BINDU KONAWE - MEDIA INFORMASI

SLOGAN BLOG BINDU KONAWE

<<SELAMAT DATANG DI BINDU KONAWESELAMAT DATANG DI BINDU KONAWE >>

Minggu, 06 September 2020

Tinggalkan Tiga Sifat Untuk Bahagia


Tinggalkan Tiga Sifat Untuk Bahagia
Oleh : Puspajyothi
 
Gbr. Desin Cover
Bija Kasawur Puspajyothi

Om Swastyastu.

Teiring doa semoga semua mahluk selamat. Memohon karunia-Nya untuk mempelajari Nyanyian Gaib-Nya untuk memperoleh kemuliaan.

Umat Hindu diselamatkan oleh prilakunya yang senantiasa sadar bahwa Tuhanlah penentu semuanya. Seluruh lakunya untuk kecintaan, taat dan keteguhan atas bhakti kepada Hyang Paramakawi (Tuhan). Umat Hindu menjadi karunia bagi mahluk seisi alam karena sifat kemuliaan Tuhan yang ada di dalam dirinya. Tubuh manusia (anggasarire) adalah altar Tuhan. Tuhan bersemayam di dalam tubuh manusia dan seluruh seru sekalian alam. Kecintaan pada wujud ciptaan Tuhan, cerminan bhakti manusia kepada-Nya.

Dalam perjalanan seseorang dilekati oleh debu yang membuatnya terselimuti oleh kegelapan (awidya). Karenanya seseorang dapat menyimpang dari kodratinya, mengingkari kebenaran. Induk dari kegelapan ini adalah karena seseorang dan siapapun tidak dapat melepaskan diri dari ikatan rajas dan tamas (triguna). Karena itu, seseorang tega berbuat jahat kepada orang lainnya: berkata kasar, mencaci maki, dengki, iri hati dan berkata bohong serta membunuh. Naluri jahat manusia yang paling menonjol adalah berbohong.  Berbohong merupakan asimilasi dari keinginan, marah dan serakah, kemudian melahirkan perbuatan jahat.

Dalam Bhagawad Gita XVI. 21 disebutkan:
“Tri-vidhaṁ narakasyedaṁ dvāraṁ nāśanam ātmanaḥ kāmaḥ krodhas tathā lobhas tasmād etat trayaṁ tyajet”Artinya: “Tiga pintu gerbang ke neraka menuju jurang kehancuran diri, yaitu: kama, kroda dan loba, oleh karena itu ketiganya harus ditinggalkan”

Setiap orang memiliki keinginan (kama). Tanpa keinginan bagaimana mungkin manusia dapat melangkah lebih baik dan maju? Keinginanlah yang mendorong tindakan (karma). Keinginan tanpa kendali bermasalah. Keinginan harus dikontrol dan dikendalikan. Seseorang akan menuju jurang kehancauran bila mengikuti keinginannya yang tidak terkontrol. Bila seseorang dapat mengendalikan pikirannya dengan baik, keinginannya akan mengarah pada hal hal yang positif (subhakarma). Keinginan yang tidak terwujud menimbulkan rasa duka, sedih dan lebih kuat lagi bila menjadi marah (kroda). Adakah diantara umat Hindu yang bertahan pada situasi dimana orang orang marah? Tentu saja tidak. Seseorang yang mengumbar marahnya, akan kehilangan sosialisasi diri. Kehilangan ruang sosialnya.

Hal lain lagi, sifat yang perlu dikendalikan adalah serakah (lobha). Orang orang yang serakah selalu menghendaki benda benda material atau menguasai milik orang lain. Sudah dapat diduga orang serakah bertemu dengan orang orang pemarah akan menibumulkan kobaran api. Apalagi kedua orang ini niatnya tidak tercapai, akan mempercepat kehancuran harmoni sosial. Kesejahteraan akan menjauh, karena hilangnya keamanan dan ketertibaan. Kesejahteraan berkurang, sikap religius akan ikut menurun, persembahan dan kurban suci (yajna) akan berkurang. Dalam situasi yang tidak nyaman ini seseorang sangat mudah kehilangan karunia. Pada situasi itu leluhur, para dewa tidak akan memberikan anugrahnya.

Karena itu, mengendalikan kama, kroda dan loba menjadi syarat pertama untuk hidup dalam komunitas yang damai. Hilangkanlah tiga sifat yang menjadi gerbang menuju neraka dan kehancuraan, pesan Bhagawad Gita.

Semoga semua mahluk berbahagia.
Om santih santih santih Om.

Unaaha, 07 September 2020 (INS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar