BINDU KONAWE - MEDIA INFORMASI

SLOGAN BLOG BINDU KONAWE

<<SELAMAT DATANG DI BINDU KONAWESELAMAT DATANG DI BINDU KONAWE >>

Sabtu, 25 April 2020

Persidangan Para Dewa Membahas Raja Corona -Krimeenagj Raj *) Oleh: I Ketut Puspa Adnyana


PERSIDANGAN PARA DEWA MEMBAHAS RAJA CORONA -KRIMEENAGJ RAJ *)
Oleh :  I Ketut Puspa Adnyana - Widyaiswara Ahli Utama *)
Gbr. Ilustrasi Maha Kali Mengendalikan Dunia

Di dunia bawah yang indah, petala, sejuk dan temaram. Angin yang berhembus menyejukkan. Taman taman dan air terjun yang indah ditengahnya ada Pandapa cukup luas menampung 1000 orang, terbuat dari batu mulia, intan berlian. Dewi Mahakali duduk di singgasana yang gemerlapan bertahtakan mutu manikam, disampingnya duduk Singa Maharaja berbulu keemasan.

Mahakali bersabda: ”Beberapa kali Aku telah meminta kepada Siva untuk dapat menetapkan tugas tugas kita agar berhasil dengan gemilang menghancurkan kerajaan manusia. Terakhir pada hari pertama Kaliyuga aku telah mendapat anugrah untuk menempati harta manusia. Sejak itu tugasKu dan perintahKu kepada kalian juga terlaksana dengan baik. Kelemahan manusia ada pada hartanya. Karena manusia sangat menyayangi harta lebih dari dirinya dan bangsanya. Kini aku agak terkejut karena Aku tidak mengira pada abdiku Kremee Raja telah membuat kegaduhan luar biasa pada masyarakat manusia. AKu juga sadar manusia sangat cerdas, karena memperoleh anugrah itu dari Siva. Untuk sementara sebelum mereka menemukan pemamungkasnya Krimi (Virus Corona) akan tetap mengacaukan. Itulah maksudKu mengadakan persidangan pada hari ini, khusus untuk mendengarkan keterangan Krimee Raja. Aku ingin mendapatkan laporan yang detil dan pasti. Nanti akan Aku putuskan apa ganjaran untuk Krimee Raja”. Seorang Rinying, dayang Mahakali menyembah dan membisikkan sesuatu kepada Mahakali. Makalai menggut manggut.

Peserta rapat tenang dan memperhatikan apa gerangan selanjutnya yang disampaikan Paduka Mahakali. Lalu Mahakali menatap Krimee Raja. Krimee Raja mengangkat tangan dan sujud. Mahakali mengangkat tangannya pertanda mempersilahkan Krimee Raja berbicara.

“Sujud hamba paduka. Sebagai Raja Krimee, hamba mohon ampunan karena para krimee telah bertindak terlalu jauh dan menggetarkan hati seluruh manusia di Bumi. Hamba menunggu perintah paduka, apa yang harus hamba lakukan…sujud paduka”.

Mahakali berkata: “ Adakah manusia yang tidak bergetar hatinya atas keberhasilan anak buahmu itu mengacaukan manusia? Dulu kita berhasil membuat wabah yang sampai sekarang juga masih ada dan menelan korban manusia yang jauh lebih banyak: kolera, malaria, dan wabah lainnya. Mengapa krimee ini begitu menakutkan?”

Krime Raja : “ Paduka..hamba menemukan ada dua golongan manusia yang tidak tergetar hatinya, yaitu para Yogi dan Sanyasin. Hamba sesungguhnya telah berupaya, namun ampun paduka kedua jenis manusia ini sangat tanggguh”. Mahakali tersenyum mendengar penjelasan Krimee Raja.

“Krimee Raja, nampaknya engkau terlalu tua dan pelupa, dan juga kalian semua. Jangankan engkau, Aku sendiri tidak mampu menyentuh para Yogi dan juga para Sanyasin. Tugas kita luput dari kedua jenis manusia ini, karena mereka tidak terikat lagi pada triguna. Wajar kalau engkau tidak berhasil. Aku gembira, artinya hanya manusia yang telah mencapai prema bakti (bakti sejati) yang dapat mencapai Yogi dan Sanyasin. Engkau akan hanya mampu mengacaukan mereka yang masih dalam tahap swarta bhakti (bakti dengan pamerih). Engkau dan kalian semua harus memberi penghormatan kepada dua jenis manusia ini. Ingatlah kata katKu ini; Yogi dan Sanyasin. Karena bila mereka mengutuk kita dan membakarnya, kita semua musnah. Ingatkah kalian pada sosok Maharsi Druwasa, Pulasya, Wiswamitra dan lainnya. Apakah engkau tidak ingat murka mereka di masa lalu. Hanya karena kehendak untuk menyeimbangkan antara adharma dan dharma maka kita diampuni Siva”.

Krimee Raja : “Apa yang harus hamba lakukan kini paduka?

Mahakali tertawa terbahak, Singa Maharaja yang berbulu emas itu mengaum membuat seluruh peserta rapat merinding. Mereka melihat Mahakali menampakkan wujud sejatinya, yang sangat mengerikan. Kemudian perlahan lahan kembali sebagai seorang perempuan yang sangat cantik.

“Aku sebenarnya suka bila manusia itu habis, namun aku juga tahu batasanKu sesuai tugas yang diberikan. Bila manusia itu habis tidak ada sesembahan kepada para dewa dan kita. Bila manusia habis maka para dewa akan merana dan kehilangan gairahnya. Demikian juga kalian kehialngan tugas. Siapa lagi yang akan engkau ganggu. Saat manusia habis, engkau juga aku musnahkan. Dunia akan gelap gulita, dunia akan diam karena semua fungsi sungsi alam akan berhenti bila para dewa berduka. Matahari tidak akan bersinar, Bulan yang lembut tidak akan memantulkan cahaya, air akan hilang, angin berhenti. Karena itu, engkau harus mengendalikan anak buahmu pada jumlah yang ideal seperti sediakala Krime Raja. Tapi…jangan sekarang, Aku baru mendapat pesan bahwa Indra Raja Para Dewa telah mengundangKu untuk membahas ulah dari anak buahmu itu Krimee Raja. Engkau harus mendampingiKu. AKu ingin melihat para Dewa yang congkak itu memohon dan memelas kepadaKu. Tunggulah waktunya”. Para peserta rapat diam, mereka siap dengan laporan masing masing. Tugas mereka adalah mengacaukan manusia. Kelompok buthakal, setan dan iblis.

Embun yang menggumpal pekat menandakan rasa khawatir para Dewa. Indraloka yang biasanya nampak cemerlang sekarang ini nampak buram dan kusam. Bunga bunga ditanamn nampak layu, dan cicit burung hilang tidak terdengar di pagi itu. Dewa Indra, duduk termangu di singgasananya yang berwarna perak, dengan wajah murung. Kemudian datang dihadapannya Dewa Angni, pendeta Para Dewa.

“Hormat Paduka engkau telah memanggilku sepagi ini, mohon kiranya memberikan penjelasan”.
Indra membuka matanya dan tampak senyumnya dipaksakan, ia turun dari Singgasananya dan menepuk bahu Dewa Angni. Mereka menuju pintu besar, membuka dan melihat sinar surya. Indra bersabda:

“Kita dalam masalah purohita para dewa, Angni, engkau melihat bangsa Krimee itu sangat berhasil mengacaukan manusia. Surya Bhaskara yang aku tugasi untuk membakarnya tampak tidak banyak berhasil, meskipun ada sedikit hasil. Aswin dewa kembar ahli pengobatan dan tabb juga tidak mampu menurunkan obat yang diajarkan dalam Atrwa Werda dan Yayur Weda…apa saranmu kepadaKu dewa Angni?” Dengan berhati hati Dewa Angni menjawab, karena paham juga tempramental Dewa Indra yang suka tersulut menjadi kemarahan. 

Kata Dewa Angni:
“Apa yang dilakukan Krimee Raja…tidak salah paduka..karena memang tugasnya mereka itu. Mahakali diberi tugas untuk mengacaukan manusia disamping juga mengasihinya bagi yang taat. Manusia sekarng sudah keluar dari tata aturan yang menjadi swadharmanya. Manusia sudah sangat melawati batasannya”.

Dewa Indra memotong kata dewa Angni, katanya: “Apakah kita kemudian membiarkan manusia musnah Dewa Angni, Ini tidak mungkin. Ini tidak boleh terjadi, bangsa manusia harus diselamatkan. Hanya bangsa manusia yang memuja para dewa, dan karenanya kita mendapatkan kekuatan”.

“Ooo…tidak mungkin paduka. Waktunya belum tiba. Mahapralaya masih sangat jauh, masih ada 7 Manwantara untuk mencapai itu. Apakah paduka tidak melihat bunga bunga di taman layu, taman taman kering di Indraloka ini, itu pertanda bahwa manusia tidak lagi melakukan sesembahan dan pemujaan”.

Indra memperhatikan taman taman dan kolam kolam Indraloka yang mengering, lalu nampak wajahnya terperanjat. Katanya: “Lalu apa yang harus kita lakukan? Apakah para Yogi dan Sanyasin sudah tidak mampu lagi membangun aklak manusia purohita”

Angni :”Undanglah dengan penuh kehormatan Mahakali, Ibu Bumi, ke persidangan, kita lakukan puji-pujian dan berbagai yang menyenagkanNya. Mintalah anugrahNya. Paduka harus bicara dengan para tetua dan Guru kita Mahaguru Brahaspati”.

Indra: “Baikla aku aku menghadap Dewaresi Narada untuk menemui Mahakali dan menyampaikan undangan. Tapi aku akan menemui Mahaguru Brahasapathi terlebih dahulu”.

Beberapa saat mucul para dewa, dan juga Brahaspathi. Semua Dewa sujud kehadapan Mahaguru Brihaspathi,  guru para Dewa.

“Anakku sebagai raja para dewa Engkau harus segera bertindak. Kehendakmu untuk mengundang Mahakali, Ibu Bumi, dalam persidangan sangatlah bagus, dan mohonlah perkenan Dewarsi Narada untuk menemuiNya”.

Maka dipersiapkanlah persidangan yang sangat mewah untuk menyenangkan Mahakali, lantunan Samanveda diperdengarkan. Bahan bahan pengharum ditebar disetiap sudut paseban. Bunga keemasan disebar disepanjang jalan menuju paseban yang akan dilalui Mahakali.

Indraloka nampak megah dan bersinar. Persiapan telah mantap. Dewarsi Narada telah menyampaikan undangan kepada Mahakali. Kemudian muncul dihadapan Dewa Indra.

“Narayan..Narayan…Narayan…Indra engkau harus menyiapkan pertemuan ini dengan baik. Jangankan engkau SIvapun harus membiarkan diriNya menjadi alas kaki bagi Mahakali bila marah. Ini resiko yang harus engkau ambil. ENgkau juga sudah mendengar permohonan manusia dari bumi, agar para dewa segera bertindak. Diantara mereka juga sudah ada menuju ke kiri untuk menemui dan memuja anak anak Mahakali. Apabila itu terjadi, bukan saja Indraloka bergoncang tetapi keseimbangan alam semesta akan terganggu..Lakukanlah dengan baik”, setelah berbicara demikian Dewarsi Narada gaib.

Para dewa telah berkumpul di paseban Indraloka. Mahaguru Brahaspati menemani Dewa Indra di pintu gerbang untuk menyambut kedatangan Dewi Mahakali. Berhembus angin lembut mengibarkan kain kain penghias paseban, lalu tercium lembut keharuman yang bernuansa kahyangan, pertanda Dewi Mahakali telak akan menapakkan kakinya di gerbang paseban. Terdengar auman singa yang membuat bulu kuduk bangkit dan rasa tunduk yang dalam. SInga itu melangkah perlahan, dengan kepala tegak dan taringnya yang runcing dan berkilau membuat takluk para dewa. Di punggung SInga Maharaja berstana Dewi Mahakali, dengan senyum yang sangat menawan. Para dewa menunduk dalam dengan tangan bersidekap di bawah dadanya.

Mahaguru Brahaspati, mencangkupkan tangannya dan menyambut Dewi Mahakali diikuti Dewa Indara yang napak tidak berdaya.

“Sembah sujudku paduka…telah berkenan memenuhi undangan kami para dewa yang tidak berdaya. Hidup mahakali..hidup mahakali..hidup mahakli”. Terdengar para dewa serentak mengikuti apa yang dicuapkan Mahagurunya. Jaya Mahakali..Jaya Mahakali…Jaya Mahakali. Setelah mempersilahkan Mahakali bestana di singgasana yang tinggi yang terbuat dari emas, dan mutu manikam, Dewi Kali mengangkat tangannya:
“Atas puji-pujian para Dewa dan lantunan Samanveda yang merdu, yang menyambutkku dengan penuh hormat aku akan manganugrahkan satu permintaan kepada para Dewa. Namun sebelumnya..aku ingin mendengar apa yang telah Mahguru Brahaspathi lakukan selama ini sehingga para dewa membiarkan manusia melampui batasnya?”. Mendengar permintaan Mahakali, Mahaguru Brakaspathi segara ke tengah paseban dan menyura dengan sangat hormat dan taksim.

“Hamba paduka…ini adalah kelalaian kami para dewa. Hamba sebagai guru para dewa juga merasa gagal untuk dalam membangun karakter mereka..ampunilah hamba paduka. Sebagai guru mereka hamba akan segera melakukan evaluasi apa yang terjadi sehingga manusia mengalami kealpaan dalam menjalankan swadharmanya:, kata Brahaspathi.

“Mahaguru Brahaspati Aku menasehatimu, sesekali engkau juga harus belajar dari Mahaguru Sukrachaya yang bijaksana. Meskipun saudaramu itu memilih menjadi guru para Asura dan Raksasa, tetapi dalam hal hal tertentu mereka memiliki kemuliaan. Ingatlah Raksana, Asura dan para Dewa adalah saudara kandung lain Ibu. Ingatlah pada keagungan gurumu sendiri Maharsi Pulasya, sebagai ayah mereka. Bila ini dapat diwujudkan alam semesta akan mengalami keseimbangan. AKu sebagai penguasa kali, juga memiliki batasan sebagaimana tugasku. Apakah engkau paham maksudku Mahaguru Brahaspati?”. Mendengar sabda Mahkali, Mahaguru Brahaspati sujud dan bersimpuh menundukkan kepalanya di lantai pertanda taklum.

“Daulat paduka…hamba akan melakukan perintahMu”, sebelum selesai perkataanya. Muncul Mahaguru Sukracharya, yang memegang tongkatnya melebihi tinggi badannya.

“Daulat paduka…, kata Mahaguru Sukracharya.

Mahakali tersenyum kemudian meninggikan suaranya sehingga menjadi lengkingan yang memekakkan telinga, beberapa dewa tampak terkulai di kursinya. Mahaguru Barahsapathi dan Mahaguru SUkracharya menundukkan kepalanya sujud lebih dalam. Lalu mereda dan tampak, Singa Maharaja bangkit dan siap ditunggangi Mahakali. Mahakli bestana di ats punggung SInga Maharaja, lalu singa itu melangkah ke tengah paseban dimana berdiri dengan hormat SUkarachaya dan Brahaspati sert Raja Dewa Indra. Setelah tiba di depan ketika dewa itu, Mahakali berhenti dan berkata:
“Sukracharya engkau sudah mendengar kata kataku, laksanakanlah. Dan engkau Raja Para Dewa…Indra aku anugrahkan satu permintaan, katakanlah”.

Dewa Indra bergetar dan menengankan dirinya, lalu berkata: “Hamba paduka…Engkau penguasa alam semesta ini atas anugrahMu kami para dewa akan mendapatkan kebahagian. Atas seijin dari Guruku Mahaguru Brahaspathi dan Paman Mahaguru SUkracahra aku memohon satu anugrahMu: musnahkanlah bangsa Krimee dan Krimenagj Raj”.

Mendengar permohonan Dewa Indra, Mahakali menoleh pada Krimee Raja. Krime raja nampak mengigil. Dewi Mahakali kemudian bersabda:
”Indra..karena kebaikanmu yang telah menerimaku dengan sangat baik permohonamu tidak aku penehu seluruhnya….Krimee Raja tidak boleh musnah karena ia bagain dari upaya membangun keseimbangan alam semesta. Namun aku pastikan Krimee Raja akan meredakan dan mengembalikan seluruh krime ke kandangnya. Krime akan tetap ada sebatas pada tujuan untuk keseimbangan alam. Karena ini sudah terlanjur melewati batasan aku juga akan memberikan hukuman kepada Krimee Raja. Namun engkau harus berjanji kepadaKu Indra..engkau harus mampu membangun aklak manusia menuju pada pengabdian yang tulus tanpa pamerih. AKu tahu tidak mudah mencapai itu..namun bila mereka bertekad bangsa krime akan takluk. Camkanlah kata kataku, bersamaan dengan berakhirnya kata kata itu, Mahakali lenyap secara gaib dari pandangan para Dewa.

“Narayan..Narayan..Narayan…Engkau telah mendapat anugrah sesuai dengan apa yang engkau inginkan Dewa Indra. Mungkin beberapa Manwantara,,,engkau tidak akan dapat menemui Mahakali lagi… Narayan….. narayan……narayan..”, kemudian Dewarsi Narada Gaib.

Mahaguru Sukracharya dan Mahaguru Brahaspathi saling berpelukan. Indra diberi puji-pujian oleh para dewa. Lantunan Samanveda terdengar di langin dan suara gamelan dewata. Manusia di dunia juga telah mulai berhasil menemukan pamungkas Corona Virus. Orang orang semakin rajin malakukan ibadah, dan mendirikan tempat tempat pemujaan di kantong kantong umat manusia. Mereka akan menuju pada kasih sejati (Kendari, 14.04.2020/10.41).

Unaaha, 26 April 2020 
Post By Bindu Konawe (INS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar