinggi dengan pengendalian pikiran, maka jiwa akan dapat direalisasikan,
itulah dimaksud dengan menemukan atau bertemu dengan Tuhan dalam diri oleh
Rohit Mehta (2016:171) setelah memahami secara mapan tentang pengetahuan paravidya dan aparavidya. Uraian Rohit Mehta ini sesuai dengan uraian MundakaUpanisad.
Maghsri (1995:1) dalam Bio Listrik Tubuh Tenaga
Dalam menguraikan bahwa: Baik agama, aliran
mistik dan sistem filsafat yang dihasilkan intuisi supra-intelektual menyatakan
bahwa manusia terdiri dari badan kasar dan badan halus. Keberadaan badan kasar
telah diselidiki oleh ilmu fa’al sampai dengan atom-atomnya, sedangkan badan
halus belum pernah diteliti oleh bidang eksakta. Melalui asumsi dan penalaran
mendalam, sesungguhnya setelah struktur atom berhasil dipecah-pecah ke dalam
beban listrik, maka timbulah kemungkinan bahwa dalam tubuh halus manusia juga
dapat didekati dengan menggunaka kaidah-kaidah ilmu modern. Melalui pikiran yang
kemudian ditingkatkan kea rah intuisi supra-intelektual, manusia akan dapat
menemukan hakikat badan halus. Sedangkan pikiran yang terikat kepada materi
hanya menemukan wujud yang masih terselubung sebelum sampai pada realitas
akhir. Saat ini selubung itu telah dapat diungkap sedikit demi sedikit dan
telah ditemukan bahwa aliran materialism tidak lebih dari aliran yang dapat
diibaratkan hak-hak yang kehilangan mainannya (naif). Aliran materialism telah
dikategorikan sebagai barang kuno, tetapi masih layak untuk dipertontonkan kepada khalayak ramai, dengan tujuan agar
generasi berikutnya dapat menghargai buah pikiran para nenek moyangnya. Teori relativitas dan teori quantum serta mekanika gelombang mampu
mengubah semua pandangan kita tentang isi alam semesta. Sinar rotgen, eletron,
dan quantum merupakan pendapat-pendapat baru yang berusaha menyanggah pendapat
para pendukung teori materialisme. Ada kemungkinan bahwa suatu saat kelak
terjadi hubungan antara fisika dan metafisika sehingga “abad kedua puluh” ini
menjadi saksi bagi terbukanya selubung rahasia hayati menyangkut keberadaan
lahir dan batin manusia dengan cara rasional dan ilmiah.
Terkait dengan pikiran Maghsri (1995:10)
menguraikan bahwa pikiran kita tersusun dari electron-elektron yang selalu bergerak
dari satu tempat ke tempat lain melalui serat-serat saraf di dalam otak,
lebih-lebih jika pikiran setiap detiknya selalu ditambah rangsangan baru berupa
tangkapan panca indra. Jika kita mulai tafakur (samadhi), mati raga dengan jalan menutup Sembilan pintu dalam tubuh
kita dan dengan keras kita menuntut kehidupan suci, sedangkan seluruh pikiran
kita bebaskan dari semua keinginan dan kemarahan, serta kita pusatkan pikiran
ke arah pusat pangkal segala yang ada atau asas pusat (Het Centrale Beginsel), maka pada suatu ketika kita akan memperoleh
ketenangan, ketentraman dan rasa damai di batin kita, karena roh atau pikiran
kita mencapai mutmainah (samadhi). Electron-elektron di dalam
otak yang menyusun pikiran kita berhenti berputar kembali menjadi ether, dengan
demikian maka lenyaplah semua electron yang menjadi pikiran termasuk pikiran
itu sendiri, terutama pikiran yang mengandung tangkapan panca indera, yaitu
pikiran yang berupa materi. Berubahnya electron-elektron menjadi ether,
terlepas pulalah tenaga yang menggerakan electron-elektron, baik gerakan
electron yang berputar maupun gerakan electron yang kian kemari. Tenaga yang
dilepaskan ini diterima oleh otak sebagai sinar yang dinamakan sinar batin.
Ether bekas electron-elektron badan pikiran tadi
lalu masuk ke dalam budi dengan menggunakan panca indera batin (sensus interior). Melalui panca indera batin, manusia dapat menyaksikan hakikat alam semesta secara langsung melalui
peristiwa resonansi. Hakikat alam semesta ini adalah Intelek Pertama menurut Ibn’Al ArabiatauBrahman menurut Hindu. Pikiran pada mulanya terdiri dari
electron-elektron sekarang menjadi pikiran yang terdiri dari butiran-butiran
ether di dalam budi. Butir-butir ether ini bergetar dan getarannya dapat
dirasakan. Daya elektromagnetik menyampaikannya dengan peranta-raan getaran
yang juga membutuhkan zat pembawa. Sebagaimana daya elektromagnetik, zat
pembawanya terdiri dari zat yang lebih halus daripada electron-elektron yang
menjadi pangkal daya elektromagnetik itu sendiri, maka daya getaran ether juga
harus memiliki zat pembawa yang lebih halus, yaitu zat mutlak. Gelombang zat
mutlak itu sudah sepantasnya memiliki kecepatan lebih tinggi dari gelombang
ether.
Selanjutnya Maghsri (1995:58) menguraikan tentang
biolistrik, sesuai judul bukunya bahwa biolistrik adalah daya listrik hidup
yang terdiri dari pancaran electron-elektron yang keluar dari setiap titik
tubuh (disebut: titik energi) yang muncul karena adanya rangsangan
penginderaan. Pikiran kita terdiri dari daya listrik hidup, semua daya ini
berkumpul di dalam pusat akal otak dalam bentuk potensi daya listrik. Dari
pusat akal, daya ini lalu dikerahkan diarahkan ke seluruh anggota tubuh yang
kemudian bergerak oleh perangsang. Potensi daya listrik hidup ini yang
tertimbun di dalam pusat akal harus dituntut (dipaksakan) oleh sesuatu agar
mengalir untuk mengadakan gerakan tubuh kita atau bagian tubuh lainnya. Daya
listrik ini harus terlebih dahulu melalui tumpukan otak dan masuk ke dalamnya. Tumpukan
otak adalah pangkal nafsu-nafsu keinginan. Arus listrik hidup yang datang dari
pusat panca indera di dalam tampuk otak melepaskan electron-elektron hidup yang
dihasilkan oleh proses ulang (system of
relays) yang berlangsung di dalam
tumpuk otak, sehingga arus listrik
hidup yang masuk ke dalam otak itu, selalu bercampur dengan daya listrik hidup
yang berasal dari tumpukan otak. Itulah sebabnya, pikiran kita selalu bercampur
dengan nafsu.
Lebih lanjut Maghsri (1995:74) mengu-raikan tentang
hubungan pernafasan dan tenaga dalam, ia menyatakan bahwa dalam dunia
kedokteran, peristiwa listrik dalam tubuh ini sudah dimanfaatkan antara lain
untuk mendiagnosa gelombang listrik otak dengan EEG. Untuk dapat bertahan hidup
manusia membutuhkan oksigen untuk bernafas, tentu saja bernafas biasa berbeda
dengan bernafas untuk sehat dan mengembangkan potensi daya listrik hidup. Orang
biasa menyebut tenaga dalam, bernafas biasa dikerjakan secara reflex, sedangkan
bernafas untuk tujuan mencapai kualitas kesehatan dan pengembangan daya listrik
hidup (bio-electric) dilaksanakan
secara sadar dan teratur.
Demikianlah uraian Maghsri yang dipaparkan secara
logis yang saintifik tentang pikiran hubungannya dengan bio-listrik atau
listrik hidup yang memiliki efek positif baik bagi tubuh manusia sebagai
mikrokosmos dan terhadap dunia sebagai makrokosmos. Uraian Maghsri ini menjadi
landasan Ilmu Bela Diri Tenaga Dalam Satria Nusantara (SN), hal ini dipandang
sebagai pengetahuan yang baru. Pada beribu-ribu tahun yang hal ini telah dijelaskan
dan dipraktikan oleh para yogi Hindu.
Saat ini salah satu Universitas Hindu Internasional di AS, yaitu Mahesyogi
University di US telah mengembangkan yoga yang disebut Transcendental Meditation (TM). Pembelajarannya ini telah
membuktikan bahwa yoga mampu membuat berbagai keajaiban, orang bodoh bisa
menjadi supercedas, hal ini sudah dibuktika dan diterapkan pada SMA/SMK Bali
Mandara (Donder, Majalah Media Hindu Edisi No.167: hlm. 8-23). Dalam banyak
sumber dinyatakan bahwa yoga dapat membangkitkan kedadaran suprakosmis tetapi
para fisikawan Barat masih setengah hati mengakuinya karena prosedur
epistemology pengajaran membutuhkan waktu yang lama dan pengendalian diri yang
mapan berbeda dengan epistemologi ilmu pengetahuan ilmiah positivistic yang hanya
bersandar pada kebenaran panca indria dan sama sekali tidak pernah dihubungkan
dengan spiritual atau pembahasan indra keenam.
Sesungguhnya sejak dahulu para ilmuwan fisika
memiliki peluang untuk masuk ke dunia spiritual namun karena paradigm positivistic telah menentukan batasan
sain atau ilmu pengetahuan yang hanya berdasarkan pada kebenaran panca indra,
sehingga para ilmuwan fisika masih malu-malu. Namun belakangan ini ketika
Fritjof Capra seorang ahli fisika Kuantum menjelajah ilmu pengetahuan Timiur
terutama India dan China, demikian juga Deepak Coopra serta para murid Maharsi
Mahesyogi di Universitas Mahesyogi; selanjutnya hasil-hasilnya telah
dipublikasikan ke seluruh penjuru dunia, maka para ahli fisika lainnya mulai
merangka mencoba masuk melakukan penelitian-penelitian spiritual yang
sebelumnya dianggap dunia yang gelap. Sikap para ilmuwan positivistic tersebut tidak salah, sebab mereka sudah terbiasa dan
sangat percaya dengan ilmu positivistic
karena ukuran kebenaran ilmiah positivistic itu dapat dibuktikan dengan segera.
Sedangkan prosedur pengajaran dan praktik spiritual terlalu lama sehingga
dianggap sebagai suatu yang subjektif.
Ilmu Fisika menjelaskan bahwa segala sesuatu
memancarkan gelombang sinar, dan juga bervibrasi atau bergertar dan kemudian
beresonansi, karena segala sesuatu memancarkan gelombang sinar, sehingga segala
sesuatu dapat ditangkap oleh retina mata atau dapat dilihat oleh mata. Jadi,
tidak terkecuali, seluruh unsur panca maha
bhuta, yaitu akhasa (ether), vayu (udara), teja (api), apah (air)
dan prthivi (tanah), semuanya
memancarkan gelombang sinar dan bervibrasi. Demikian juga manusia, seluruh
tubuhnya memancarkan gelombang sinar yang kerap juga disebut tenaga dalam,
pancaran rohani, aura, pancaran spiritual, dsb. Vibrasi gelombang pikiran
manusia memiliki efek kosmis. Donder (2007:386)
Saat ini gelombang astha prakrti alam semesta telah banyak dikacaukan oleh emisi
gelombang pikiran manusia yang egoistik. Perut bumi atau prthivi yang mengandung unsur-unsur astha prakrti telah dieksploitasi secara besar-besaran dengan
menggunakan energi ahamkara (ego),
akhirnya sesekali bumi memberikan reaksi atau teguran melalui bencana alam. Hal
ini sesuai dengan subhasita Sanskerta
yang berbunyi: yad bhavam tab bhavati artinya: ’apapun yang dipikirkan
(dikehendaki, dikerjakan) maka demikianlah jadinya’. Karena itu tepat juga jika
dinyatakan bahwa segala kejadian alam ini merupakan refleksi dari perilaku umat
manusia. Ebiet G. Ade menyatakan alam bosan bersahabat dengan kita. Jika tidak
percaya dengan pernyataan Ebiet, maka Ebiet menyuruh menanyakan kebenaran itu
kepada rumput yang bergoyang. Alasannya, karena pengakuan manusia saat ini
sudah sangat jauh dari kejujuran. Vibrasi dari uap pikiran yang penuh dengan
kebohongan dan kelicikan itu telah mengangkasa dan membentuk lapisan OZON EGO
di atmosfir. Ozon egois tersebut telah merefleksi ke bumi sehingga dunia saat
ini paling mudah mendapat pengaruh buruk daripada pengaruh baik. Kondisi seperti
ini sangat sesuai dengan karakter kaliyuga yang memang cenderung manusia
berotak kotor, egois, materialistis, dan raksasis.
Suja (dalam Donder, 2007:387) juga menyatakan bahwa
sesungguhnya bencana alam itu diciptakan oleh energi ahamkara pikiran manusia. Pikiran sesungguhnya merupakan gelombang,
sehingga ia tepat jika dikatakan sebagai “gelombang pikiran”. Pikiran sebagai
gelombang berinterferensi dengan gelombang-gelombang lain yang memiliki
frekuensi yang sama. Pikiran dapat mengetarkan pikiran orang lain. Sebagaimana
gelombang sinar yang dapat bergerak hingga jutaan tahun sebelum menemukan
pemantulannya, setiap gelombang pikiran yang keluar dari otak seseorang akan
mengembara atau merambat kemana-mana sampai menemukan gelombang pikiran yang
vibrasinya sama atau selaras, sehingga dapat menerimanya dengan penuh simapti. Sangat mungkin atmosfir tempat kita hidup saat ini dipenuhi oleh
berbagai gelombang pikiran baik maupun buruk yang masing-masing mencari sasaran
untuk penyelarasan dengannya. Di atmosfir terdapat gelombang pikiran jahat dari Rahwana, gelombang pikiran
rakus Duryodana, gelombang pikiran licik Sakuni, gelombang pikiran kejam
Hitler, dan lain-lain. Di atmosfir ini juga merambat gelombang pikiran yang
penuh kasih dari; Budha, Kristus, Gandhi, Theresia, Sathya Narayana (Bhagavan Sri Sathya Sai
Baba), dll. Juga gelombang pikiran yang penuh kebijaksanaan dari Krishna.
Gelombang pikiran yang berwujud kebenaran dari Rama, Janaka, Yudhistira, dan
lain-lain. Selain itu, gelombang pikiran yang penuh dengan pengabdian dari
Prahlada, Anoman, Arjuna, Drupadi, dll. Itulah beberapa gelombang senantiasa
merambat di sekitar kita bersama-sama gelombang lainnya yang secara aktif
dipancarkan dari sumber emisinya.
Lebih lanjut Suja(dalam Donder, 2007:387)
menguraikan bahwapararel dengan perubahan alam semesta menuju kepada “kesemerawutan
yang semakin meningkat”, dan sementara ruang atmosfir tetap terbatas, dan
setiap saat diemisikan gelombang informasi ke atmosfir, maka lingkungan kita
akan semakin pekat dengan gelombang, sampai akhirnya akan mencapai derajat
kejenuhan. Dalam kondisi seperti itu maka semakin sulitlah bagi kita untuk
menenangkan pikiran, karena senantiasa ada interferensi dari luar. Dalam hidup
bermasyarakat, setiap saat panca indria dirangsang oleh gelombang-gelombang
yang dapat meningkatkan nafsu hewani manusia, baik secara fisik maupun bentuk
gambar, bayangan, suara dan lain-lain. Interaksi dapat terjadi apabila ada
frekuensi yang sama dalam pikiran kita. Getaran gelombang yang semakin semerawut membuat manusia alpa dengan nilai-nilai kemanusiaannya; dan
inilah yang semarak terjadi dewasa ini. Orang-orang gandrung mencari sumber
yang dapat membuat pikirannya tersiksa. Entah berapa uang dan waktu telah
dihabiskan, hanya untuk kebutuhan gelombang yang dapat menyemerawutkan pikiran.
Inilah eronisnya, manusia justeru merasa senang setelah gelombang pikirannya
diacak oleh sumber gelombang dari luar. Gelombang suara yang menyayat hati
lewat speaker tabung ajaib itu, menjadikan pikirannya semakin galau. Dalam
kehidupan sehari-hari, kita juga sangat banyak menemukan orang-orang yang
mengemisikan gelombang pikiran yang sangat tidak teratur. Orang-orang seperti
ini perlu diwaspai dalam mengajaknya bergaul, sebab vibrasi gelombang pikiran
dan vibrasi gelombang suara orang-orang tersebut sangat berpengaruh terhadap
gelombang pikiran kita.
Lebih lanjut Suja (dalam Donder, 2007:388)
menguraikan bahwa agar manusia dapat membebaskan diri dari gelombang-gelombang informasi
yang menyesatkan, setiap orang seharusnya rajin menyelaraskan gelombang
pikirannya dengan sumber gelombang kesucian, sumber gelombang kebijaksanaan,
sumber gelombang kebenaran, dan itulah Tuhan. Gelom-bang spiritual itu
berlimpah adanya dan tidak memerlukan modal untuk mendapatkannya.
#Sumber Artikel : Sumber Artikel : Jurnal Sanjiwani, Volume 9, No 1, Tahun 2018.
Unaaha, 03 Mei 2020
Post by Bindu Konawe (INS )
Media Informasi Penyelenggara Hindu
Kantor Kemenag Kab. Konawe Prov. Sulawesi Tenggara
Om Swastyastu,
BalasHapusIni juga terkait dg Tri kaya parisudha, energi vibrasi pikiran yang lepas ke udara akan mempengaruhi vibrasi pikiran kosmos. Karena itu kasus seseorang bisa mempengaruhi dunia.
Mari kita berpikir yang baik-baik saja.