Raihlah
Kebahagian Tanpa Akhir
Oleh : Puspajyothi
Om swastyastu,
“Agawe
Sukaning Wong Len”. Kalimat sederhana ini mengingatkan pada pelajaran Etika
pelayanan, yaitu membuat para pelanggan senang. Dihargai seperti raja. Siapa
saja yang pernah mendapat pelayanan yang baik pasti setuju dengan kalimat
tersebut. “Membuat Orang Lain Bahagia”. Umat Hindu mempunyai cara untuk
mendapatkannya. Dalam kehidupan ini ada orang yang dengan sangat mudah mencapai
kesenangan.
Di tempat lain ada orang sepanjang
hidupnya didera kemiskinan. Dua kelompok manusia ini, sadar atau tidak sadar
mengenal Tuhan dalam ajaran Hindu. Mereka mempunyai cara pandang yang berbeda.
Ada yang ingin cepat berhasil dan ada yang memilih lamban asalkan benar. Tetapi
yang baik adalah cepat berhasil dan benar. Namun hanya sedikit orang
mencapainya.
Banyak orang yang memilih untuk hidup
berkecukupan, senang dan gembira meskipun sedikit bertentangan dengan dharma.
Ada orang yang sengaja menipu kawan yang
memercayainya. Karena lebih mudah menipu orang yang percaya. Di sisi lain sudut
kehidupan, ada orang yang rela berkorban untuk melayani orang lain. Memberikan
semua apa yang dimilikinya, termasuk harta yang disayanginya. Ketika pada
akhirnya Pandawa diberikan bagian tanah perdikan untuk membangun kerajaan baru,
muncullah Kota Indrapasatha yang megah, menimbulkan kedengkian dan irihati
Kurawa. Sebuah tanah tandus dan tempat berkumpul mahluk makluk jahat, Pandawa
atas pengayoman dan bimbingan Tuhan (Paduka Sri Krishna, sang awatara) dapat
membangunnya menjadi sejahtera.
Kebaikan tampaknya tidak selamanya
menyenangkan bagi yang berbuat baik, bila bertemu dengan orang yang culas,
curang dan dengki. Kurawa akhirnya berhasil merampas Kota itu, dan kemudian
Pandawa dibuang 13 tahun dalam pengasingan. Ketika kemudian perang tidak
terhindarkan, Kurawa dan seluruh kerabatnya hancur lebur. Pandawa naik sebagai
pemenang dan menikmati kemasyuran bukan saja kebahagian dan kesenangan tetapi
juga kemuliaan.
Ada pepatah mengatakan “berakit rakit
kehulu berenang renang ke buritan”.
Berat hari ini akan indah pada saatnya.
Tidak mungkin badai seterusnya, suatu saat akan berlalu. Seseorang harus
memiliki hati yang lapang dan dada yang lebar untuk menghadapi hidupnya. Karena
hidup memiliki banyak dimensi. Karena itu ajaran Hindu menuntun umat Hindu agar
mengembangakn sifat bijaksana untuk memperoleh kebahagian atau kesenangan.
Dalam Bhagawad Gita XVIII.37,
menyebutkan”
“Yat
tad agre viṣam iva pariṇāme’mṛtopamam tat sukhaṁ sāttvikaṁ proktam
ātma-buddhiprasāda-jam” Artinya: “Kebahagian yang seperti racun awalnya dan
seperti madu pada akhirnya, yang muncul dari pemahman yang jelas tentang sang
diri, dikatakan sebagai kebahagian bersifat satwika”
Mengpa orang rang baik selalu menderita
(pada awal awalnya)? Pertanyaan semacam ini terus lahir dari satu generasi ke
generasi lainnya. Namun bila seseorang sedikit mengembangkan kepakaannya, ia
akan menemukan bahwa orang orang yang baik pada akhirnya akan memperoleh
kesenangan. Seperti sulitnya menelan obat yang pahit namun akhirnya dihadiahi
kesembuhan dari suatu penyakit.
Bila sebuah tindakan diyakini dalam
bingkai dharma dan didasari sikap satwika, kenapa tidak, lakukanlah dengan
tekun dan disiplin. Tuhan telah menjanjikan kesenangan bagi yang mengutamakan
perbuatannya di jalan kebenaran.
Semoga semua Mahluk berbahgia.
Om santih santih santih Om.
Unaaha, 06 September 2020 (INS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar