Tinggalkan
Penyakit Spiritual Untuk Kemuliaan
Oleh : Puspajyothi
Om Swastyastu,
Teiring doa untuk keselamatan semua
mahluk dan dunia yang damai.
Dalam kehidupan manusia, ada tiga
penyakit yang sulit diobati. Namun ketiga penyakit tersebut dapat disembuhkan
dengan obat yang mujarab. Dalam Bhagawad Gita disebutkan, apa yang pernah ada
akan tetap ada, apa yang tidak ada akan tetap tidak ada. Pesan ini memberikan
pemahaman kepada umat Hindu yang diberkati Tuhan bahwa segala penyakit ada
obatnya, tinggal menunggu waktu dalam menemukannya. Penemuan ini sangat terkait
dengan tingkat spiritualitas seseorang. Ida Hyang Paramakawi menciptakan segala
sesuatu dengan segala tujuannya.
Bila seseorang sakit fisik, seluruh
badan fisik akan merasa sakit, tulang tulang terasa remuk dan seluruh gerak
terasa terbatas. Dengan obat dari seorang dokter (tabib ahli) penyakit itu akan
sembuh (kecuali terkait karmawasana). Jadi penyakit fisik diobati dengan
berbagai ramuan ramuan yang diresepkan dokter.
Namun yang kedua, ada juga disebut
penyakit mental, ada yang disebut Orang dengan Kelainan Jiwa (ODGJ) dan ada
yang disebut Orang Dengan Skizofrenia (ODS). ODGJ dan ODS penyakit dalam
keluarga yang sama tetapi mempunyai ciri khas masing masing. ODGJ dan ODS
menurut informasi diidap oleh semua manusia. Tingkat keseriusannya tergantung
dari kedalamannya. Orang orang sehat konon juga mengidap skizofrenia ringan.
Ini adalah kajian kedokteran, yang dinarasikan disini hanya untuk misal saja.
Karena itu, orang orang ini akan seterusnya begitu kecuali ada penanganan yang
baik, ia puluh kembali.
Penyakit untuk jenis ketiga ini lebih
mudah diceritakan dengan sebuah kisah. Di sebuah kota tersebutlah seorang yang
kaya raya bernama Maryogha, ia gemar berderma asal disebut namanya dan bila
perlu harus dibuatkan plakat sebagai penghargaan. Maryogha tidak pandang bulu,
golongan manapun ia dengan sigap membantu. Di kota tersebut hidup pula seorang
saudagar yang tidak kalah hebat kedermawanannya, namanya Sumanthu. Suatu hari,
sebuah bangunan Kuil untuk Mansya Dewi diresmikan. Kuil itu 90 persen dibiayai
dari kedermawanan Maryogha. Namun dalam peresmian itu ada kesalahan panitia
tidak menyebutkan kedermawanan Maryogha dalam membangun kuil. Akibatnya
Maryogha yang duduk di depan, berteriak “panitia brengsek kalian tidak
menghargai orang yang sudah dengan iklas menyerahkan harta untuk pembangunan
kuil ini. Kalian harus meminta maaf kepadaku”. Maryogha kemudian meninggalkan
ruangan. Panitia dan hadirin panik, serta saling menyalahkan. Acara bagus itu
menjadi buyar dan kacau.
Di sudut kota yang lain, sebuah kuil
untuk pemujaan Dewi Laksmi sebagai dewi kemakmuran juga sedang dilakukan
upacara peresmian. Panitia sudah menyiapkan acara dengan baik. Dalam
sambutannya panitia menjelaskan bahwa 90 persen biaya pembangunan kuil tersebut
atas kedermawanan Sumanthu. Ketua panitia menunjuk kursi di depan yang kosong
dan berkata dengan lirih: “ Kami telah mengkonfirmasi kehadiran beliau namun
nampaknya beliau mempunyai acara penting yang lain. Mari kita doakan beliau
agar selalu sehat dan murah rejeki”. Para hadirin mengaminkan.
Tidak ada satu orangpun tahu Sumanthu
yang terhormat duduk di bangku paling belakang berbaur dengan masyarakat,
karena ia terlambat hadir sehingga duduk saja di kursi yang kosong, sementara
hadirin asyik menonoton pagelaran yang bagus. Sumanthu tidak ingin merusak
acara tersebut bila kemudian acara yang sedang berlangsung jeda hanya karena
menyambut dirinya. Setelah sambutan Sumanthu kembali ke rumahnya dengan hati
gembira karena kuil suci tersebut telah resmi dimanfaatkan.
Lalu apa makna kisah tersebut? Umat se
dharma, umat Hindu adalah himpunan orang orang yang beruntung karena prilaku
spiritualnya. Maryogha termasuk orang yang sakit spiritual, yang terkait dengan
ODGJ dan ODS, sementara Sumanthu dengan tepat menempatkan dirinya dan tidak
termasuk sakit spiritual, ODGJ dan ODS.
Jadi jenis penyakit ketiga adalah
penyakit spiritual yang hanya dapat disembuhkan lewat bimbingan Guru Suci. Tuhan sangat menghendaki banyak orang
orang seperti Sumanthu. Sikap seperti Suamnathu tidak muncul begitu saja,
tetapi lewat penggalian dan penelitian batin yang mendalam yang menghasilkan
tingkat spiritual yang baik. Tuhan lewat Bhagawad Gita XVI:24, berpesan:
“Tasmāc
chāstraṁ pramāṇaṁ te kāryākāryavyavasthitau jñātvā śāstra-vidhānoktaṁ karma
kartum ihārhasi”Artinya : “karena itu, biarlah kitab kitab suci menjadi
petunjukmu untuk menentukan apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh,
setelah mengetahi apa yang dikatakan dalam aturan kitab suci, engkau hendaknya
mengerjakannya disini”.
Ajaran agama, mengajarkan dan menuntun
umat Hindu menuju dan melewati jalan kebenaran (dharma). Tujuajn hidup akan dapat dicapai melalui jalan dharma dan
dilaksanakan dengan penuh disiplin (yoga).
Penggalian dan penelitian batin hanyalah usaha yang sia sia bila tidak
menghasilkan perubahan yang besar pada sikap yang siap untuk melakukan sadhana
di jalan dharma dan yoga.
Semoga semua mahluk berbahagia.
Om santih santih santih Om
Kendari, 08092020: 5.27.
Unaaha, 07 September 2020 (INS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar