Niat
Untuk Bahagia Terhalang Sifat Dualisme Yang Menyesatkan
Oleh : Puspajyothi
Om Swastyastu.
Semoga semua mahluk selamat dan
berbahagia.
Keindahan alam, dengan sinar matahari
pagi yang cerah disertai hawa sejuk menciptakan pelangi panorama yang memesona.
Hati siapa saja menjadi tenang dan damai. Badan adalah buanA alit dan alam
semesta adalah buana agung. Buana alit tidak bisa terpisah dengan buana agung.
Bila kemudian di pagi hari sinar matahAri tidak nampak, terlihat mendung
menggumpal dan gelap, tiada keindahan yang nampak. Hati siapa saja kecut dan
tidak bergairah, panorama alam nampak menyedihkan bahkan menampakkan derita.
Begitulah kehidupan manusia pasang surut
silih berganti seperti ombak di pantai. Seperti roda pedati yang terus berputar
dari posrosnya, naik turun silih berganti. Menerima keadaaan ini dengan lapang,
menerima dualisme ini dengan lapang adalah cermin dari kesadaran sejati. Hidup
dipermainkan oleh pikiran yang aktif. Pikiran bagaikan anak monyet yang tiada
pernah berhenti bergerak, tidur sekalipun. Pikiran selalu bercabang dan terus
berubah ubah, yang membuat kebingungan. Dalam Pustaka Suci Bhagawad Gita VII.27
disebutkan:
“Icchā-dveṣa-samutthena
dvandva-mohena bhārata sarva-bhūtāni saṁmohaṁ sarge yānti parantapa” Artinya:
“Wahai Arjuna, karena dibingungkan oleh pasangan yang saling berlawanan, yang
muncul dari keinginan dan kebencian, semua mahluk di dunia ini menjadi tersesat,
wahai penakluk musuh (Arjuna)”
Kebingungan yang berkepanjangan
menciptakan penderitaan dan akhirnya kegelapan bahkan tersesat (awidya). Ada yang selalu berpasangan
dalam hidup ini: suka-duka, senang-susah, sakit-sehat, sakral-provan,
sekala-niskala. Dualitas ini menciptakan kebingungan. Sifat ini harus disadari
dengan baik. Umat Hindu beruntung, karena ajaran Hindu menuntun umat manusia
untuk terlepas dari kegelapan dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan (Hyang Widi Wasa) untuk memahmai diri yang
sejati, melalui tiga kegiatan yaitu: (1) yajna,
melakukan kurban suci sesuai dengan tuntunan ajaran Weda; (2) dhanam, mengembangkan dan melakukan dana
punia (kedermawanan) kepada yang berhak memperoleh secara tulus – iklas; dan
(3) thapasya, melakukan pengendalian
diri dan pengekangan panca indera.
Dengan melakukan tiga hal tersebut, dan
terus melakukan pemujaan sesuai dengan waktu yang ditetapkan, menyebutkan nama
suci Tuhan dengan penuh takjub dan kehormatan, seseorang akan diantarkan kepada
wujud yang terang (Widyajnanam).
Orang orang ini, penganut yang setia, penyembah yang dilandasi cinta kasih
menjadi manusia manusia yang hidupnya tenang dan damai. Mereka adalah solusi
menuju keharmonisan hidup, kesejahteraan umat manusia.
Semoga tiada halagan yang melintang
dalam menjalankan hidup.
Om
santih santih santih Om.
Kendari, 11/09/2020/ 7.03
Unaaha, 12 September 2020 (INS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar