“SRADDHA”
(Dharma Tula Bindu Konawe Bersama
Sahabat Bindu Konawe)
Oleh : I Nengah Sumendra
|
Om Swastyastu,
Asung kerta waranugraha Ida Sanghyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa, kembali Bindu Konawe bersua ditengah-tengah keseharian Umat Sedharma, dalam siar ataupun pewartaan ajaran Agama Hindu lewat tulisan singkat ini. Adapun tema yang dapat Bindu Konawe haturkan pada kesempatan ini yaitu : “Sraddha”.
Umat sedharma
sebagai Wedantana dan Wedantini dimanapun berada, pada pewartaan kali ini, dibuat
dalam bentuk Dharma Tula atau diskusi tentang ajaran agama Hindu antara
Bindu Konawe dengan para sahabat Bindu Konawe di halaman Blogger Media Informasi Penyelenggara Hindu Kantor Kementerian Agama Kabupaten Konawe. Berikut dagelan singkat Dharma Tula yang dimaksud, selamat menyimak.
Bindu Konawe :
Para
sahabat Bindu Konawe sebelum kita mulai Dharma
Tula ini, mari bersama-sama mengucapkan salam panganjali umat: Om Swastyastu,
Sahabat
Bindu Konawe yang Wedantana dan Wedantini, sebuah kehormatan bagi Bindu
Konawe dan terimakasih kami ucapakan karena telah berkenan datang untuk bersua
bersama di Pasraman Media Informasi
Bindu Konawe ini.
Sahabat Bindu
Konawe :
Om Swastyastu Bindu Konawe, terimakasih pula
kami ucapkan atas perkenannya Bindu Konawe meluangkan waktunya menerima
kedatangan kami. Dengan kerendahan hati kami semua datang untuk mendengarkan
tutur agama Hindu sekaligus berdharma tula dengan Bindu Konawe.
Bindu Konawe :
Mimih Dewata Ratu, Angayubagia
Sih Hyang Widhi Wasa,
santai saja, silahkan dicicipi dulu minuman dan jaje lempog (bhs bali) untuk menghangatkan suasana bersua kita kali
ini.
Bailah
Para Sahabat Bindu Konawe, Agama Hindu disebut pula dengan Hindu Dharma, Vaidika Dharma (Pengetahuan Kebenaran)
atau Sanatana Dharma (Kebenaran
Abadi). Agama Hindu menempatkan pustaka suci Veda sebagai sumber kebenaran
tertinggi yang bersifat statis “sanatana”
(kekal abadi) dan dinamis “nutana”
(relevan dengan perkembangan zaman ataupun tampil dalam peremajaan sesuai
dengan zaman-nya).
Hal
mutlak yang harus dimiliki oleh seseorang yang memeluk agama Hindu adalah
keyakinan (sraddha) yang kokoh, teguh
atau ketetapan hati yang mantap terhadap ajaran agama Hindu yang dianutnya. Tanpa
sebuah keyakinan atau keimanan mustahil umat Hindu akan memiliki ketaqwaan dan
kepatuhan atau rasa bhakti kepada ajaran agamanya. Oleh sebab itu dalam agama
Hindu sraddha menjadi mutlak yang
harus ditanamkan pun dipatri dalam setiap hati sanubari umatnya.
Sahabat Bindu
Konawe :
Mohon
maaf Bindu Konawe, izinkan kami memtong ulasan dari Bindu Konawe. Apakah
Sraddha itu Bindu Konawe, sehingga begitu penting bagi umat Hindu untuk
mengetahui dan memahaminya ?
Bindu Konawe :
Baiklah
para sahabat Bindu Konawe yang prema santih,
sebelum Bindu Konawe mengulas tentang tentang keutamaan dan pentingnya ajaran
Agama Hindu tentang Sraddha, maka hal
yang pertama patut kita ketahui dan pahami adalah arti ataupun dimensi makna
dari kata “Sraddha” itu.
Secara
etimologi kata sraddha, berasal dari
bahasa Sanskerta ‘sraddhā’ itu
berasal dari akar kata śrat, sebuah
akar kata benda yang berarti ‘hati’
dan akar kata dhā yang berarti
menempatkan. Dengan demikian kata sraddha berarti: ‘menempatkan hati
seseorang pada sesuatu’.
Menurut
beberapa sumber sraddha mengandung
pengertian diantaranya : keimanan, kepercayaan, keyakinan, penuh kepercayaan,
penuh keimanan, percaya kepada, loyal, percaya dengan wahyu suci, kepercayaan
agama, ketenangan pikiran, kerukunan, keakraban, rasa hormat, penghormatan,
keinginan kuat atau berapi-api, dan keinginan seorang wanita hamil. Kata sraddha juga dijumpai dalam Vajasaneyi Samhita, disebutkan bahwa sraddha adalah kebenaran dan asraddha adalah dusta.
Sumber
lain juga disebutkan bahwa sraddha berasat dari kata ‘śrat’ sebagai salah satu sinonim dari kebenaran (satyanamani) dan sraddha sebagai ‘sikap
pikiran berdasarkan kebenaran’. Sraddha juga sebagai astikyabuddhi, yaitu penegasan sikap mental atau visvasa, kepercayaan. Ia juga
menguraikan visvasa sebagai paraloka visvasa yaitu, kepercayaan akan dunia setelah kematian. Sraddha juga mengandung makna ;
penghormatan yang tinggi, kepercayaan, suatu bentuk tertentu dari keinginan
manusia, dan menjelaskan śraddhādhanah
sebagai mereka yang memiliki kepercayaan dalam dan semangat pada pelaksanaan
ritualistik.
Selanjutnya
dari berbagai macam penafsiran pengertian sraddha,
bahwa sraddha yaitu; menyatakan suatu
keinginan hati akan sesuatu, dan suatu kepercayaan atau keyakinan pada sesuatu
untuk mewujudkan keinginan tersebut. Kedua makna ini mengacu pada fungsi-fungsi
hati (nurani).
Berdasarkan
beberapa sumber di atas, dapat dijelaskan bahwa kata Sraddha berasal dari bahasa sanskerta yang mengandung arti
diantaranya; keyakinan, keimanan, kepercayaan, kerukunan dan keakraban, rasa
hormat dan penghormatan, penegasan sikap mental, keinginan hati, kemantapan
hati, ketenangan pikiran; yang tak tergoyahkan terhadap kebenaran dan kesucian
yang terkandung dalam kitab suci atau sastra suci, serta kode/tanda moral dan
ritual yang dikandungnya.
Sraddha adalah keyakinan, kepercayaan,
penegasan sikap mental, keinginan hati, kemantapan hati (nurani), ketenangan
dan kesucian pikiran, perkataan dan tindakan; yang melandasi umat Hindu
terhadap keberadaan dan kebenaran semua ajaran Agama Hindu dalam kerangka “Tattwa dan atau filsafat, Susila, Acara dan Sadhana” yang
bersumber dari pustaka suci Veda ataupun susastra suci-nya dalam dimensi yang
mencakup kesegala arah dan aspek kehidupan, baik itu keberadaan yang bersifat
spiritual (rohani) dan fisikal (jasmani), kehidupan sakala ataupun niskala.
Sahabat Bindu
Konawe :
Terimakasih
Bindu Konawe atas ulasan dari kata Sraddha,
selanjutnya apa keutamaan dari Sraddha
itu Bindu Konawe ?
Bindu Konawe :
Selanjutnya
para sahabat Bindu Konawe, bila diandaikan seperti sebuah bangunan rumah, dalam
struktur bangunan rumah, agar bangunan rumah itu dapat berdiri dengan kokoh,
maka membutuhkan pondasi ataupun
landasan yang kuat sebagai sebuah dasar dan penyangga agar unsur-unsur bangunan
rumah yang lainnya dapat berdiri tegak dan kokoh sebagai sebuah bangunan rumah.
Dalam pengandaian ini, Sraddha tak ubahnya seperti Pondasi pun Penyangganya, yaitu sebagai pondasi dan penyangga dari seluruh
komponen/unsur dari bangunan rumah itu.
Demikianlah
pula dalam beragama Hindu “Sraddha”
adalah salah satu prinsip-prinsip dasar yang bersifat absolut/mutlak dalam
beragama Hindu. Mengingat dimensi arti dan makna dari Sraddha bagi umat Hindu mencakup kesegala arah dan aspek kehidupan,
baik itu keberadaan yang bersifat spiritual (rohani) dan fisikal (jasmani),
kehidupan sakala ataupun niskala.
Sraddha adalah sikap mental, kemantapan
hati dan ketenangan pikiran dalam keyakinan, kepercayaan, keimanan dan sujud
hormat tanpa harus menuntut dibuangnya nurani dan setiap pikiran yang
independen dan kritis, karena dalam sraddha
juga mengandung keharmonisan dan kepuasan batin (atmanastusti). Sraddha hanya membutuhkan sikap
kontemplasi yang tunduk hati yang dilandasi niat suci secara tulus-ikhlas guna
mewujudkan pergerakan pikiran dan rasa keinginan yang berapi-api untuk mencari
pun memperoleh kebenaran (satya). Sraddha memberikan ruang bagi umat Hindu
untuk mengembangkan setiap pikiran keilmuan (sains dan tekhnologi) dan
kefilsafatan-nya. Namun demikian Sraddha
lebih tepat dijelaskan dalam terminologi Tattwa
dibandingkan dalam terminologi teologi ataupun darsana atau filsafat Weda.
Sraddha menjadi landasan pokok yang
mutlak harus terpatri dalam setiap hati sanubari umat Hindu. Dengan
berlandaskan sraddha-lah umat Hindu
mencetuskan rasa keagamaannya untuk ber-bhakti
secara tulus ikhlas terhadap keberadaan dan kebenaran semua ajaran Agama Hindu
dalam kerangka dasar tattwa, susila, acara dan sadhana yang bersumber dari pustaka suci Veda ataupun susastra
suci-nya dalam dimensi yang mencakup kesegala arah dan aspek kehidupan, baik
itu keberadaan yang bersifat spiritual (rohani) dan fisikal (jasmani),
kehidupan sakala ataupun niskala.
Lima
Dasar yang menjadi pokok sraddha
dalam Agama Hindu, disebut dengan Panca
Sraddha. Panca sraddha adalah kebenaran mutlak yang harus diyakini
dan dipercaya oleh umat Hindu sebagai landasan iman dalam kemantapan hati dan
ketenangan batinnya. Panca Sraddha yang dimaksud yaitu; (1) Percaya dengan adanya Tuhan (Brahman).
(2) Percaya dengan adanya Jiwa (Atman).
(3) Percaya dengan adanya Hukum Karma Phala. (4) Percaya dengan adanya Punarbhawa atau Samsara.
(5) Percaya dengan adanya Moksa.
Aspek
penting dalam kehidupan beragama adalah keyakinan (Sraddha). Sraddha mempunyai fungsi dan kedudukan yang khas dalam
struktur dan sistem ajaran agama dan keagamaan Hindu. Sraddha memiliki fungsi sebagai kerangka, bentuk dan isi dari agama
Hindu. Dengan melihat tampilan atau tanda dari keyakinan seseorang dapat
menjadi identitas atau mengetahui agama seseorang itu. Seseorang yang memiliki
keyakinan Panca Sraddha dapat
dipastikan bahwa seseorang itu beragama Hindu, demikian juga dengan tampilan
atau tanda bagi keyakinan yang lainnya. Sraddha
juga berfungsi sebagai alat atau sarana dalam mengantarkan umat Hindu untuk mencapai segala ikhtiar yang menjadi
keinginannya ataupun tujuan hidup-nya.
Keutamaan
ataupun pentingnya penguatan Sraddha bagi
umat Hindu, itu dipertegas dengan beberapa mantra/sloka-sloka suci dalam kitab suci Weda
maupun susastra suci-nya. Kitab Yajur
Veda dalam Adhyaya XIX Sloka 30, menyebutkan bahwa dengan
sraddha seseorang itu dapat mencapai kebenaran (satya). Tersurat sebagai
berikut ;
Vratena dīkṣām
āpnoti dīkṣayāpnoti dakṣiņām,
Dakṣiņā śraddhām
āpnoti śraddhayā satya āpyate.
Terjemahannya
:
Melalui
pengabdian (vrata) orang memperoleh
kesucian (diksam), dengan diksa
seseorang memperoleh anugrah (daksina).
Dengan daksina seseorang mendapatkan sraddha,
dengan sraddha seseorang memperoleh kebenaran (satya).
Dimensi
sraddha dari sloka Yayur Veda itu bukalanlah dimaknai hanya
semata-mata dalam ranah sraddha
terhadap ajaran agama, namun juga pada dimensi yang lainnya yaitu dimensi sraddha dalam ranah pergerakan
dasar-dasar keilmuan (sains dan tekhnologi) dan kefilsafatan yang terkandung
dalam kitab suci Veda dan susastra
suci-nya.
Para
Sahabat Bindu Konawe, tidak hanya itu keutamaan dari sraddha, masih banyak yang lainnya, dijelaskan pula bahwa dengan sraddha mereka mencapai Tuhan, tanpa sraddha mereka hancur dan binasa, dan tanpa
sraddha tak ada kebahagiaan, dan
seterusnya.
Atas
dasar sraddha dalam dimensi yang
tidak hanya terpusat pada ajaran agama itulah, umat Hindu tidak dibenarkan
untuk melakukan pembenaran terhadap pergerakan pikiran, perkataan dan
tindakannya yang tidak dilandasi oleh sraddha.
Kitab suci Veda mengandung pesan dan perintah untuk menempatkan sraddha sebagai landasan dan sarana
dalam segala aspek ataupun disiplin hidup yang dijalaninya, baik itu keberadaan
yang bersifat spiritual (rohani) dan fisikal (jasmani), kehidupan sakala
ataupun niskala. Penegasan ini disampaikan karena masih banyak umat Hindu masih
mensekat-sekat secara terpisah, bahwa
ajaran Agama tak ada hubungannya dengan bidang-bidang ilmu, sains dan tekhnologi.
Ini adalah pemahaman yang keliru dan patut untuk dingatkan dan diluruskan.
Sahabat Bindu
Konawe :
Terimakasih
Bindu Konawe, ulasanya sudah cukup bagi kami untuk mengetahui dan memahami
tentang arti dan dimensi makna serta keutamaan dari Sraddha itu bagi Umat
Hindu, semoga kita semua dapat menjadi seorang wedantana dan wedantini seperti ajaran Sraddha yang dimaksud. Astungkara
swaha.
Bindu Konawe :
Bailah
para sahabat, Bindu Konawe kira sudah cukup ulasan tentang tema dharma tula kita kali ini, semoga
bermanfaat, Bindu Konawe akhiri dengan puja
mantra, Om Guru Brahma Guru Visnu, Guru
Deva Mahesvara, Guru Saksat Parambrahma, Tasmai Sri Gurave namah.Om Santih,
Santih, Santih Om.
Unaaha,
12 April 2020
Post
By Bindu Konawe
Desain
Gambar : INS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar