Untuk
Bahagia Harus Iklas Melepaskan
Oleh : Puspajyothi
Om
Swastyastu,
Doa kami untuk keselamatan dunia dan segala isinya.
Ketika hujan turun membasahi bumi, tanaman
nampak segar dan tumbuh dengan baik. Petani tersenyum karena berharap akan
penen melimpah. Di sisi lain seseorang yang sedang menjemur pakaiannya
mengumpat karena basah. Sopir ojol mengeluh masukan sedikit karena penumpang
berkurang. Penjual es di taman berharap hujan segera reda, sebab sepanjang
hujan tidak akan ada orang membeli es kopyor, es teller, es dawet dan lainnya.
Tuhan nampak sibuk dan kelelahan, para dewa kebingungan, para leluhur gelisah
memenuhi doa dan permohonan manusia yang beragam. Sesungguhnya Tuhan pertama
dan terakhir menciptakan hukum (rta) setelah itu hanya mencatat: perbuatan yang
baik (subhakarma) dan yang buruk (asubhakarma). Untuk suatu saat dijadikan
rujukan menerimakan hak hak manusia.
Mengapa manusia mementingkan dirinya sendiri?
Karena ia sangat mencintai miliknya. Sangat mencintai apa yang dianggap
miliknya. Sepanjang hidupnya ia gunakan untuk mencari sesuatu yang dapat
manusia anggap sebagai milik. Misalnya harta, kekayaan, ilmu, uang, kemasyuran,
menantu, cucu dan lainnya. Semua adalah kehendak memiliki. Keinginan kuat untuk
memiliki inilah yang menumbuhkan kebingungan, marah, irihati, dengki dan
akhirnya menderita dan sesat. Bila keinginan untuk memiliki ini semakin kuat,
seseorang akan mulai menganggu orang lain. Dunia dan harmoni sosial pasti akan
kacau.
Namun, para pemuja yang setia umat Hindu
sangat beruntung! Mengapa? Karena umat Hindu memiliki tuntunan hidup yang
sempurna untuk menghindarkan diri dari “sapta timira” (peteng pitu). Tuntunan
yang mengantarkan umat Hindu mencapai kebahagian.
Dalam Pustaka Suci Bhagawad Gita XIV:24,
dapat ditemukan ajaran untuk menuntut umat Hindu mencapai kebahagian itu:
“Sama-duḥkha-sukhaḥ
sva-sthaḥ sama-loṣṭāśmakāñcanaḥ tulya-priyāpriyo dhīras tulya-nindātma-saṁstutiḥ”
Artinya: “Ia yang memandang sama terhadap suka dan duka yang teguh
pendiriannya, yang memndang sama terhadap segumpal tanah, sebongkah batu, dan
sekeping emas, yang tetap tabah di tengah tengah hal hal yang menyenangkan
maupun yang tidak menyenangkan, yang pikirannya mantap,yang memandang sama
pujian maupun cacian”.
Untuk mendapatkan kebahagian yang
pertama harus dilakukan seseorang adalah belajar melapas dengan iklas. Bahwa
segala sesuatu yang namanya milik suatu saat akan berakhir.Bahwa semua pada
akhirnya sama. Mobil baru mewah yang dibanggakan suatu saat out of date. Rumah
bagus yang dimiliki tanpa diketahu kapan saatnya bisa terbakar, hancur karena
gempa dan banjir. Istri cantik dan anggun disaat muda akan keriput pada
saatnya. Anak anak yang dimanja saat masih kecil, suatu saat akan meninggalkan
karena membentuk keluarga baru. Akhirnya ketika saatnya tiba: menghadap
kematian, tidk ada satupun harta berteriak untuk ikut. Seseorang akan sendiri.
Namun bila seseorang memiliki kesadaran akan dirinya, ia tetap berbahagia.
Umat Hindu terus mengembangkan secara
perlahan lahan sikap yang tabah, tenang untuk menuju damai. Dengan cara selalu
sadar dan terus mendekatkan diri kepada Yang Maha Sejati, Hyang Widi Wase,
serta megikuti petunjukNya.
Semoga semua mahluk berbahagia
Om
santih santih santih Om.
Kendari, 12/09/2020/03.22
Unaaha, 12 September 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar