BINDU KONAWE - MEDIA INFORMASI

SLOGAN BLOG BINDU KONAWE

<<SELAMAT DATANG DI BINDU KONAWESELAMAT DATANG DI BINDU KONAWE >>

Minggu, 12 April 2020

“SRADDHA” (Dharma Tula Bindu Konawe Bersama Sahabat Bindu Konawe)

“SRADDHA”
(Dharma Tula Bindu Konawe Bersama Sahabat Bindu Konawe)
Oleh : I Nengah Sumendra 

Om Swastyastu,
Asung kerta waranugraha Ida Sanghyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa, kembali Bindu Konawe bersua ditengah-tengah keseharian Umat Sedharma, dalam siar ataupun pewartaan ajaran Agama Hindu lewat tulisan singkat ini. Adapun tema yang dapat Bindu Konawe haturkan pada kesempatan ini yaitu : “Sraddha”.    

Umat sedharma sebagai Wedantana dan Wedantini dimanapun berada, pada pewartaan kali ini, dibuat dalam bentuk Dharma Tula atau diskusi tentang ajaran agama Hindu antara Bindu Konawe dengan para sahabat Bindu Konawe di halaman Blogger Media Informasi Penyelenggara Hindu Kantor Kementerian Agama Kabupaten Konawe. Berikut dagelan singkat Dharma Tula yang dimaksud, selamat menyimak. 

Bindu Konawe :
Para sahabat Bindu Konawe sebelum kita mulai Dharma Tula ini, mari bersama-sama mengucapkan salam panganjali umat: Om Swastyastu, 

Sahabat Bindu Konawe yang Wedantana dan Wedantini, sebuah kehormatan bagi Bindu Konawe dan terimakasih kami ucapakan karena telah berkenan datang untuk bersua bersama di Pasraman Media Informasi Bindu Konawe ini.

Sahabat Bindu Konawe :
Om Swastyastu Bindu Konawe, terimakasih pula kami ucapkan atas perkenannya Bindu Konawe meluangkan waktunya menerima kedatangan kami. Dengan kerendahan hati kami semua datang untuk mendengarkan tutur agama Hindu sekaligus berdharma tula dengan Bindu Konawe.

Bindu Konawe : 
Mimih Dewata Ratu, Angayubagia Sih Hyang Widhi Wasa, santai saja, silahkan dicicipi dulu minuman dan jaje lempog (bhs bali) untuk menghangatkan suasana bersua kita kali ini.

Bailah Para Sahabat Bindu Konawe, Agama Hindu disebut pula dengan Hindu Dharma, Vaidika Dharma (Pengetahuan Kebenaran) atau Sanatana Dharma (Kebenaran Abadi). Agama Hindu menempatkan pustaka suci Veda sebagai sumber kebenaran tertinggi yang bersifat statis “sanatana” (kekal abadi) dan dinamis “nutana” (relevan dengan perkembangan zaman ataupun tampil dalam peremajaan sesuai dengan zaman-nya).

Hal mutlak yang harus dimiliki oleh seseorang yang memeluk agama Hindu adalah keyakinan (sraddha) yang kokoh, teguh atau ketetapan hati yang mantap terhadap ajaran agama Hindu yang dianutnya. Tanpa sebuah keyakinan atau keimanan mustahil umat Hindu akan memiliki ketaqwaan dan kepatuhan atau rasa bhakti kepada ajaran agamanya. Oleh sebab itu dalam agama Hindu sraddha menjadi mutlak yang harus ditanamkan pun dipatri dalam setiap hati sanubari umatnya.

Sahabat Bindu Konawe :
Mohon maaf Bindu Konawe, izinkan kami memtong ulasan dari Bindu Konawe. Apakah Sraddha itu Bindu Konawe, sehingga begitu penting bagi umat Hindu untuk mengetahui dan memahaminya ?

Bindu Konawe :  
Baiklah para sahabat Bindu Konawe yang prema santih, sebelum Bindu Konawe mengulas tentang tentang keutamaan dan pentingnya ajaran Agama Hindu tentang Sraddha, maka hal yang pertama patut kita ketahui dan pahami adalah arti ataupun dimensi makna dari kata “Sraddha” itu.

Secara etimologi kata sraddha, berasal dari bahasa Sanskerta ‘sraddhā’ itu berasal dari akar kata śrat, sebuah akar kata benda yang berarti ‘hati’ dan akar kata dhā yang berarti menempatkan.  Dengan demikian kata sraddha berarti: ‘menempatkan hati seseorang pada sesuatu’.

Menurut beberapa sumber sraddha mengandung pengertian diantaranya : keimanan, kepercayaan, keyakinan, penuh kepercayaan, penuh keimanan, percaya kepada, loyal, percaya dengan wahyu suci, kepercayaan agama, ketenangan pikiran, kerukunan, keakraban, rasa hormat, penghormatan, keinginan kuat atau berapi-api, dan keinginan seorang wanita hamil. Kata sraddha juga dijumpai dalam Vajasaneyi Samhita, disebutkan bahwa sraddha adalah kebenaran dan asraddha adalah dusta.

Sumber lain juga disebutkan bahwa sraddha berasat dari kata ‘śrat’ sebagai salah satu sinonim dari kebenaran (satyanamani) dan sraddha sebagai ‘sikap pikiran berdasarkan kebenaran’. Sraddha juga sebagai astikyabuddhi, yaitu penegasan sikap mental atau visvasa, kepercayaan. Ia juga menguraikan visvasa sebagai paraloka visvasa yaitu, kepercayaan akan dunia setelah kematian. Sraddha juga mengandung makna ; penghormatan yang tinggi, kepercayaan, suatu bentuk tertentu dari keinginan manusia, dan menjelaskan śraddhādhanah sebagai mereka yang memiliki kepercayaan dalam dan semangat pada pelaksanaan ritualistik.

Selanjutnya dari berbagai macam penafsiran pengertian sraddha, bahwa sraddha yaitu; menyatakan suatu keinginan hati akan sesuatu, dan suatu kepercayaan atau keyakinan pada sesuatu untuk mewujudkan keinginan tersebut. Kedua makna ini mengacu pada fungsi-fungsi hati (nurani).

Berdasarkan beberapa sumber di atas, dapat dijelaskan bahwa kata Sraddha berasal dari bahasa sanskerta yang mengandung arti diantaranya; keyakinan, keimanan, kepercayaan, kerukunan dan keakraban, rasa hormat dan penghormatan, penegasan sikap mental, keinginan hati, kemantapan hati, ketenangan pikiran; yang tak tergoyahkan terhadap kebenaran dan kesucian yang terkandung dalam kitab suci atau sastra suci, serta kode/tanda moral dan ritual yang dikandungnya.

Sraddha adalah keyakinan, kepercayaan, penegasan sikap mental, keinginan hati, kemantapan hati (nurani), ketenangan dan kesucian pikiran, perkataan dan tindakan; yang melandasi umat Hindu terhadap keberadaan dan kebenaran semua ajaran Agama Hindu dalam kerangka “Tattwa dan atau filsafat, Susila, Acara dan Sadhana” yang bersumber dari pustaka suci Veda ataupun susastra suci-nya dalam dimensi yang mencakup kesegala arah dan aspek kehidupan, baik itu keberadaan yang bersifat spiritual (rohani) dan fisikal (jasmani), kehidupan sakala ataupun niskala.


Sahabat Bindu Konawe :
Terimakasih Bindu Konawe atas ulasan dari kata Sraddha, selanjutnya apa keutamaan dari Sraddha itu Bindu Konawe ?


Bindu Konawe :
Selanjutnya para sahabat Bindu Konawe, bila diandaikan seperti sebuah bangunan rumah, dalam struktur bangunan rumah, agar bangunan rumah itu dapat berdiri dengan kokoh, maka  membutuhkan pondasi ataupun landasan yang kuat sebagai sebuah dasar dan penyangga agar unsur-unsur bangunan rumah yang lainnya dapat berdiri tegak dan kokoh sebagai sebuah bangunan rumah.  Dalam pengandaian ini, Sraddha tak ubahnya seperti Pondasi pun Penyangganya, yaitu sebagai pondasi dan penyangga dari seluruh komponen/unsur dari bangunan rumah itu.

Demikianlah pula dalam beragama Hindu “Sraddha” adalah salah satu prinsip-prinsip dasar yang bersifat absolut/mutlak dalam beragama Hindu. Mengingat dimensi arti dan makna dari Sraddha bagi umat Hindu mencakup kesegala arah dan aspek kehidupan, baik itu keberadaan yang bersifat spiritual (rohani) dan fisikal (jasmani), kehidupan sakala ataupun niskala.  

Sraddha adalah sikap mental, kemantapan hati dan ketenangan pikiran dalam keyakinan, kepercayaan, keimanan dan sujud hormat tanpa harus menuntut dibuangnya nurani dan setiap pikiran yang independen dan kritis, karena dalam sraddha juga mengandung keharmonisan dan kepuasan batin (atmanastusti). Sraddha hanya membutuhkan sikap kontemplasi yang tunduk hati yang dilandasi niat suci secara tulus-ikhlas guna mewujudkan pergerakan pikiran dan rasa keinginan yang berapi-api untuk mencari pun memperoleh kebenaran (satya). Sraddha memberikan ruang bagi umat Hindu untuk mengembangkan setiap pikiran keilmuan (sains dan tekhnologi) dan kefilsafatan-nya. Namun demikian Sraddha lebih tepat dijelaskan dalam terminologi Tattwa dibandingkan dalam terminologi teologi ataupun darsana atau filsafat Weda.

Sraddha menjadi landasan pokok yang mutlak harus terpatri dalam setiap hati sanubari umat Hindu. Dengan berlandaskan sraddha-lah umat Hindu mencetuskan rasa keagamaannya untuk ber-bhakti secara tulus ikhlas terhadap keberadaan dan kebenaran semua ajaran Agama Hindu dalam kerangka dasar tattwa, susila, acara dan sadhana yang bersumber dari pustaka suci Veda ataupun susastra suci-nya dalam dimensi yang mencakup kesegala arah dan aspek kehidupan, baik itu keberadaan yang bersifat spiritual (rohani) dan fisikal (jasmani), kehidupan sakala ataupun niskala.

Lima Dasar yang menjadi pokok sraddha dalam Agama Hindu, disebut dengan Panca Sraddha. Panca sraddha  adalah kebenaran mutlak yang harus diyakini dan dipercaya oleh umat Hindu sebagai landasan iman dalam kemantapan hati dan ketenangan batinnya. Panca Sraddha yang dimaksud yaitu; (1)  Percaya dengan adanya  Tuhan (Brahman). (2)  Percaya dengan adanya  Jiwa (Atman). (3)  Percaya dengan adanya Hukum Karma Phala. (4)  Percaya dengan adanya Punarbhawa atau Samsara. (5)  Percaya dengan adanya Moksa.

Aspek penting dalam kehidupan beragama adalah keyakinan (Sraddha). Sraddha mempunyai fungsi dan kedudukan yang khas dalam struktur dan sistem ajaran agama dan keagamaan Hindu. Sraddha memiliki fungsi sebagai kerangka, bentuk dan isi dari agama Hindu. Dengan melihat tampilan atau tanda dari keyakinan seseorang dapat menjadi identitas atau mengetahui agama seseorang itu. Seseorang yang memiliki keyakinan Panca Sraddha dapat dipastikan bahwa seseorang itu beragama Hindu, demikian juga dengan tampilan atau tanda bagi keyakinan yang lainnya. Sraddha juga berfungsi sebagai alat atau sarana dalam mengantarkan umat Hindu  untuk mencapai segala ikhtiar yang menjadi keinginannya ataupun tujuan hidup-nya.

Keutamaan ataupun pentingnya penguatan Sraddha bagi umat Hindu, itu dipertegas dengan beberapa mantra/sloka-sloka suci dalam kitab suci Weda maupun susastra suci-nya. Kitab Yajur Veda dalam Adhyaya XIX Sloka 30, menyebutkan bahwa dengan sraddha seseorang itu dapat mencapai kebenaran (satya). Tersurat sebagai berikut ;

Vratena dīkṣām āpnoti dīkṣayāpnoti dakṣiņām,
Dakṣiņā śraddhām āpnoti śraddhayā satya āpyate.
Terjemahannya :
Melalui pengabdian (vrata) orang memperoleh kesucian (diksam), dengan diksa seseorang memperoleh anugrah (daksina). Dengan daksina seseorang mendapatkan sraddha,  dengan sraddha seseorang memperoleh kebenaran (satya).

Dimensi sraddha dari sloka Yayur Veda itu bukalanlah dimaknai hanya semata-mata dalam ranah sraddha terhadap ajaran agama, namun juga pada dimensi yang lainnya yaitu dimensi sraddha dalam ranah pergerakan dasar-dasar keilmuan (sains dan tekhnologi) dan kefilsafatan yang terkandung dalam kitab suci Veda dan susastra suci-nya.

Para Sahabat Bindu Konawe, tidak hanya itu keutamaan dari sraddha, masih banyak yang lainnya, dijelaskan pula bahwa dengan sraddha mereka mencapai Tuhan, tanpa sraddha mereka hancur dan binasa, dan tanpa sraddha tak ada kebahagiaan, dan seterusnya.

Atas dasar sraddha dalam dimensi yang tidak hanya terpusat pada ajaran agama itulah, umat Hindu tidak dibenarkan untuk melakukan pembenaran terhadap pergerakan pikiran, perkataan dan tindakannya yang tidak dilandasi oleh sraddha. Kitab suci Veda mengandung pesan dan perintah untuk menempatkan sraddha sebagai landasan dan sarana dalam segala aspek ataupun disiplin hidup yang dijalaninya, baik itu keberadaan yang bersifat spiritual (rohani) dan fisikal (jasmani), kehidupan sakala ataupun niskala. Penegasan ini disampaikan karena masih banyak umat Hindu masih mensekat-sekat secara terpisah,  bahwa ajaran Agama tak ada hubungannya dengan bidang-bidang ilmu, sains dan tekhnologi. Ini adalah pemahaman yang keliru dan patut untuk dingatkan dan diluruskan.

Sahabat Bindu Konawe :
Terimakasih Bindu Konawe, ulasanya sudah cukup bagi kami untuk mengetahui dan memahami tentang arti dan dimensi makna serta keutamaan dari Sraddha itu bagi Umat Hindu, semoga kita semua dapat menjadi seorang wedantana dan wedantini  seperti ajaran Sraddha yang dimaksud. Astungkara swaha.

Bindu Konawe :
Bailah para sahabat, Bindu Konawe kira sudah cukup ulasan tentang tema dharma tula kita kali ini, semoga bermanfaat, Bindu Konawe akhiri dengan puja mantra, Om Guru Brahma Guru Visnu, Guru Deva Mahesvara, Guru Saksat Parambrahma, Tasmai Sri Gurave namah.Om Santih, Santih, Santih Om.

Unaaha, 12 April 2020
Post By Bindu Konawe
Desain Gambar : INS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar