BINDU KONAWE - MEDIA INFORMASI

SLOGAN BLOG BINDU KONAWE

<<SELAMAT DATANG DI BINDU KONAWESELAMAT DATANG DI BINDU KONAWE >>

Senin, 04 Mei 2020

“Sisi lain Ramayana dan Mahabarata : Memenuhi Rasa Lapar”. Oleh : I Ketut Puspa Adnyana

Gbr. Ilustrasi
Makanan Satwika dengan cara mempersembahkan
terlebih dahulu Kepada Tuhan.
Sehingga menjadi sebuah Prasadam/Lungsuran

“SISI LAIN RAMAYANA DAN MAHABHARATA : MEMENUHI RASA LAPAR”
Oleh : I Ketut Puspa Adnyana

Om Swastyastu.
“Siapapun yang membaca Ramayana dibebaskan dari segala dosa”. Kalimat ini sangat terkenal. Bagi penekun spiritual dan mempelajari Veda, lengkap dengan Itihasa dan Purana, tidak sulit baginya untuk memahami makna kalimat tersebut. Bukankah setiap orang berharap bebas dari dosa, termasuk para durjana sekalipun ?.

Satu hal yang menarik dari Ramayana, disamping isinya Ajaran Veda, adalah mengenai LAPAR. Kata lapar ini bisa bermakna tandanya badan telah membutuhkan persiapan asupan yang sehat. Rasa lapar ini segera sirna bila seseorang makan. Lapar ini juga dapat dikaitkan dengan seseorang yang giat dan tidak pernah berhenti belajar, seperti orang lapar.

Apa yang dimakan harus menjadi prasadam (lungsuran) karena telah dipersembahkan kepada Tuhan. Dalam Bhagawad Gita (IV.14), ada 4 (empat) jenis makanan, yaitu: (1) makanan yang dipecah dengan gigi, (2) makanan yang diminum, (3) makanan yang hanya dirasa, melalui jilatan, dan (4) makanan yang dimakan dengan menghisap melalui bibir.

Lapar dalam Ramayana, dapat diartikan keinginan yang tidak tertahankan untuk terus mempelajari Ramayana, kisah awatara yang sungguh mempesona. Mempelajari Ramayana seseorang akan memahami dengan baik kehidupan dan hidup ini. Memahami cara hidup yang benar. Teladan dalam Ramayana yang patut diikuti adalah Bhakta Sri Rama Chandra, yaitu Sri Hanuman. Seorang bhakta yang seluruh hidupnya secara totol sebagai abdi yang setia dan patuh.

Pada sisi yang lain Ramayana terkait dengan kata lapar, sungguh sungguh makna lapar yang kita rasakan sehari hari. Untuk mengilankan lapar, seseorang harus makan. Pada awal sekali, kita disuguhkan Hanuman kecil yang minta makan. Beberapa dialog mengenai lapar dalam Ramayana sebagai berikut.
a. Untuk memenuhi rasa lapar Hanuman kecil mengira bahwa matahari terbit yang berwarna kuning adalah buah yang segar, sehingga Hanuman kecil terbang menuju matahari.
b. Ketika terbang di atas pantai Lautan India, Sampati melihat sekelompok Wanara dan berkata : ”Sudah sangat lama saya belum memenuhi rasa lapar”,
c.  Ketika menghadap Ibu Sita dan menyampaikan cincin Sri Rama, Hanuman berkata : “Ibu saya lapar. Saya ingin memenuhi rasa lapar saya dengan memakan buah mangga di taman ini atas seijin Ibu”.
d. Ketika Aswameda Yajna berakhir, seluruh prajurit kembali, Sri Hanuman menemui Ibu Sita, katanya : “Ibu saya lapar:.
e. Ketika rombongan Sri Rama Chandra kembali ke Ayodya menaiki Wamana Puspaka, mereka semua menemui Dewi Anjani ibunda Sri Hanuman. Hanuman yang lebih awal tiba, berkata pada ibunya: “Ibu saya lapar”.
f. Ketika Hanuman masuk Taman Argasoka, prajurit raksasa perempuan, berteriak mengusir Hanuman yang berwujud kera kecil: “Sudah lama aku lapar, siap menyantapmu”.

Mengenai makan, untuk menghilangkan rasa lapar, bukan saja di Ramayana dikisahkan tetapi juga pada kisah Mahabaratha. Pada upacara Aswameda Yajna, yang dilakukan Raja Yudistira, Dewi Drupadi bertanya kepada Sri Krishna, “Paduka mengapa belum adan suara dan gemelan surgawi serta sekar uya dilangit?”. Sri Krishna menjelaskan bahwa pasti ada seseorang diantara pemilik yajna (sang maduwe karye) yang tidak iklas, atau melakukan penghinaan. Lalu Dewi Drupadi menjelaskan bahwa dalam hati ia menghina seorang pandita ketika jamuan makan. Karena pandita itu, cara makannya berbeda yaitu mencampur seluruh lauk dan sayur, baru dimakannya, menjijikkan. Lalu Sri Krishna meminta Dewi Drupadi dan Panca Pandawa mohon maaf kepada Pandita itu, yang tiada lain adalah Bhagawan Walmiki, penulis Ramayana. Baru sampai di pagar pandapa Bhagawan, suara surgawi sudah terdengar.

Ajaran Weda menganjurkan agar setiap orang untuk memenuhi rasa lapar sebaiknya menyantap makanan satwika. Makanan satwika dapat diartikan sebagai makanan yang tidak diperoleh dengan cara membunuh, berati maknaan yang bukan bersal dari tubuh hewan dan bagiannya. Makanan satwika juga berarti makanan yang disantap telah dipersembahkan terlebih dahulu. Doa umum yang dipanjatkan sebelum makan diambil dari Bhagawad IV.24 dan IV.14, sebagai berikut.

Om Brahmaagnau Brahmanaahutham
Brahmaiva Thena Gantayam
Brahma Karma Samaadhinam

Aham Vaisyaanaro Bhootvaa
Praaninaan Deham Ashritaha
Praanapaana Samaayuktah
Pachaamy Annam Chaturvidam

Om Santi Santi Santi Om.

Kemaknaan apa yang dapat kita petik dari narasi mengenai LAPAR ini? Seluruh penyakit diawali dari cara makan seseorang. Makanan haruslah memebuhi dua aspek kesehatan fisik dan kesehatan batin. Makanan satwika memberikan jaminan pada tercapainya tujuan makan. Namun memenuhi rasa LAPAR juga harus mempertimbangkan kesertaan Tuhan. Kesertaan Tuhan dalam pemenuhan rasa lapar mengandung makna bahwa lewat persembahan makanan menjadi suci dan bermakna bagi tubuh. Mengenai makanan dan makan, dijelaskan dalam Manawa Dharma Sastra. Om Santih, Santih, Santih Om. (I Ketut Puspa Adnyana, Kendari, 03.05.2020/10:06).

Unaaha, 05/05/2020
Post By Bindu Konawe (INS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar