Tinggalkan
Tiga Sifat Untuk Bahagia
Oleh : Puspajyothi
Om
Swastyastu.
Teiring doa semoga semua mahluk selamat.
Memohon karunia-Nya untuk mempelajari Nyanyian Gaib-Nya untuk memperoleh
kemuliaan.
Umat Hindu diselamatkan oleh prilakunya
yang senantiasa sadar bahwa Tuhanlah penentu semuanya. Seluruh lakunya untuk
kecintaan, taat dan keteguhan atas bhakti kepada Hyang Paramakawi (Tuhan). Umat Hindu menjadi karunia bagi mahluk
seisi alam karena sifat kemuliaan Tuhan yang ada di dalam dirinya. Tubuh
manusia (anggasarire) adalah altar Tuhan. Tuhan bersemayam di dalam tubuh
manusia dan seluruh seru sekalian alam. Kecintaan pada wujud ciptaan Tuhan,
cerminan bhakti manusia kepada-Nya.
Dalam perjalanan seseorang dilekati oleh
debu yang membuatnya terselimuti oleh kegelapan (awidya). Karenanya seseorang dapat menyimpang dari kodratinya,
mengingkari kebenaran. Induk dari kegelapan ini adalah karena seseorang dan
siapapun tidak dapat melepaskan diri dari ikatan rajas dan tamas (triguna).
Karena itu, seseorang tega berbuat jahat kepada orang lainnya: berkata kasar,
mencaci maki, dengki, iri hati dan berkata bohong serta membunuh. Naluri jahat
manusia yang paling menonjol adalah berbohong.
Berbohong merupakan asimilasi dari keinginan, marah dan serakah,
kemudian melahirkan perbuatan jahat.
Dalam Bhagawad Gita XVI. 21 disebutkan:
“Tri-vidhaṁ
narakasyedaṁ dvāraṁ nāśanam ātmanaḥ kāmaḥ krodhas tathā lobhas tasmād etat
trayaṁ tyajet”Artinya:
“Tiga pintu gerbang ke neraka menuju jurang kehancuran diri, yaitu: kama, kroda
dan loba, oleh karena itu ketiganya harus ditinggalkan”
Setiap orang memiliki keinginan (kama). Tanpa keinginan bagaimana mungkin
manusia dapat melangkah lebih baik dan maju? Keinginanlah yang mendorong
tindakan (karma). Keinginan tanpa
kendali bermasalah. Keinginan harus dikontrol dan dikendalikan. Seseorang akan
menuju jurang kehancauran bila mengikuti keinginannya yang tidak terkontrol.
Bila seseorang dapat mengendalikan pikirannya dengan baik, keinginannya akan
mengarah pada hal hal yang positif (subhakarma).
Keinginan yang tidak terwujud menimbulkan rasa duka, sedih dan lebih kuat lagi
bila menjadi marah (kroda). Adakah
diantara umat Hindu yang bertahan pada situasi dimana orang orang marah? Tentu
saja tidak. Seseorang yang mengumbar marahnya, akan kehilangan sosialisasi
diri. Kehilangan ruang sosialnya.
Hal lain lagi, sifat yang perlu
dikendalikan adalah serakah (lobha).
Orang orang yang serakah selalu menghendaki benda benda material atau menguasai
milik orang lain. Sudah dapat diduga orang serakah bertemu dengan orang orang
pemarah akan menibumulkan kobaran api. Apalagi kedua orang ini niatnya tidak
tercapai, akan mempercepat kehancuran harmoni sosial. Kesejahteraan akan
menjauh, karena hilangnya keamanan dan ketertibaan. Kesejahteraan berkurang,
sikap religius akan ikut menurun, persembahan dan kurban suci (yajna) akan berkurang. Dalam situasi
yang tidak nyaman ini seseorang sangat mudah kehilangan karunia. Pada situasi
itu leluhur, para dewa tidak akan memberikan anugrahnya.
Karena itu, mengendalikan kama, kroda dan loba menjadi syarat pertama untuk hidup dalam komunitas yang damai.
Hilangkanlah tiga sifat yang menjadi gerbang menuju neraka dan kehancuraan, pesan
Bhagawad Gita.
Semoga semua mahluk berbahagia.
Om santih santih santih Om.
Unaaha, 07 September 2020 (INS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar